Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Warning⚠️
Sedikit kata tidak baku
Out Of Character

→• ✿ •←

Seorang gadis membuka matanya. Belum sempat mencerna apa yang terjadi, seorang anak menatap senang kearahnya.

"Kau sudah bangun? Apakah ada yang sakit?" Ia mengangguk pelan dan memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Aku akan memanggil Bapa, tunggu sebentar ya!"

Ia hanya terdiam menatap sang anak yang sudah keluar.

Di mana ini?

Terakhir kali yang kuingat aku sedang menyumpah serapahi seseorang.

Ia menatap tubuhnya yang tampak berbeda.

... aku mengecil?

Kepala ia gelengkan, pandangannya menatap sekeliling. Terasa asing. Ini bukanlah rumahnya.

Anak tadi—

Maniknya membulat sempurna setelah menyadari sesuatu.

Val ...?

Tidak, tidak, ini mustahil sih.

Gadis itu beranjak dari kasur untuk mengecek. Tapi rasa sakit seolah menggerogoti tubuhnya tiba-tiba, ia sontak terjatuh.

(Name) menatap anak itu— Val, yang baru saja datang bersama seseorang di belakangnya.

"Ka-kamu kenapa?!" paniknya yang membantunya untuk bangun dan duduk di atas kasur.

Laki-laki dewasa yang ia kenal sebagai Bapa Gregory memberinya segelas air untuk ia minum secara perlahan.

"Siapa namamu, nak?"

"... (Name) (Surname) ...?" jawabnya sedikit ragu.

"Apa kamu ingat sesuatu sebelum pingsan?"

Aku tidak bisa bilang bahwa tubuhku tiba-tiba menjadi cahaya ketika ada seseorang yang menyentuhku, 'kan?

(Name) menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Baiklah, untuk sementara kamu istirahat di sini hingga pulih, Val yang akan menemanimu jika kamu butuh teman, ya?" (Name) mengangguk paham.

Bapa Gregory perlahan membaringkan (Name) kembali. Ia keluar setelah meletakkan makanan di meja sebelah kasur.

"Aku Val Gregory, senang bertemu denganmu (Name)!"

Dari sekian banyaknya karakter, kenapa aku harus bersangkutan dengan karakter utama? batinnya menangis.

"Se, senang bertemu denganmu juga, Val."

(Name) berpikir sejenak. "Uh ... bagaimana aku bisa berada di sini?"

"Aku melihatmu pingsan di tengah jalan, Bapa yang membawamu kemari dan merawatmu."

"Oh, begitu." Mereka tak lagi membuka percakapan. Val hanya memainkan mainan yang berada di tangannya.

Sedangkan (Name) terdiam. Ia menatap manik merah milik Val yang mencolok.

Setelah dilihat langsung, warnanya cantik.

Sadar (Name) menatapnya, Val langsung mengalihkan pandangannya.

"... apakah kamu juga berpikir bahwa mataku aneh?"

Gadis itu mengernyitkan dahinya. "Tidak sama sekali."

"Matamu cantik, aku ingin punya mata sepertimu."

"Benarkah? Terima kasih!"

(Name) tersenyum tipis menatap Val. Sepertinya mereka seumuran.

"Umurmu berapa?"

"Tiga belas!"

Entahlah, semuanya membingungkan, mungkin ini cuma mimpi.

Batinnya kembali memejamkan matanya untuk kembali tidur.

Siapa tahu aku akan kembali.

Sungguh keinginan yang sia-sia untuk sang gadis.

Beberapa jam berlalu. Ia kembali membuka matanya di tempat yang sama.

Merasa sedikit kesal, (Name) sontak berlari keluar kamar dan mencari jalan keluar dari sana.

Ketika sampai di depan jalanan hanya ada satu hal yang ada dipikirannya.

Asing.

Semuanya benar-benar asing.

Mata (e/c)-nya menelisik ke segala arah.

Ngga seharusnya begini.

Ia berlari, melangkah ke arah jalan yang biasa ia tuju. Orang-orang sekitar menatapnya aneh karena gadis berlari tanpa menggunakan alas kaki.

Harusnya ada.

Harusnya di sini ada, rumahku.

(Name) menatap lega, rumah itu benar-benar ada. Ia berada tepat di depan pintu rumah, mengetuknya berharap kedua orangtuanya menyambut hangat kedatangannya.

Namun semuanya hancur ketika pintu terbuka.

Sepasang suami istri menatapnya sembari menggendong seorang anak berusia sekitar 6 tahun.

Mereka benar orangtua (Name). Tetapi siapa yang ada di gendongan ayahnya?

"Kamu siapa? Apa ada sesuatu?"

"I-ini aku, (Name) (Surname), anak kalian."

"Apa maksudmu, nak? Anak kami hanya dia, mungkin kamu salah orang."

Petir bak menyambarnya. Pintu itu kembali tertutup dengan sang gadis yang masih menatap tidak percaya.

... tidak.

Ini tidak mungkin terjadi.

Ia berbalik, dengan mata yang memanas. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Apa yang salah di sini?

Bukankah selama ini baik-baik saja sampai kemarin?

(Name) berhenti tepat di depan tempat ia dirawat oleh Bapa Gregory dan Val.

Ia tak berani masuk. Yang ia lakukan hanyalah menangis dalam diam sembari menghapus air matanya yang terus mengalir.

Fisik dan mentalnya sekarang seperti kembali ke 13 tahun. Wajar bila hal ini membuatnya ketakutan setengah mati.

"(N-Name)?! Ternyata kau di sini?" sebuah suara muncul di sampingnya.

Itu suara Val.

"Eh?"

Anak laki-laki itu menatap kaget sang gadis yang sedang terisak.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"

Gadis itu menggeleng pelan. Rasanya malu karena ketahuan.

(Name) mengalihkan pandangannya agar tak bertatapan langsung dengan Val.

... aku masih belum mati dibunuh iblis.

Val hanya menatap (Name) ragu.Ttangannya terangkat, ia menepuk-nepuk pucuk kepala (Name) dengan lembut.

"Apa kamu mau masuk saja ke dalam? Bapa tadi mencarimu karena kamu tiba-tiba hilang," ucapnya.

(Name) mengangguk pelan sebagai jawaban. Val menggenggam tangannya dan mengajaknya masuk sementara ia masih mengusap air matanya.

•To be continued•

Halo 😔

Mau bersihin draft, tapi juga sebenarnya mau up book ini, cuma males aja karena bingung dikit.

Disclaimer :
Aegis Orta ©lunaria_co

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro