Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ᩍ halaman keempat

ᩍ 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚

•••

Tangannya terjatuh tatkala lelaki yang akhir-akhir ini ditemuinya, mengabaikan sapaan singkat. Ditatapnya punggung lelaki yang menjauh dengan wajah datar.

"Apa Kawaragi-san sedang banyak pikiran?"

Ia menyelipkan bibir bawahnya, menggigit pelan disela gigi. Tersenyum tipis, mengingat bayangan yang membuatnya kembali menangis.

"Punggungnya mengecil," tangan itu diangkat, seolah meraih Senju yang semakin menjauh. "Pergi, seperti dia."

•••

"Ibu mengabaikanku. Ayah meninggalkanku. Orang-orang menjauhi. Apa kau juga akan pergi dari sisiku?"

•••

Dia hanya muak.

Dengan kehidupan ini. Sekolah adalah penyiksaan, sedangkan rumah adalah neraka.

Lalu, kemana dia harus pulang?

Kurva sinis kerap tercipta tatkala langkah membawanya masuk. Ke dalam sekolah yang disebut tempat menimba ilmu. Walau pada kenyaannya, itu adalah tempat yang menghilangkan senyum.

Adu nasib.

Adu mulut.

Cekikikan.

Tawa dibalik senyum.

Iblis dibalik topeng malaikat.

(Name) hanya bisa menghela napas lelah.

"(Surname)-san, ayo kita diskusikan tugas ini di kafe sebelah. Kami tidak membawa uang, (Surname)-san yang bayar, bagaimana?"

"Maaf, aku sibuk."

Dirinya memilih pergi, meninggalkan decakkan sebal pada sang penanya.

•••

Faktanya, rumah tidak lebih baik.

Ditatapnya pria paruh baya yang hendak pergi.

"Apa Ayah tidak akan menetap barang semalam?"

Pria itu meliriknya lewat ekor mata.

"Akan kulakukan jika tidak ada ibumu."

Seulas senyum terukir di wajah (Name), tahu betul apa maksudnya.

Mereka tidak cerai.

Namun rumah tangganya tercerai berai.

•••

Memeluk diri sendiri. Menenangkan hati. Berharap dirinya segera mati. Menolak hidup dengan penderitaan tanpa henti.

"Ah ... aku rindu dia."

Ditatapnya gelang pada tangan kanan. Ia tersenyum menatapnya.

"Kemana kamu pergi?"

Orang yang ia temui tiga tahun lalu. Orang yang membuatnya jatuh, juga memberinya alasan. Untuk bangkit.

Memberinya gelang buatan tangan sebagai jaminan ia akan kembali.

Cinta pertamanya.

Bayangan wajah dalam ingatan begitu samar. Yang ia ingat hanyalah nama, figur tubuh, serta suaranya.

"Aku bertemu seseorang yang mirip denganmu."

•••

Pada kenyataannya, Senju bukan sengaja ingin menghindari (Name). Ia hanya sedang pusing dengan permasalahan gengnya.

Takeomi melirik Senju yang terlihat muram.

"Mau minum?"

Ditawarinya segelas air.

"Eh? Boleh. Terima kasih."

Tangan terangkat, menerima cangkir berisi air. Lengan bajunya sedikit tertarik, membuat sebuah aksesori meluncur, keluar tanpa izin.

Perhatian Takeomi berpusat padanya.

"Gelang?"

Senju yang hendak meneguk air terhenti. Ia mengikuti pandangan Takeomi dan mengulas senyum tipis.

"Ah, ini?"

Ditatapnya gelang dengan bandul bulat, warnanya biru kehijauan, dan sekelilingnya adalah mutiara hitam kecil. Membentuk rantai, menempel erat dengan dirinya. Menolak untuk lepas.

"Ini gelang pasangan," lelaki itu menatap Takeomi dengan senyuman tipis. "Buatan tangan."

•••

16 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro