Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mamirin - Sekimura Mikado

"Aku mau yang ini!"

Sebuah gantungan figurin Mamirin hanya tersisa satu di sebuah toko aksesoris. Tetapi berakhir diperebutkan oleh dua orang--- yaitu kau dan seorang pemuda berambut cokelat berbingkai manik.

Kau mengernyitkan dahi. "Tanganku duluan menggapai Mamirin, jadi ini punyaku. Sekali lagi, punya---"

Pemuda berambut cokelat itu menggeleng cepat. "Aku sudah melirik Mamirin dari minggu lalu! Aku baru berkesempatan membeli hari ini!"

Keributan kalian membahana hingga seisi toko yang tidak terlalu luas. Belum lagi dengan pelanggan lain yang berada di sebelah ikut melirik-lirik kalian. Koleksi Mamirin di setiap toko aksesoris tertentu hanya disediakan lima--- limited edition--- dan itu artinya, gantungan Mamirin termasuk sulit didapatkan.

"Mohon maaf, Tuan, Nona, jadi siapakah yang akan membeli?" tanya sang pelayan menghampiri kalian usia mendengar cekcok mulut barusan.

"Saya!" Kalian menjawab secara bersamaan.

"Tapi... Mamirin hanya ada satu untuk saat ini. Bagaimana jika salah satunya mengalah?" saran pelayan toko.

Manik kalian saling beradu sengit. Tidak ada tanda-tanda di antara kalian yang akan merelakan Mamirin berpindah tangan.

"Baiklah, hompimpah saja biar adil," saran sang pelayan lagi, takut jika Mamirin terancam--- semisal, jika tubuh figurin terpotong menjadi dua karena diperebutkan secara paksa.

Berat hati bagi kalian untuk memutuskan, tapi pada akhirnya, opsi barusan yang akan benar-benar menentukan secara adil.

Tangan terkepal erat. Dada berdesir. Konsentrasi penuh dalam intuisi mulai menyusup dalam benak. Mengandalkan keberuntungan atau mendatangkan kesialan yang menentukan.

Satu... dua... tiga!

Tanganmu menunjukkan batu sedangkan pemuda itu menunjukkan gunting.

"AAAAAA! Tanganku! Kenapa kau tidak sepaham denganku? Kenapaaaa?" Ia memandangi tangannya lalu bertekuk lutut penuh penyesalan.

Kau meniupi jemarimu yang terkepal dengan bangga.

Sang pelayan justru malah terkesan kecewa karena kau yang mendapatkannya. Ia berjongkok lalu menepuk bahu pemuda yang tengah terpuruk itu.

"Mikado-san, sebagai langganan kami, relakan saja figurin Mamirin yang itu. Saya bisa menyetok satu set Mamirin khusus untuk Anda jika ingin."

Manikmu melotot karena kesal. "Itu kecurangan! Mana bisa dia diperlakukan spesial begitu?"

Pemuda yang disebut Mikado pun berdiri sambil menepuk lutut yang kotor menyentuh lantai. "Maaf, tapi saya harus menolak. Sebagai penggemar Mamirin, saya akan berusaha dengan pencapaian sendiri. Tidak beruntung sekali bukan berarti selamanya sial, kan?"

"Baiklah kalau begitu. Kurasa kalian sudah berbaikan, jadi selamat berbelanja," sahut sang pelayan memasang raut sebal lalu berbalik badan.

"Kau itu otaku, ya?" tanyamu mengulurkan tangan. "Sebagai sesama fans Mamirin, aku akan memperkenalkan diri. [Full Name]."

Pemuda berambut cokelat lurus itu tersenyum tipis. "Hanya menyukai dan mencintai Mamirin. Sekimura Mikado."

Kalian berkenalan dengan baik usai debat Mamirin. Sebagai permulaan awal pertemuan antar fans.

• • •

"Nggak boleh kelewat senang hanya karena itu," semprot sahabatmu menautkan bolpoin di atas bibir usai mendengar cerita rebutan-Mamirin-lalu-jadi-teman.

"Tapi... dia termasuk tipe langka sebagai fanboy  Mamirin! Dia kelihatannya ramah... meskipun kami awalnya debat demi memperebutkan ini," ujarmu terlihat malu-malu memperlihatkan gantungan Mamirin, meskipun masih terlihat bersemangat.

Awalnya, Mamirin hanya karakter idola perempuan asal dua dimensi.

"Saat Mamirin menampilkan sihirnya itu imut sekali~" pujamu dengan manik berbinar-binar. "Kostum bajunya juga keren!"

Temanmu mendesah. "Omong-omong soal Mamirin... ada event-nya," tawar temanmu.

Sebuah poster event  Mamirin pun diedarkan kepadamu.

"E-Event? Aku mau ikutan!"

Temanmu menunjukmu penuh ambisi. "Kau harus mengajaknya bersama-sama... yaaa, kalau kau sengaja mempergunakan event ini untuk melepas masa lajangmu."

Kau melongo.

"HAHA. [Best Friend's Name]-chan, itu nggak lucu," sanggahmu menggeleng cepat.

"Serius. Kau bisa menjadi Mamirin dan katakan seperti ini: Mikado-kyuun, aku imut nggak? Kyaaa, aku suka kamu~"

Kau melongo ronde kedua. Seolah ucapan sahabatmu tidak bisa lebih gila daripada ini.

"Astaga, apa kau gila? Kami cuma teman, nggak lebih!" bantahmu mengguncang bahu sahabatmu.

Sahabatmu mengedipkan sebelah manik. "Kita lihat saja nanti."

Dirimu masih bergeming, membayang-bayang kelangsungan event  tersebut nantinya.

• • •

"Tentu saja aku akan pergi! Kapan acaranya?" Mikado menatapmu dengan manik berbinar-binar.

Kalian bertemu di sebuah restoran siap saji 24 jam. Berasal dari sekolah yang berbeda, tapi sepakat untuk bertemu di sini karena berawal dari ajakanmu. Kalian juga sudah sering kontak via chat  meskipun sepanjang obrolan mendominasi tentang Mamirin.

Kau mengangguk mantap. "Tanggal 28 bulan ini. Dan... di event itu, koleksi Mamirin yang langka akan terjual secara bebas. Yang kemarin kubeli juga akan dijual di sana"

"Benarkah?! Berarti koleksiku akan lengkap! Yatta!" ujar Mikado tersenyum riang.

Tanpa sadar, dadamu berdesir kencang. Kau juga ikut merasa bahagia melihat ekspresi Mikado.

"Terus... aku mau menjadi Mamirin di event foto cosplay nanti. Kira-kira cocok tidak?" tanyamu membasahi bibir, terlihat gugup saat menebak pendapat Mikado.

Mikado hendak terdiam sejenak. Kau sedikit keheranan karena menanyakan pendapat tersebut. Apa suaramu yang terlalu kecil?

"Nggak cocok." Mikado menundukkan kepala. "Kau lebih baik menjadi---"

Sejejak perih menelusuri batinmu. Kecewa, sepertinya begitu. Kau menganggap Mikado hanya menyukai Mamirin yang asli. Kau bergegas bangkit dari kursi sambil mengambil tas.

"[Name], kau...." Mikado memperbaiki letak kacamata hitamnya.

Kau tersenyum tipis. "Maaf, aku ada urusan. Terima kasih atas pendapatmu, ya. Sampai jumpa."

Mengabaikan panggilan Mikado terhadapmu, sepasang kakimu telah berlari meninggalkan restoran. Dadamu bagai ditancap-tancap jarum meski tak berwujud. Padahal, kau tak menyatakan perasaanmu. Hanya dengan demikian, kau menyamakan rasanya dengan patah hati. Pahit dirasa, menelankan begitu kesenangan yang kauanggap sia-sia.

• • •

Sejak saat itu, kau tidak pernah menanggapi pesan dari Mikado. Tepatnya, kau sengaja tidak membaca pesan. Animasi Mamirin yang ditayang setiap sekali seminggu tidak lagi membuat batinmu mengebu-gebu. Dulu, semenjak akrab dengan Mikado, kau sengaja mengirim spam message kepada Mikado. Mengingatkannya menonton di waktu yang sama.

Namun, kini kau tidak punya kesanggupan untuk melakukan hal tersebut. Kesal dengan diri sendiri, tanganmu terkepal, hendak menepuk bantal. Kau merasa khilaf--- seharusnya waktu itu tidak perlu merasa tersinggung. Berpura-pura tertawa saja. Dengan demikian, segalanya akan baik-baik saja.

Usai melampiaskan dengan benda, kakimu melangkah mendekati lemari. Masih ada kostum Mamirin lengkap dengan wig dan sepatu. Setelah sahabatmu memberi tahu soal event, kau langsung membeli kostum Mamirin.

Persetan dengan ungkapan Mikado yang menyakitkan hati, kau tetap akan mengenakan kostum Mamirin.

• • •

Hari event  Mamirin.

Kau memutuskan pergi sendirian ke event Mamirin. Sebelum pertengkaran itu terjadi, sebenarnya kau ingin pergi bersama-sama dengan pemuda itu. Tentunya, kau pergi dengan kostum Mamirin.

Hadiah memenangkan event foto terbaik termasuk menggiurkan bagimu: bisa foto bersama seiyuu (sulih suara) Mamirin dan mendapatkan satu set merchandise. Kau melangkah dengan percaya diri. Memperagakan gerakan Mamirin sebagai penyihir imut.

Awalnya, kau malu-malu ketika terdapat sederetan kaum adam yang memotretmu dari berbagai angle. Namun, kau berusaha mengabaikan prasangka buruk.

"[Name]! Kau ada di mana? [Name]!"

Tanganmu mengudara sejenak saat mengangkat tongkat sihir tinggi-tinggi. Suara itu milik Mikado. Semangatmu langsung memudar begitu saja. Tongkat yang kaugenggam langsung jatuh ke lantai.

Mikado benar-benar mencarimu.

"Ah! Bisa-bisanya menjatuhkan tongkat. Payah sekali memperagakan Mamirin!" ejek seorang penonton laki-laki berhenti memotretmu.

"Payah!"

"Turun! Turun! Turun!"

Kau yang tengah berjongkok memungut tongkat itu. Saat mendengar komentar-komentar itu, tubuhmu terasa kaku. Kau merasa seluruh kekuatanmu disedot habis. Takut. Seluruh pasang mata yang melihatmu seolah menghantui.

"[Name]!" Mikado terengah-engah memecah kerumunan itu.

Manik hijaunya membola saat melihatmu berjongkok penuh kepanikan. Tangannya terulur mengenggam lenganmu. Membawamu kabur dari kerumunan menyeramkan itu. Kau menggigit bibir tengah, merasakan perasaan bercampur aduk.

"Inilah kenapa kau nggak cocok menjadi Mamirin." Mikado mendesah lalu berbalik badan. "Fanboy Mamirin sangat kejam kalau soal penilaian jika dirasa tidak sesuai."

Matamu berkaca-kaca. "Kalau begitu... harusnya kau lebih jujur kepadaku. Katakan aku jelek dan nggak pantas waktu itu!"

Mikado merengkuhmu. Dirimu sempat terkesiap, memukul dada bidangnya dengan kepalan tangan.

Mikado memegang kedua lenganmu. "Pukul aku hingga puas, [Name]. Aku benar-benar kalah sepenuhnya darimu."

"Ke-kenapa?" tanyamu masih terisak.

"Karena mulai saat ini, Mamirin bukan lagi nomor satu. Melainkan kau, [Name]."

Dari ucapan Mikado, mungkinkah kau menangkap maksud ucapannya?

• END •

Words: 1257

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro