
Roti Sobek - Korekuni Ryuuji
Requested by runasaki
Tangan menopang dagu. Wajah merona dengan tatapan sayu. Mungkin sepintas cukup mudah untuk menggambarkan aktivitas seorang gadis bernama [Full Name]. Ia merasa bebas dengan tontonan yang 'menyegarkan'. Yakni adanya aktor drama yang memiliki enam kotak perut saat adegan mandi--- six pack--- yang dikenali dengan sebutan roti sobek.
"Dasar cewek mesum," ledek Ryuuji sukses mengintipi [Name] yang berekspresi terlena dari sebelah rumah.
[Name] tertegun lalu menoleh Ryuuji dengan tatapan sinis. "Cih. Kau baru boleh mengataiku kalau bentuk tubuhmu juga sudah begitu."
Mengira Ryuuji akan meledek balik, justru tirai yang tertutup menjadi jawaban 'bendera putih' kepada [Name]. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan. Di lain sisi, Ryuuji menarik leher baju kaus merah mudanya. Mengintipi bentuk badannya sendiri.
"Tapi... aku kan laki-laki!" gerutu Ryuuji merasa kesal. "Lihat saja."
Roti Sobek
Pair: Neighbour! Korekuni Ryuuji x Reader
[Sekuel dari Obat]
Rate: T [PG-15]
Note: AU, OOC, Typo(s)
By agashii-san
.
.
.
Sejak saat itu, Ryuuji serius ingin membentuk tubuhnya. Padahal, tidak ada yang menyuruh dirinya seperti itu. Tidak ada sama sekali. Keluarganya sudah terbiasa menerima sosok Ryuuji yang berparas imut bin cantik. Atau mereka merasa hal itu sebagai berkah.
Ryuuji memutuskan berlari keliling pagi. Belum sampai dua kilometer, ia sudah terengah-engah. Mungkin berlari bukan pilihan yang cocok. Ia mengipasi tubuh dengan bajunya. Usai merasa lebih sejuk, ia duduk di bangku taman, mengontak teman baiknya--- Kitakado Tomohisa.
Tomo, aku butuh bantuanmu.
Ia tidak mau diremehkan. Ia ingin [Name] bungkam dengan bentuk tubuhnya nanti dalam artian baik: memuji atau sekedar tersipu. Dan sekarang, Ryuuji tersadar karena telah berangan-angan akan sesuatu yang dirasanya konyol. Membayangkan hal tersebut sukses membiarkan dirinya menggosok lengan--- ditandai bulu kuduk bergidik. Dalam waktu singkat, Tomo telah membalas pesan Ryuuji, mengiyakan pertolongan yang dibutuhkannya.
• • •
"Konsumsi protein penting selain berolahraga membentuk tubuh," saran Tomohisa. "Tapi seingatku, kau tidak terlalu tertarik dengan aktivitas seperti ini."
Ryuuji berkata sembari mengemut chupa chul-nya, "Aku baru mau sekarang. Pokoknya, kau harus membantuku! Aku tahu bentuk badanmu bagus!"
Tomohisa hanya memasang senyuman samar. "Aku hanya melakukan hal-hal yang baik untuk menjaga kesehatan."
Memutar sepasang manik magenta dengan malas, Ryuuji pun menghela napas. Tomo, pemuda rendah hati yang merupakan teman baiknya adalah pria idaman wanita. Ia membayangkan bila [Name] sampai mengenalnya, pasti ia akan jatuh hati pada pandangan pertama. Dan, Ryuuji tidak ingin, bahkan tidak sudi mengenalkan Tomohisa kepadanya dengan alasan apapun.
Benak Ryuuji memikirkan alasan: 'Tomo terlalu sempurna untuk [Name]. Kasihan kalau Tomo sampai menyesal karena memilihnya sebagai kekasih.'
Ryuuji mengacak rambut hitam berhelaikan ombre pink-nya di sisi kiri. "Argh! Aku kenapa, sih?!"
Tomohisa memberi sebotol air mineral kepadanya. "Apa kau melakukannya demi seseorang? Kesannya tadi kau iri terhadap badanku?"
"Kau cukup membantuku saja. Aku pulang dulu. Terima kasih," ungkap Ryuuji menuju pintu rumah utama Tomohisa.
Ryuuji melempar stik permen batangan itu ke tong sampah dekat pintu rumah utama dengan tepat sasaran. Ia merasa gusar. Namun, ia tidak sadar bahwa ucapan tadi merupakan bentuk keminderan yang menyelubungi batinnya.
"Begitukah? Selamat berjuang," ucap Tomohisa membukakan pintu rumahnya.
• • •
Seminggu setelah kejadian itu, Ryuuji tidak pernah membukakan tirainya lagi, meskipun hanya untuk meledek [Name] seperti waktu itu. [Name] menautkan alis.
Apa ledekannya terlalu kejam?
Sebenarnya meskipun Ryuuji tidak memiliki enam kotak perut idaman lelaki, [Name] telah menyukai keimutannya. Yang jelas, ia tidak bisa membayangkan sosok Ryuuji yang memiliki roti sobek. Selain menggelikan untuk dibayangkan dengan tubuh kurang tinggi, Ryuuji lebih cocok menjadi pemuda cantik di matanya. Dan itulah daya tarik yang tidak pernah [Name] berani ungkapkan. Bisa-bisa, pemuda itu tidak bisa tidur nyenyak.
"Ryuuji!" panggil [Name] dari seberang.
Tirai itu masih tertutup, tidak ada jawaban.
Apakah Ryuuji sungguh murka kepadanya?
Gadis itu memutuskan akan meminta maaf bila hal itu terjadi. Namun, sepaham [Name], Ryuuji tidak pernah begitu lama memarahi seseorang. Karena itu, ia sering meledek Ryuuji dengan candaan.
"Mencari adikku?" tanya kakak Ryuuji, membukakan tirai kamarnya. "Dia pergi berolahraga pagi tadi."
[Name] menganga bingung, yakin tidak salah dengar. "Ha?"
Ryuuji yang senang menghabiskan waktu untuk bersantai-santai dan enggan tersengat matahari itu mau berolahraga? [Name] bertaruh, Ryuuji lebih senang bersantai dengan menjahili kulit orang lain dengan sunblock ketimbang bermain bola voli di pantai. Pemuda itu pasti sudah gila.
"Dia ada bilang di mana?" tanya [Name] ingin tahu lokasi Ryuuji sekarang.
Kakak Ryuuji mengusap dagu. "Mungkin di sekitar taman. Kulihat dia sedang melakukan gerakan plank."
Plank--- yakni gerakan tubuh seperti push-up dan menjadikan siku hingga telapak tangan sebagai penumpu tubuh dengan mengontraksikan selama 30 detik.
"Aku akan menyusulnya!" sergah [Name] mengambil hoodie [Favorite Color] yang tergantung di lemari.
• • •
Benar saja, Ryuuji sedang berolahraga. Keringat bercucuran di pelipis, membasahi rambutnya. Kaus putih tanpa lengan yang dikenakannya jadi tembus pandang, melekat sekujur tubuhnya. [Name] tertegun. Ryuuji memang benar-benar sedang berolahraga, persis yang dikatakan sang Kakak.
"Ryuuji," panggil [Name] menawarkan handuk. "Kau kenapa, sih?"
Ryuuji masih bergeming ketika mendapati sosok [Name], membiarkan handuk itu masih tergenggam olehnya.
"Nggak kenapa-napa. Pulang sana," kata Ryuuji mempertahankan posisi plank-nya.
[Name] berjongkok di hadapannya. "Ternyata memang masih marah."
Ryuuji menghela napas. "Pergi. Kau menggangguku."
Gadis itu tidak peduli. Ia hanya ingin berinteraksi dengan Ryuuji seperti biasanya. Sebagai tetangganya yang selalu ia rindukan. Atau... sebagai yang selalu disukainya?
"Ryuuji, jangan marah lagi, ya? Kau tahu? Cewek manapun bisa tersipu karena roti sobek. Dan itu wajar."
Ryuuji tetap diam.
Tangan [Name] berakhir menopang dagu, menjadikan siku tertaut di lutut. Ia akan membujuk Ryuuji pulang bersamanya.
"Tapi di mataku, Ryuuji yang imut seperti ini sangat kusukai, jadi---"
Refleks, [Name] membekap mulutnya yang membocorkan perasaannya sendiri. Mungkin ia tidak punya pikiran lain atau kata-kata menghibur selain membujuk pemuda itu. Akibatnya, wajahnya memerah persis buah ceri.
Tidak hanya itu, pertahanan Ryuuji roboh. Dengan kata 'suka', siku Ryuuji tidak lagi mampu menahan tubuhnya.
"Kau... menyukaiku?" Ryuuji menatap [Name] dengan tatapan terpolos.
Ryuuji merasa bahagia, meskipun keinginan enam kotak perutnya belum tercapai sekaligus.
[Name] membuang muka sambil menggaruk pipi. "Cih. Bisa-bisanya keceplosan."
Ryuuji bangkit menghampirinya lalu menyeringai. "Bilang lagi kalau kau menyukaiku. Aku akan pulang bersamamu setelahnya."
Selain mudah mengambek, Ryuuji memang senang berbuat jahil. Di saat itulah, [Name] sadar bila pemuda itu telah kembali bertindak kepadamu seperti sedia kala.
"Enggak mauuu!" ucapmu malu. "Ayo pulang!"
Ryuuji mengambil handuk yang terlampir di bahu [Name]. Meskipun [Name] tidak ingin mengatakannya lagi tepat di wajahnya, Ryuuji tidak mendesaknya lagi. Sebuah senyuman dan senandung mulai mewarnai hatinya.
'Kalau begitu, mulai saat ini akan kulakukan apa saja agar ia mengatakannya lagi.'
Dan, meskipun pernyataan itu membahagiakan, sepertinya Ryuuji masih belum menyerah untuk mewujudkan dirinya versi roti sobek di masa depan.
__________
OMAKE
__________
"Aku lapar," gerutu Ryuuji menyempatkan diri pergi ke toko roti bersamamu.
Beragam jenis roti disajikan dengan piring-piring persegi panjang putih yang terpisah. [Name] menginginkan roti pizza, tetapi hanya tersisa satu dan Ryuuji mengambilnya lebih dulu. Tidak lupa, Ryuuji juga membeli roti lain karena titipan orang rumah.
"Yah sisa satu," ujar [Name] terdengar kecewa. "Kalau begitu kupilih yang lain saja."
Namun, roti asin yang disajikan di sana tidak ada lagi. Dan, [Name] sedang tidak ingin roti manis. Ryuuji memandangi [Name] yang bersamanya mengantre dengan tangan kosong.
"Yakin tidak mau roti lain?" tanya Ryuuji.
Sengaja menyalahkan Ryuuji, [Name] berkata, "Kau sudah merebutnya, apa boleh buat."
Sesampai membayar roti-roti tersebut, Ryuuji membuka sedikit paper bag berisi roti pizza di sebelah [Name]. Ia membelahnya menjadi dua bagian.
"Nih, kusobekkan satu bagian rotiku untukmu. Biar nggak jadi kucing kelaparan," ucap Ryuuji yang sebenarnya merasa tidak tegaan dengan [Name].
Dengan senyum sumringah, [Name] berkata, "Benarkah? Terima kasih!"
Ryuuji membuang muka lalu bergumam, "Baguslah. Setidaknya kau juga suka versi roti yang disobekkan secara harfiah."
[Name] menoleh. "Hm? Ryuuji, kau bilang apa?"
Wajah Ryuuji merona. "Bu-Bukan apa-apa! Ayo pulang!"
• Fin •
Words: 1316
A/N:
Runaaa makasih ya buat rikues berjudul nista satu ini, aku yang nulisnya aja bawaannya ketawa mulu x')//slap
Ya lord omake-nya receh garing sumpah. Saya bisa apdet kilat karena menjelang tengah malam baru seger ide-idenya. xD
Once again as usual, thanks for reading!
Wednesday, April 26th 2017,
Agachii
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro