Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ketua [Part. 2] - Kaneshiro Goushi

Secarik kertas terpajang di majalah dinding kampus menjedakan langkahmu sejenak. Terlihat adanya sebuah pameran seni. Di saat yang bersamaan, terlintas Goushi di benakmu. Ia yang selalu menjinjing sarung gitar hitam. Kalau saja Yuuta dan Kento tidak menangkap basah dirimu, kau siap menjadi penggemar rahasianya. Kompetisi diselenggarakan tiga minggu lagi.

"Oh, [Name]! Sedang lihat apa?" tanya Yuuta berada di sebelahmu, memandangi mading yang sama. Kali ini ia tidak bersama Kento.

Kau menunjuk selebaran pameran itu. "Apa Gochin-senpai akan mengikuti acara ini? Dia bisa bermain gitar."

Yuuta menggeleng pelan. "Gochin tetap ikut kompetisi pameran itu, bahkan bergabung di sebuah band. Tapi sepertinya terjadi cekcok."

Alismu berkerut memikirkan alasan Goushi. Tahu-tahu, kau menyadari keganjilan.

"Kapan saja aktivitas klub band senpai berlangsung? Apa Ashuu-san tahu?" tanyamu ingin memastikan.

Sebagai teman karib Goushi, kau yakin Yuuta mengetahui aktivitas kakak kelasmu itu. Menyadari pertanyaanmu, Yuuta jadi menatapmu canggung. Bisa saja kalian memang sepemikiran.

"Gochin ... selalu berlatih bersama band-nya setiap selasa dan kamis. Tahun ini, ia memang memutuskan akan menyerahkan jabatannya sebagai ketua klub renang kepada adik kelas tingkat dua karena ingin fokus bermusik."

Mendengar ucapan Yuuta barusan membuatmu tertegun. Karena bujukan dan paksaan tanpa pertimbangan, kau jadi merasa bersalah. Padahal Goushi punya kepentingan lain yang harus diprioritaskan.

"Ini salahku, Ashuu-san. Seandainya aku tidak bersikeras mendesaknya, Gochin-senpai pasti tidak akan ditegur. Apa aku sudah terlambat untuk memperbaiki semua ini?" tanyamu menarik napas dalam-dalam.

Yuuta menepuk bahumu. "Bukan salahmu, kok. Aku dan Kento juga terlibat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Gochin pasti tetap bisa menyelesaikan perkaranya."

Selama masih ada waktu yang tersisa, selama masih ada peluang bagi lelaki itu kembali, kau akan memperbaikinya. Meskipun itu artinya kau harus berpisah dengan cara yang tidak baik sekalipun. Meskipun itu artinya kau sengaja menyerah.

Ketua - Last Part

Pair: Kaneshiro Goushi x Reader

Rate: T+ [PG-15]

B-project milik MAGES

By agashii-san

.

.

.

Memutuskan untuk dibenci Goushi ternyata tidak mudah. Untuk mempersiapkan perpisahan sepihak hari itu, kau juga berusaha menahan mental disindir dan dicaci maki sekalipun. Akan tetapi Goushi malah tidak bertindak demikian. Seenaknya melakukan trik licik; mencuri ciuman pertamamu. Yang terus membuatmu terlibat dilema.

× × ×

"[Name]!" Tidak menunggu hingga berhari-hari, Goushi sudah bisa menangkap basah eksistensimu.

Bumi itu sempit--- berlaku bila hidup di ruang lingkup yang sama. Segera, kau mempercepat langkahmu. Siapa yang sangka bila Goushi menunggumu di depan lorong loker?

Goushi pun mengejarmu, tetapi kakimu refleks menuju toilet perempuan. Saat kau berada di sana, beberapa perempuan yang bercermin di toilet hendak mengernyitkan dahi. Karena terus dikejar-kejar, kau bernapas terengah-engah.

Lelaki berambut hitam itu berdecak karena terjebak, terpaksa berada di luar.

"Kita harus bicara," kata Goushi dari luar. "Kemari sekarang."

Meski sudah berada di dalam ruangan, kau masih tetap bisa mendengar suaranya. Beberapa perempuan yang berada di dalam berbisik-bisik; menduga siapa subyek yang dimaksudkan sang lelaki. Cepat atau lambat, kau juga akan bertemu dengan lelaki itu. Namun, kini Goushi berdiri di luar ruangan, menunggu.

"Tidak ada yang harus kita bicarakan. Jangan memanggilku atau aku akan berteriak!" ancammu, padahal sudah berseru dari dalam.

Berkat perintahmu dari dalam, Goushi sudah menerima berbagai pasang mata dengan berbagai ekspresi. Kebanyakan melirik negatif--- mengiranya sebagai lelaki mesum yang mengekori seorang perempuan hingga ke toilet. Namun, persetan tatapan-tatapan itu bagi Goushi.

"Maaf. Aku tahu ucapanku kasar. Tapi kau perlu mengatakan alasanmu yang sebenarnya," tukas Goushi. "Aku serius."

Sebenarnya, kau bisa saja luluh karena ucapan itu. Goushi jarang--- atau bahkan tidak pernah--- bertutur selembut dan setengah putus asa. Itu yang kautahu selama menjadi adik kelasnya. Dia yang gengsian, jarang mengalah, dan keras kepala ... bisa begitu berbeda.

"Termasuk hal tadi? Padahal itu yang pertama untukku." katamu sedikit mengintip di sela dinding toilet.

Tanpa sepengetahuanmu, penghuni toilet wanita sudah membayangkan kejadian yang tidak-tidak. Beragam pasang mata melirikmu penuh arti. Wajar saja karena dianggap ambigu.

Goushi berdecak. "Meskipun yang pertama sekalipun untukmu, aku tidak akan minta maaf."

Kau menggembungkan pipi. "Pergi. Aku tidak berminat menemuimu."

"Tidak ada alasan untukmu berlama-lama di sini." Goushi berkacak pinggang.

Tidak disangka, kau sudah didorong paksa oleh penghuni perempuan di dalam toilet. Beruntung, Goushi menahan tubuhmu sehingga tidak jadi tergelincir. Diberi tatapan sinis, kau mulai menyadari ucapanmu barusan. Toilet sudah pasti bukan tempat yang sesuai untuk berdiskusi.

"Maafkan saya," ungkapmu membungkukkan tubuh sembilan puluh derajat, bercampur malu.

"Kalau ingin berdebat dengan kekasihmu jangan di toilet," sindir salah satu perempuan meninggalkan toilet.

Padahal kau sengaja kabur ke toilet agar Goushi menyerah, tetapi dia tetap gigih menunggumu.

"Dia bukan kekasihku!" Baik kalian sama-sama meralat, tetapi tidak tidak ada yang menyetujui opini tersebut.

Alhasil, kalian hanya bisa menuruti celotehan itu. Goushi pun mendahuluimu dengan langkah gontai. Pelan-pelan, kakimu melangkah. Mengekorinya. Bagai majikan dan bawahan.

× × ×

Sekaleng jus jeruk yang berembun kini berada di genggamanmu. Kalian duduk bersebelahan di bangku taman yang tidak jauh dari mesin kaleng otomatis. Tapi kau masih tetap diam--- sibuk menarik penutup kaleng. Goushi yang melihat kejadian itu langsung membukakan kalengmu.

"Arigatou," katamu menyesap jus jeruk pemberiannya.

"Bergantung kepadaku bukan masalah," tutur Goushi menyandarkan punggungnya lalu memandang angkasa.

Manikmu mengerling penuh keheranan. "Kenapa? Tidakkah itu menyusahkan?"

Goushi meneguk kopi hitamnya dulu baru berucap, "Karena aku ketua klub. Sudah semestinya kewajibanku untuk bertanggung jawab menjagamu."

"Aku dengar dari Ashuu-san kalau senpai memutuskan berhenti dari klub renang," tuturmu menyadari guguran daun momiji mengenai puncak kepalamu.

Goushi menyadarimu sedang meraba-raba letak dedaunan yang menempel. Namun, karena dia lebih tinggi, ia berhasil menemukan daun oranye kemerahan itu. Wajahmu seketika tersipu--- Goushi seakan terbiasa menolongmu--- teruntuk hal sepele.

"Memang. Aku tidak terlalu aktif di klub renang selain mengajarimu di pagi hari," jawab Goushi gamblang.

Alismu berkerut. "Kalau begitu, senpai tidak usah memedulikanku dan fokus saja di klub band."

"Tidak bisa. Kau masih belum mahir berenang." Goushi mengusap lengan, tampak gusar.

Kau menghela napas. "Berhentilah peduli kepadaku. Senpai ... tidak perlu repot-repot lagi bila hanya merasa kasihan kepadaku."

Goushi melempar kaleng kopi dengan tepat sasaran ke tong sampah.

"Apa aku terlihat mengasihanimu?" tanya Goushi menutupi sepasang iris merahnya dengan punggung tangan.

Menggeleng cepat, kau berkata, "Bukan begitu. Aku takut merasa nyaman dan aman saat bersama senpai."

Dimarahi Goushi saat diajari sudah seperti makanan sehari-hari--- kau tahu dia bukan marah karena kebencian, melainkan kekhawatiran. Ia yang terlihat acuh tak acuh, tetapi diam-diam paling peduli. Dia ... kakak tingkat yang paling kausukai di tahun pertama kuliah.

Usai kau berkata-kata, Goushi masih tetap menutupi maniknya dengan punggung tangan. Terdiam seribu bahasa.

"Gochin-senpai, jangan marah, ya? Intinya, fokus band saja dulu. Soal muak ... aku memang bohong. Meski senpai tidak menyukaiku, tapi aku tetap akan menunggu," tuturmu berkata cukup panjang.

Ternyata saat kau membuang kaleng jus jeruk tidak berlalu begitu saja. Goushi meraih jemarimu. Sejalar kehangatan mengalir, membuat denyut nadimu berdentum lebih cepat. Embusan angin musim gugur bertiup, tetapi tidak menghilangkan jejak itu sama sekali.

"Memangnya aku tidak menyukaimu?" Goushi sudah memberi tatapan lekat-lekat.

Mulutmu menganga lebar. "Hah? Kukira senpai tertidur!"

"Aku mendengar semuanya," ucap Goushi meregangkan lengannya. 

Jemarimu menangkup kedua pipi yang kini semerah tomat. "Kenapa cuma aku yang ketahuan suka, sih? Dasar curang!"

Goushi mendengus. "Itu sudah setara dengan membuatku khawatir. Satu banding satu."

Pipimu menggembung. "Heeeh? Senpai tidak mau mengaku, ya? Padahal sudah seenaknya menciumku dua kali."

Alis lelaki itu naik sebelah karena merasa dituduh yang tidak-tidak. "Hah? Dua kali?"

"Saat tenggelam waktu awal masuk kuliah dan beberapa hari silam. Tuh, dua, 'kan?" lawanmu menghitung dengan jari.

Tidak terima, Goushi beralih merangkulmu dengan lengan hingga meraih tengkuk. Sebenarnya ia memang sudah tidak bisa mengelak. Wajahnya juga sudah mulai merona. Terjebak sudah.

"Senpai, lepaskan! Ini bisa dianggap tindakan kekerasan kepada perempuan malang!" elakmu memukul lengannya beberapa kali.

Gara-gara kau sengaja menjahilinya, sepertinya ia gemas denganmu. Namun, ia sadar sehingga sengaja tidak kuat merangkulmu--- meski lebih terlihat seperti sedang mencekik. Namun, karena tubuhnya disandari olehmu, kau merasa sedang dipeluk dari belakang.

"Cih, siapa suruh hitung-hitung segala! Kalau sampai terdengar orang lewat, bagaimana?" tegur Goushi akhirnya melepasmu, membuang muka.

"Senpai harus tampil dengan baik di pameran nanti. Janji," katamu mengulurkan jari kelingking.

Goushi termenung sesaat, tetapi menyadari jarimu mengudara, ia mengaitkan jarinya. Seketika, seukir senyuman terhias di kedua sudut bibirmu. Kali itu, di lubuk hatimu, kau sungguh ingin mendukung lelaki itu. Jari Goushi yang terkait cukup lama membuatmu mengernyitkan dahi. Ketika kau mencoba melepas kaitan itu, Goushi malah menarik jemarimu. Tanpa seizinmu (lagi), ia mengecup kelingkingmu.

"Anggap saja ini sebagai pengakuanku. Awas saja, saat ini, kau tidak perlu menghitung lagi." Goushi tersenyum tipis--- momen terlangka yang ingin kausimpan--- andai matamu bisa langsung memotretnya bagai kamera.

Manikmu mengerjap bingung. "T-tadi itu ...."

"Kupastikan kau tidak mampu menghitung jumlahnya lagi."

Candaan atau sungguhan, teruntuk Goushi yang tahu. Namun, kini perasaannya telah tertuju kepada seorang dirimu, [Full Name].

× × ×

O M A K E

× × ×

Wajahmu berseri, penuh dengan kebahagiaan. Secarik piagam kompetisi membuatmu takjub. Usai pertemuan itu, Goushi mendengarkan keinginanmu. Cekcok pun terselesaikan (berkatmu, Goushi meminta maaf), sehingga aktivitas band kembali mulus.

"Omedettou! Senpai keren sekali," pujimu tanpa sadar dengan pipi yang mengembang.

Sebenarnya, Goushi tidak bermaksud memamerkan piagam penghargaan itu--- berhubung ini dikarenakan desakanmu. Dan keinginanmu.

"Hati-hati. Aku tidak mau piagamku luntur terkena air kolam," semprot Goushi.

Pasalnya, kau sedang berendam kaki di dalam kolam. Karena ditegur, kau mengembalikan piagam yang sudah terbalut map plastik. Manikmu mendapati bayangan yang terpantul dari kolam, ditemani Goushi yang sudah menggulung celana hingga lutut.

"Jadi, mau belajar berenang lagi?" tanya Goushi menolehmu.

Kau memasang cengiran kaku. "E-eh? Sekarang?"

"Besok," semprot Goushi. "Ya hari ini, lah. Memangnya kau tidak ingin mahir berenang?"

Mengerucutkan bibir, kau menyelipkan helaian rambutmu ke belakang telinga. "Aku ingin ... tapi bukankah senpai bilang akan berhenti menjabat sebagai ketua klub?"

"Aku hanya mau mengajarimu, tahu. Makanya kita selalu berdua." Goushi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sekarang kau tidak bisa mengelak lagi. Cepat ganti pakaian sana."

Merespons dengan mulut menganga, Goushi berusaha menahan kekehan lalu menaruh handuk di atas kepalamu. Ia pun bangkit lebih dulu dari kolam setelah merendam sepasang kakinya bersamamu. Sepertinya, masa-masamu bersama kakak kelas dimulai lagi dari awal, dengan perasaan yang jauh berbeda.

Dia, kakak kelasmu.

- Fin -

A/N (lapak curhat + behind the scene penulisan kedua part ini):
Imajinasi Goushi versi Agachii ... entah kenapa jadi sentimental bin romantis yha--- jadi OOC gitcu--/dibuang.

Alkisah, ada bumbu kisah nyata yang kutuang di part ketua - Kaneshiro Goushi (soal belajar berenang, tapi nggak ada doinya/hwe). Sampai sekarang saya mah masih setengah-setengah bisa berenang lololol x"D

Ayo ngaku, siapa yang tidak bisa berenang? xD

Jadi, pesanku itu: tidak ada salahnya untuk belajar sesuatu. Berapapun usia kamu sekarang dan selagi bisa, no matter what, belajar demi kebaikan tidak pernah salah ;;3

With love,
Agachii

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro