𝗜𝗡𝗗𝗘𝗦𝗧𝗥𝗨𝗖𝗧𝗜𝗕𝗟𝗘
「 𝗜𝗡𝗗𝗘𝗦𝗧𝗥𝗨𝗖𝗧𝗜𝗕𝗟𝗘 」
𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢, 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐝𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐜𝐮𝐫𝐤𝐚𝐧
⇢ Izumi x Fem! Arashi ◞♡° ⸙͎
𝗪𝗔𝗥𝗡!!!
OOC, TYPO, GENDERBEND
╰
► 𝗦𝘁𝗮𝗿𝘁 ꒱
“Izumi-chan” suara lembut dari sang gadis membuat Izumi menoleh, netranya yang berwarna ungu lavender sangat berkilau layak nya kristal, tampaknya malam ini sinar bulan memanjakan kulit mulus nya.
“Naru-kun? Ada apa?”
Sang pemilik nama cemberut, “Mouu... Aku ini perempuan tau! Jangan panggil dengan akhiran kun!” keluh nya.
“Lalu, kau ingin aku mengubah panggilan mu? Sudah lebih dari tiga tahun aku memanggil mu begitu.”
Arashi tersenyum manis, ia tautkan lima jarinya dengan lima jari Izumi.
“Naru-chan, bagaimana~?” pinta sang hawa.
Izumi menghela napas pelan, surai abu-abu itu hanya bisa menuruti permintaan nya, mengingat dalam jangka waktu dekat gadis ini tak akan bisa ia lihat lagi di dunia.
“Kembali ke kamarmu, ini sudah malam” intonasi Izumi melembut, tak seperti ia yang biasa nya. Arashi anggukan kepalanya pelan, raut nya terlihat tak ingin di tinggalkan.
“Tapi ... Izumi-chan akan menemani ku sampai hari itu, kan?”
“Ck, Harus berapa kali aku bilang akan menemanimu??” sang wira mendecak kesal, hal itu mengundang tawa si surai pirang.
“benar juga... Izumi-chan akan tetap menjadi Izumi-chan,ya.” ia tersenyum, kedua tangannya melingkar di pinggang Izumi dari belakang.
“Huh, maksudmu?”
“Tidak apa-apa, aku akan kembali ke kamar sekarang~” Arashi melangkah maju ke depan, tentu tuk menuju ke kamar inap rumah sakitnya.
“Tunggu,”
Secara tiba-tiba Izumi mencegah tangan Arashi, jemarinya ia tautkan dengan jemari milik Arashi, hal itu membuat si gadis terheran-heran.
“Biar aku antarkan, aku akan menginap disini hari ini.”
Mendengar ucapan kekasihnya, senyum sumringah terlukis sempurna di wajah Arashi, terlihat jelas Arashi sangat senang.
Cklek.
Pintu kamar inap di buka, dengan hati-hati Izumi taruh Arashi di ranjang empuk rumah sakit.
“Tunggu―kamu melepaskan infusmu?!”
“Fufufu~ maaf, Izumi-chan.”
“Kau meminta maaf tapi rautmu seperti tak merasa bersalah”
“Aku merasa bersalah tau!” Arashi mengembungkan pipi nya, menambah kesan gemas kepada diri nya.
“Terserah apa katamu, sekarang tidur. Ini sudah pukul sepuluh malam”
“Sebelum itu!” Arashi menunjuk pipinya, membuat Izumi nenghela napas berusaha sabar.
Cup.
“Sudah kan?”
“Ma―”
“―Tch, disuruh tidur kenapa susah sekali, sih?” Izumi mengelus surai lembut Arashi, bermaksud membantu kekasihnya tuk tidur.
“Sudah lama sekali tangan mu tidak mengelus surai ku, Izumi-chan, fufufu~”
Jelas sekali Arashi menggodanya, membuat semburan merah menghiasi wajah tampan Izumi.
“Mungkin disana aku akan merindukan elusanmu.” ia terkekeh, topik yang di bawa kekasih Izumi saat ini sangat tak di sukai Izumi.
“Naru-ku―chan, itu hanya perkiraan, tak pasti kamu tiada tiga hari lagi.”
“Jika memang benar aku tiada, bagaimana?”
“... Tetap kekal, bukan?”
“hm~?”
“Kamu pernah bilang kan?! Walau maut memisahkan kita, cinta kita akan tetap kekal, bukan?! Abadi, cinta kita abadi,kan?”
Arashi tertegun, ia lupa pernah bilang begitu dulu. Sekitar dua tahun yang lalu? Tak di sangka pria abu ini mengingatnya.
“Ternyata kau ingat, ya” ia memasang senyum, senyum kecut yang sudah lama Izumi tak lihat.
“Ya. Aku yakin kau bisa melewati nya nanti” kedua tangan Izumi menarik tubuh sang gadis ke dalam dekapannya, tuk kali ini dia biarkan Arashi menangis, cerita, tidur di dekapan nya.
“Aku bersyurkur bisa bertemu denganmu, Izumi-chan”
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
“... Pasien telah tiada” bagai di tusuk belati, Izumi menatap sang dokter tak percaya, seingatnya baru tadi malam ia berbincang-bincang bersama dengan kekasihnya.
“Izumi... Tenanglah, tak hanya kamu yang merasa kehilangan, oke?”
Ibu dari si pasien tersenyum manis menenangkan Izumi, bisa Izumi lihat setetes air mata jatuh dari matanya. Membuat Izumi mau tidak mau harus tenang agar keluarga sang pasien juga bisa tenang.
“Putri ku mencintai mu sepenuh hati, begitu juga dengamu, kamu mencintai putriku dengan sepenuh hati, terimakasih telah menjaganya di hari-hari terakhir sebelum kematiannya.”
Sang wira mengangguk, satu kata tiba-tiba keluar dari mulutnya,
“Maaf....”
Walau begitu dada Izumi terasa sesak, sulit bernapas rasanya. Ia paksakan dirinya tetap tersenyum dan mengikhlaskan kepergian sang kekasih.
“maut memisahkan kita, tapi cinta kita tetap abadi, bukan? Tak ada yang bisa menghancurkannya”
―Izumi Sena
Free tag ; RiaArxqu95
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro