Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Novel - Teramitsu Haruhi

Requested by Kak aga_alana

Kau melirik sinis pustakawan terhadap letak buku yang ditaruh terlalu tinggi. Kau mendengus. Melompat-lompat dengan susah payah. Ingin menginjak sekat rak untuk memperdekat jarak dengan karya sastra yang kau ingini. Bisa saja kau menggunakan kursi, tetapi tentunya hal tersebut akan memicu banyak perhatian. Buku sastra itu yakni sebuah novel fantasi-romantis yang sering dipinjam dan kau selalu menunggu-nunggu buku itu kembali ke semula.

"Yang ini?"

Kau mendongak, mendapati seorang pemuda berambut kuning cerah menunjuk buku bercover biru pekat itu.

Sebagai siswi yang jarang sekali berbicara dengan laki-laki, kau langsung tergagap. "I-iya!"

Tanpa berterimakasih lebih dulu, kau bertekad merebut buku itu dari tangannya. Namun, pemuda itu dengan sengaja mengangkat buku itu tinggi-tinggi. Senyumnya merekah penuh kejahilan.

"Berikan aku id Lime-mu atau buku ini nggak akan kuberikan. Pilih yang mana?"

Novel
Pair: High Schooler!Teramitsu Haruhi x Shy!Reader
B-Project: Kodou*Ambitious © Yukihiro Utako
By agashii-san
.
.
.

"A-aku... nggak punya l-lime...," gumammu memilin rambut. "Tolong berikan novel itu kepadaku."

Manik biru keunguannya menyipit. "Heeeh? Jangan bohong, deh. Remaja zaman sekarang masa nggak punya sosial media?"

"Se-serius, nggak punya. Pst, cepat kemarikan...," bantahmu menempelkan jemari telunjukmu di bibir, menyuruh pemuda itu agar tidak berisik.

Haruhi memijat dahi. Biasanya, ia bisa dengan mudah mendapat kontak dari siapa saja. Niatnya bukan pula menggoda melainkan... dia ingin eksis. Yah, Haruhi adalah cowok yang bisa berbaur dengan siapa saja. Termasuk laki-laki.

Haruhi masih mengangkat buku tersebut. "Jadi buku ini nggak ada artinya lagi untukmu? Ya sudah, kubalikin."

Kau menatap sebal sembari berjinjit, "Jangaaan! Nanti dipinjam orang lain."

Dari dulu, Haruhi memang senang menjahili orang-orang sekitarnya. Akan tetapi, kau punya sisi menggemaskan tersendiri.

Haruhi mengusulkan, "Kalau begitu sosial media apapun selain lime. Berikan."

Kau menganga bingung, tetapi tidak kunjung memberikan respons apapun. Alhasil, novel itu ada di dalam dekapan Haruhi. Haruhi mengedipkan sebelah manik.

"Kalau begitu, bersabarlah menunggu buku ini kembali," ucap Haruhi memasang seringai, "karena selama satu minggu ke depan, buku ini jadi punyaku."

Bibirmu mengerucut. "Aku yang duluan melihatnya. Nggak boleh begitu."

Haruhi mengangkat bahu. Ia heran, kau begitu ngotot untuk tidak memberikan nomormu. Ia hanya ingin menambah daftar pertemanan. Yap, sebelum masa-masa berseragamnya dinyatakan usai saat kelulusan nanti.

"Oh, tapi yang ambil kan aku. Kalau mau buku ini kembali lebih cepat, datang ke aku," ujar Haruhi telah mendekati antrean peminjaman.

Tidak berkutik, kau mendengus kesal. Alhasil, kau hanya bisa menunggu seminggu ke depan agar novel itu dapat berada di genggamanmu.

• • •

Haruhi memandangi novel bersampul biru langit. Ia tidak paham, alasanmu mati-matian ingin membaca novel ini. Kalau buku pelajaran, Haruhi tentunya tidak akan berminat mengambilnya. Belum lagi, ia bukan tipikal yang menggemari wilayah jendela ilmu bagi murid semester akhir. Melainkan karena sekadar menemani kakak laki-lakinya, Teramitsu Yuzuki, meminjam buku-buku sastra Jepang.

"Aniki, tahu novel ini? Judulnya Feel The Soul?" tanya Haruhi mengangkat buku itu ketika Yuzuki sedang menyesap ocha.

Yuzuki mengernyitkan dahi. "Kau kira aku ensiklopedia berjalan? Tidak biasanya kau meminjam buku."

Haruhi mengangguk kalem. "Bukan mauku. Cuma iseng."

Jemari Haruhi mulai membalik halaman pertama. Ia kira, ia akan segera menutup buku untuk dua halaman pertama, tetapi ia salah. Dalam waktu dua jam, ia telah mengikis sepertiga keseluruhan bab. Novel itu bergenre fantasi, bercampur bumbu romantis-komedi dan aksi di dalamnya.


Haruhi meletakkan buku itu di atas meja. Menatap Yuzuki yang telah tertidur pulas dengan manik terpejam sepintas lalu sepasang netra ungunya menerawang. Tiba-tiba saja, ia ingin mendekatimu. Dengan cara yang sedikit lebih baik, tidak sefrontal tadi agar kau tidak terlihat takut kepadanya seperti di perpustakaan.

"Kenapa aku penasaran sekali akan tentangnya---" Haruhi mengacak rambut.

Di sela tarikan napas, Yuzuki berucap dengan manik terpejam, "Haruhi... tidurlah."

Menyadari telah membangunkan Yuzuki dengan suaranya, Haruhi bergumam, "Iya, maaf."

Haruhi merapatkan selimut hingga di dada. Salahkah bila ia ingin sekadar berteman?

• • •

Kau memandangi sela buku yang kosong itu dalam diam. Yap, kau hanya perlu bersabar. Semenjak dua hari terakhir, ke perpustakaan begitu terasa hambar. Hampir seluruh bacaan fantasi di sana telah kau pinjam. Satu lagi, dan koleksi bacaanmu sempurna sebelum memutuskan pencarian ke perpustakaan daerah.

"Kau hanya butuh lima hari lagi, [Name]. Ya, limaaa saja," gumammu menyemangati diri sendiri.

"Sepertinya kau sangat ingin meminjam novel itu, ya? Aku jadi tidak enak," ucap seseorang di belakangmu.

Kau mendongak, mendapati subyek yang tega membiarkanmu menunggu. Kau memasang wajah masam. Tanganmu terlipat, tidak terlihat senang saat eksistensi Haruhi di sisi.

"Kurasa kau pasti tidak akan membaca novel itu," dugamu ketus.

Haruhi memasang senyuman tipis. "Aku udah baca enam bab. Lumayan, lah."

Kau mengerjap. "Meskipun isinya ada bumbu romantis, kau tetap suka?"

Haruhi mengangguk mantap. "Sang mantan bajak laut misterius menjadi raja dan gadis asal menara hantu yang memiliki batu kutukan di lengan kanan. Serta bawahan sang raja yang kocak. Kira-kira begitu ceritanya."

Wajahmu merona. Tidak disangka ia mau mengajakmu berinteraksi. Entah ia memuji atau hanya mengada-ada, kau tak paham.

"Ish! Jangan membocori kisahnya, nanti tidak seru lagi! Awas saja kalau pas kubaca nanti jadi ngga seru, kalau sampai kejadian...," ancammu berkacak pinggang.

Haruhi memiringkan kepala, tangan kanannya menyentuh rak di atas kepalamu. "Kalau sampai kejadian?"

Karena jarak kalian yang cukup dekat. Belum lagi suasana sunyi. Sepi. Dan tidak ada siswa yang sama sekali lewat karena jam istirahat, kau jadi panik. Bahkan melupakan lanjutan ancamanmu kepadanya. Namun, kau tidak mau kalah darinya. Sekalipun, tiada lagi kekalahan seperti kemarin.

"Kalau sampai kejadian, akan kuumumkan seisi sekolah kalau kau dan kakakmu itu saling mencintai sesama alias incest."

Jahat memang, tapi kau terlanjur merasa kesal karena ditantang.

Haruhi mengorek kuping, tidak mengambil pusing. "Loh, aku memang mencintai kakakku, kok. Apa yang salah dengan menyayangi keluarga? Silakan saja, kalau kau berani."

Tidak tahu lagi harus menanggapi apa, kau langsung menerobos keluar darinya lalu meninggalkan perpustakaan. Di sisi lain, Haruhi menghela napas.

"Kenapa jadinya begini, coba?" sungut Haruhi mengacak rambut kuningnya.

• • •

Tiga hari lagi.

Yap, tidak serajin sebelumnya, kau tidak mampir ke perpustakaan. Dengan sebungkus roti melon, kau duduk di bangku taman. Memandangi beragam aktivitas. Sendirian, tanpa siapapun yang menemani, mengingat di antaranya tidak menyenangi literatur sepertimu dan menganggap hal tersebut membosankan.

Namun, Haruhi tidak pernah bosan mendekatimu. Dia tahu, cukup tahu kau sering menyendiri di sekolah. Namun, kau tidak pernah terlihat sedih akan hal itu.

Haruhi menghampirimu ke taman setelah mendapati dari jendela lorong sekolah.

Dengan napas terengah-engah dan tangan terulur, ia berucap, "Maaf, ya."

Kau menelan kunyahan roti sesaat. Memandangi tangan Haruhi lalu menjabat pelan.

"Aku akan memaafkanmu kalau novel i---"

Kini, novel bersampul biru langit itu ada di balik ranselnya. Ia pun memberikannya kepadamu. Masih lengkap dengan plastik dan tercium aroma khas baru dari lembaran kertas. Yang berarti, novel itu dibeli dari toko buku.

"Ini...," gumammu tak bisa berkata-kata. "Kau nggak nyolong dari toko buku, kan? Yang dipinjam mana?"

Haruhi memutar maniknya malas. "Memangnya aku kelihatan sejahat itu? Ini untukmu, serius. Toh, sudah kubalikin juga bukunya."

Kau menyentuh buku itu. Kover yang halus. Kondisi mulus. Dan sama sekali bebas dari bekas lipatan halaman, melainkan terdapat pembatas buku. Siapa yang tidak senang bila memiliki buku favoritnya, apalagi gratis?

"Haruhi... kenapa kau sangat ingin meminta kontak dari orang yang tidak kau kenali?"

Haruhi menghela napas. "Karena ingin berteman denganmu. Salah? Aku... juga ingin tahu novel-novel serupa seperti ini."

Kau tersenyum tipis. Haruhi menggaruk tengkuk, merasa malu karena kau memandanginya lama-lama. Novel itu juga belum kau ambil.

Mungkin saja... Haruhi memang bermaksud baik kepadamu. Ya, tidak ada salahnya mulai mencoba menerima seseorang dalam hidup, bukan?

Haruhi pun membuka ritsleting ranselnya, hendak menyimpan novel penolakan, tetapi jemarimu mencegat pergelangan tangannya.

"Ja-jangan masukkan. Aku akan menambahkan kontakmu di Lime... tapi novel itu memang untukku, kan?"

Haruhi tergeming sejenak lalu terkekeh. Masih membiarkan ransel itu setengah terbuka, novel itu hendak ia letakkan di atas pucuk kepalamu. Dengan cepat, kau menyelamatkan novel itu agar tidak terjatuh lalu menaruh di bangku taman. Sesuai kesepakatan, tanganmu mengambil ponsel dalam saku rok. Menunjukkan barcode yang bisa di-scan oleh Haruhi. Pemuda berambut kuning itu tersenyum girang.

"Mulai besok, jangan merana lagi. Aku dan Yuzuki akan menemanimu saat istirahat," ajak Haruhi dengan mantap memegang bahumu.

Kau membuang muka. "Si-siapa yang merana? Aku memang senang sendirian di sini."

Haruhi menutup telinganya. "Wah. Aku nggak dengar kata-katamu. Pokoknya besok, kau harus bersama kami. Nggak mau tahu."

Namun ketimbang menganggap sebagai teman, sepertinya Haruhi mulai menempatkan dirimu melebihi perhatian sebatas itu.

• Fin •
Words: 1439

A/N:
Kalau jelek maap yha, Kak. Nggak tau kaka bakal naksir Haruhi apa kaga, semoga suka :""""
Karena permintaan dari Kak aga_alana, sebenarnya Feel The Soul ini emang beneran ada, tapi ff utapri//lol. Maap yha kesannya saya promosi dengan nunjukin kelebihan gitu, tapi yah ah sudahlah... X")

Mencicil rikuesan lain, makasih sudah membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro