Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

D'(L)ove ♡

Kupikir semesta mempertemukan kita karena ingin kita bersama, tapi ternyata kau hanya perantara yang mengarahkanku ke cinta yang sebenarnya.

*   。✧  。*

Saat itu angin musim gugur masih belum terlalu membawa udara dingin yang bisa membuat orang menggigil. Ia hanya seperti berhembus dengan pelan, seakan ingin menerbangkan sedikit helai rambut dari orang-orang yang dilewatinya. Dan helaian rambut pirang orang yang duduk di kursi taman sekolah tidak luput olehnya. Sendirian, tampak begitu kesepian yang mungkin karena sebagian besar orang memang sudah meninggalkan sekolah sehingga hanya sedikit yang tersisa.

"Apa kau mau, Eichi-kun? " tanya sosok yang secara tiba-tiba sudah berada di sampingnya dan memberikan setengah potongan roti berbentuk ikan berisi kacang merah yang terlihat hangat.

Tangan pucatnya meraih potongan roti ikan itu sedikit ragu, tapi seketika rasa hangat langsung menjalar ke tubuhnya hanya dengan mengenggamnya. "Terima kasih, Wataru. Rasanya benar-benar hangat. "

"Aku senang mendengar kehangatan itu bisa tersampaikan padamu. "

Namun itu semua tidak lebih dari sekedar hal yang hanya bisa diingatnya bersamaan dengan daun berguguran yang berganti menjadi serpihan dingin salju yang mulai turun sekarang, yang memaksanya untuk terbaring tidak berdaya di ranjang dalam ruangan penuh kehampaan-tempat orang berusaha untuk bisa hidup lebih lama, salah satunya dirinya sendiri. Ini memang sudah yang kesekian kalinya, tapi selalu terasa menyesakkan tidak bisa melakukan apa-apa selain berharap kebaikan hati Tuhan akan membiarkannya hidup esok hari sedangkan orang-orang di luar sana bisa bersenang-senang bersama orang yang berharga.

Dan sekali lagi ia sendirian, menanggung semua rasa sakit ini sendiri meskipun sebelumnya anggota unitnya sudah mengunjunginya dengan membawa harapan supaya mereka bisa bernyanyi di panggung yang sama lagi. Tapi jika ia menginginkan mereka bisa selalu bersamanya padahal mereka pasti ingin menghabiskan waktu bersama teman mereka yang lain, bukankah ia sangat egois?

"Eichi, aku datang, " kata Keito sedikit menghela nafas karena hujan salju membuatnya kesulitan, "Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa lama karena sudah punya janji dengan Kuro dan Kanzaki. "

"Tidak apa, aku sudah senang kau bisa meluangkan waktu untuk mengunjungiku setiap hari, " ucapnya tersenyum, setidaknya masih ada yang selalu datang meskipun ada seseorang yang secara khusus ia berharap bisa selalu mengunjunginya juga.

"Ada yang kau butuhkan? " tanya Keito sambil meletakkan tasnya di sofa.

Ia ingin menjawab kalau kehadiran Keito sudah cukup untuknya, tapi ia tiba-tiba menginginkan roti hangat yang pernah diberikan Wataru, "Kau bisa bisa membelikanku roti berbentuk ikan? "

"Maksudmu.. Taiyaki? " Keito bertanya memastikan.

"Jadi roti ikan itu disebut taiyaki.. "

"Orang-orang memang suka makan taiyaki saat musim gugur dan musim dingin. Kalau kau menginginkannya, kebetulan ada satu yang menjualnya dekat sini. " ucap Keito membuka tirai jendela yang ternyata hujan salju di luar sudah tidak terlalu lebat, dan tepat di seberang jalan-orang-orang berkerumun dekat bangunan kecil yang mengepulkan uap asap tipis. "Aku akan langsung kembali setelah mendapatkan beberapa taiyaki. "

Tidak lama setelahnya Keito kembali kembali membawa bungkusan kertas coklat dengan taiyaki yang kelihatan masih mengepulkan asap panas dan aroma yang menggugah selera, tapi ia tidak tertarik lagi untuk mencobanya karena berbeda dengan yang diberikan Wataru padanya. Padahal bentuk taiyaki itu terlihat sama dan taiyaki yang lain juga pasti mempunyai bentuk serta rasa yang tidak akan jauh berbeda. Hanya orang yang memberikannya yang membuatnya berbeda.

"Aku tidak tau kau menyukai isian apa, jadi aku membeli semuanya. " ucap Keito meletakkan bungkusan kertas di tangannya ke atas nakas.

"Ada isian kacang merah? "

"Ada, "

Ia bisa melihat isian kacang merah yang menyeruak keluar dari dalam adonan roti lembut setelah Keito memotongnya menggunakan pisau, yang kemudian setengah bagiannya dibalut tisu dan diberikan padanya. Hangat, tapi sangat berbeda dengan kehangatan yang pernah dirasakannya. Bahkan meskipun Keito adalah teman masa kecilnya, rupanya itu tidak bisa menggantikan sosok kehangatan Wataru dalam kekosongan hatinya, dan rasanya ia seperti menggali lukanya sendiri karena hanya bisa mengingat hari itu bersama Wataru tanpa bisa berharap akan terulang kembali.

"Kalau kau tidak butuh apa-apa lagi, aku akan pergi. Kuro dan Kanzaki sudah menungguku di luar, " kata Keito mengambil mantel dan tasnya yang ditinggalkannya di sofa.

"Kuharap kalian bersenang-senang, " ucapnya masih mengulum senyum yang sama. Meskipun sebenarnya ia berharap Keito bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengannya, ia mengerti tidak bisa menahannya lebih lama.

Lagipula sejak awal dirinya memang sendirian. Bahkan sebelum Wataru atau Keito datang dalam hidupnya yang penuh kekosongan, yang hanya bisa meratap pada tuhan karena bisa kembali ke dekapannya tanpa mengenal masa, ia tidak pernah mempunyai orang yang benar-benar bisa selalu menjadi tempatnya bersandar menanggung keluh kesahnya. Tapi kenyataan yang hampir menyadarkannya untuk tidak berharap pada orang lain lagi sirna,

Karena burung merpati yang memakai pita biru di lehernya seakan memberikannya harapan kalau sebenarnya masih ada orang yang menunggu untuk dihampirinya lebih dulu,

"Wataru, tunggu! "

*   。✧  。*

"Apa kalian ingin taiyaki? " tanyanya menunjuk stand makanan yang terlihat orang berbaris panjang untuk mendapatkannya, tapi taiyaki di sana memang tampak lebih menggugah selera daripada yang sudah mereka lewatkan sebelumnya.

Mereka yang mendengarnya terdiam, menyadari maksud lain dari pertanyaannya hingga salah seorang yang paling muda dari mereka tidak lagi bersemangat. Itu bukan sekedar pertanyaan biasa yang dikatakan orang yang ingin memberikan taiyaki, melainkan perkataan orang yang ingin memberikan taiyaki sebagai tanda dia tidak bisa pergi bersama mereka lagi karena harus berbagi waktu dan orang lain.

Orang di sampingnya yang sekaligus juga kakaknya menepuk pundaknya pelan sebelum menjawab dengan lantang. "Aku dan Natsume pilih isian krim custard! "

"Aku pilih isian kacang merah puka~ "

"Apa aku bisa memilih croissant daripada taiyaki? " tanya Shu. Ia mengatakannya bukan karena tidak suka, tapi karena ia mempunyai maksud lain.

"Apapun untuk kalian malam ini, " ucapnya sambil mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu pembayaran. "Tolong bawakan untuk Wataru, Kanata dan Natsume juga. "

Ia sengaja membeli croissant di cafe yang cukup jauh dari tempat teman-temannya menunggu untuk menahan Rei supaya Natsume bisa mempunyai sedikit lebih banyak waktu bersama. Egois memang, tapi ia hanya tidak ingin orang yang sudah dianggap adik sendiri bersedih dan Rei juga pasti berat hati tidak bisa bersama mereka lebih lama karena harus pergi dengan anggota unitnya sendiri. Lain kali mungkin mereka akan menghabiskan waktu bersama anggota unit Rei juga, tapi untuk saat ini anggota unit Rei pasti menginginkan leader mereka tanpa ingin membaginya dengan orang lain.

"Oh, Itsuki-kun! Kupikir kau masih bersama Sakuma-san. " Dan orang yang memanggilnya itu adalah salah satunya, sepertinya mereka sudah tidak sabar membawa Rei pergi.

"Kalian ingin duduk dan makan panekuk dulu? "

Ia masih berlari, menyadari bukan Wataru yang menjauh darinya melainkan ia sendiri yang tidak pernah berusaha menggapai Wataru. Tapi ia yang terjatuh tersandung salju tepat di depan pohon yang dihinggapi burung merpati itu membuatnya mempertanyakan dirinya sendiri,

Apa ia bisa menggapai Wataru dengan tangannya ini?

"Merpati Wataru ya.. " ucap sosok yang berjalan mendekat, seakan rambutnya yang hitam legam membuatnya keluar dari kegelapan.

"Sakuma... -kun? "

Orang yang merasa namanya terpanggil menundukkan kepala, sedikit menunjukan senyum sebelum mengulurkan tangan untuk membantunya, "Kau tidak ingin bangun, Eichi-kun? Orang-orang akan memperhatikanmu kalau kau duduk di tengah salju menggunakan pakaian rumah sakit seperti itu. "

Mereka akhirnya terjebak dalam keheningan yang cukup panjang setelah ia menerima uluran tangan dan memutuskan untuk duduk dengannya di kursi taman, tapi sepertinya ia menyesalinya karena hanya membuatnya terkekang oleh kecanggungan. 

"Apa kau mau, Eichi-kun? " tanya Rei memberikan taiyaki yang dari aromanya seperti berisi isian krim custard, bukan kacang merah.

Ia ingin menolak karena sudah punya lebih banyak dan lebih hangat daripada taiyaki Rei yang terlihat sudah mendingin. Tapi begitu tanpa sadar mengambilnya seakan tangannya bergerak sendiri karena teringat dengan deja vu bersama Wataru...

Kenapa kehangatan ini terasa sama persis seakan Wataru sendiri yang memberikannya?

"Kuharap kau tidak salah paham. " kata Rei mengeluarkan taiyaki lain yang juga berisikan krim custard dari bungkusan kertas untuk dirinya sendiri, "Aku memberikan taiyaki pada orang-orang karena aku tidak bisa langsung menyampaikan kehangatanku pada mereka, tapi kali ini aku memberikannya padamu  karena aku membeli terlalu banyak. "

Ini mungkin terlihat seperti suatu hal yang biasa karena orang sering melakukannya sebagai ganti tidak bisa menepati janji, tapi hal kecil seperti ini yang terkadang sudah cukup untuk menunjukkan ketulusan.

"Apa kau mengajarkan itu pada Wataru? "

"Kalaupun benar begitu, aku percaya dia tidak akan melakukannya menggunakan taiyaki karena dia bahkan tidak pernah membeli taiyaki dengan uangnya sendiri. " Rei menjawab sambil terkekeh, bahkan sebelumnya Wataru membuatnya harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk taiyaki yang tidak bisa dia dihabiskan.

Tunggu, kalau Wataru tidak pernah membeli taiyaki dengan uangnya sendiri... Darimana Wataru mendapatkan taiyaki yang diberikan padanya saat itu?

"Aku harus pergi. Aku sudah punya janji dengan Kaoru-kun dan anggota unit yang lain. " Dan setelah mengatakannya, Rei pergi meninggalkannya begitu saja bersamaan banyak tanda tanya.

Kali ini ia benar-benar ingin menahan Rei pergi untuk menemaninya karena masih banyak yang ingin diketahuinya. Tapi sekali lagi tangannya tidak akan pernah cukup untuk bisa meraih orang seperti Rei maupun Wataru yang selalu berada sangat jauh dari yang bisa diraihnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro