✦:・゚🍁 O3. Langkah
Warn!
Maybe OOC, bahasa kasar,
kata tidak baku, typo.
────────「💌」────────
"Apakah awal perhatian itu memang ditunjukkan setengah-setengah ya?" ─ (Fullname)
────────「💌」────────
"Ra, di mana? Ini aku udah bolak-balik keliling komplek lho, rumah kamu yang mana?" (Name) bertanya kepada Kira, karena sejak tadi ia sudah sampai di alamat yang diberikan Kira kepada dirinya, namun sampai sekarang (Name) tak menemukan rumah Kira yang mana.
"Kamu sekarang di mananya (Name)?" Kira bertanya balik dari seberang telepon.
(Name) menatap sekitarnya. "Ya di pertengahan komplek, aku udah masuk, ga tau sekarang di mana. Kamu ga salah kasih alamat kan?" (Name) mendadak panik.
"Sebentar aku cek lagi." Kata Kira.
"Jangan lama-lama Ra." Ucap (Name).
Hening dalam beberapa menit, Kira sepertinya masih memastikan alamat rumahnya saat ini. Sedangkan (Name) benar-benar panik, khawatir bila Kira memang salah mengirimkan alamat, lalu bagaimana dia pulang? (Name) sudah lupa di mana gerbang masuk komplek ini, (Name) terlalu masuk ke dalam, sedangkan dirinya memang susah menghafal jalan.
"(Name)." Suara Kira kembali terdengar.
"Gimana Ra?" Tanya (Name).
"(Name)... AKU SALAH KASIH ALAMATNYA!" Teriak Kira, membuat (Name) harus menjauhkan beberapa saat ponselnya dari telinganya.
"Kok kamu yang teriak sih, Ra? Harusnya aku yang teriak kaget, ini gimana cara aku pulang? Aku ga tau ini di mana Ra." Balas (Name) kemudian dengan suara panik.
"Ya maaf (Name), namanya juga baru pindah rumah, wajar dong kalau salah alamat."
"Sekarang aku gimana??" (Name) tak mempedulikan tanggapan Kira, ia hanya butuh bantuan agar bisa pulang.
"Aku nyusul ke sana, kamu jangan ke mana-mana!"
"Memangnya kamu tahu daerah komplek di sini?" Tanya (Name) khawatir.
"Engga tahu sih, tapi ini salahku karena kasih alamat yang salah ke kamu, jadi tunggu aku di sana, (Name). Tenang, jangan terlalu panik, kalau ada orang yang lewat di sana, coba tanya-tanya sedikit, jangan diem aja ya! Jangan nangis juga! Aku tutup teleponnya."
Tutt tutt tutt
(Name) menjauhkan ponselnya ketika sambungan telah diputus secara sepihak dari seberang sana.
(Name) menatap sekelilingnya yang sangat sepi, tak ada satupun orang yang berada di luar. (Name) jadi merinding sendiri, karena membayangkan bahwa saat ini dirinya sedang terjebak di sebuah komplek perumahan berhantu seperti di film-film. Bagaimana tidak? Ini benar-benar sepi, tak ada suara sama sekali, padahal masih siang hari, apakah semua orang tidur siang di hari libur seperti ini?
(Name) sudah lelah oleh panas matahari yang sangat terik menusuk-nusuk kulitnya, ia juga haus karena memang tidak membawa air mineral. (Name) memutuskan untuk mencari warung ataupun sebuah toko kecil di sana guna ingin membeli air mineral, itung-itung bisa istirahat dan bertanya-tanya juga.
Beberapa menit menulusuri komplek, (Name) tak menemukan adanya toko kecil, dirinya sudah tak sanggup lagi untuk berjalan. Hingga kemudian, tiba-tiba saja gerbang rumah yang saat ini tempat (Name) berdiri terbuka pelan. Seseorang muncul dari sana, diikuti rasa kaget (Name) yang sangat luar biasa.
Kedua mata (Name) terbuka sempurna menangkap sosok itu. "KAK BAKUGOU????!" Teriak (Name) reflek.
"ELO??? NGAPAIN LO DI SINI, CEWEK SIALAN!!!!"
(Name) mengabaikan semburan itu, ia lebih tertarik menatapi kakak kelasnya itu dari atas sampai bawah. (Name) bersorak kegirangan dalam hatinya, melihat Bakugou hanya mengenakan kaus hitam dan celana pendek selutut, pakaian formal! Tidak lagi seragam sekolah yang biasanya (Name) lihat.
"GUE TANYA LO NGAPAIN DI SINI??? LO NGUNTIT GUE??" Tanya Bakugou tak senang.
"Hehe, nyasar Kak, tadinya aku mau ke rumah teman, tapi ternyata dia salah kasih alamat, jadinya gini deh, Kak, aku nyasar." (Name) mengelus tengkuknya.
"Alasan yang tidak masuk akal, bodoh banget temen lo ngasih alamat yang salah, ga mungkin dia ga tahu alamat rumahnya sendiri. Ga usah bohong deh, lo nguntit gue kan?" Sinis Bakugou, tapi dengan nada yang sudah tak sekeras tadi, dia mengecilkan sedikit volume suaranya.
"Kok Kak Bakugou mikirnya gitu? Ini serius Kak, Kira temenku itu baru aja pindah ke rumah barunya, ya memang wajar kalau dia salah kasih alamat. Dan, aku bukan tukang nguntit orang Kak! Ini mungkin yang dinamakan jodoh ga ke mana!" Senyum (Name) melebar.
"NGACO LO!!!"
(Name) menatap rumah Bakugou. "Ini rumah Kak Bakugou? Besar juga ya? Kak Bakugou ga mau nawarin aku masuk gitu, Kak? Panas banget lho ini, aku juga haus."
"Siapa lo berhak gue ajak masuk ke rumah? Mending sekarang lo pergi!!"
"Calon, aku calon pacar Kak Bakugou lho, calon masa depan juga mungkin?" Jawab (Name) memasang pose sedang berpikir.
"Jadi ajak aku masuk dong, Kak. Atau di rumah Kak Bakugou lagi ngga ada orang ya? Makanya aku ga dibolehin masuk?" Lanjut (Name).
"Gue bilang mending lo pergi sekarang!!!" Bakugou memutar tubuh (Name) kemudian mendorong punggung cewek itu untuk segera pergi meninggalkan rumahnya.
"Kak Bakugou tega banget ngusir aku." (Name) menahan pijakannya agar tak terdorong, meski Bakugou terus mendorongnya cukup kuat, ia tak mau diusir begitu saja.
"PERGI!!" Teriak Bakugou.
"Kak Bakugou ga kasihan liat aku? Keringetan gini, haus pula, kasih minum kek, Kak!" (Name) membalikkan tubuhnya seperti semula, menghadap Bakugou.
"Si─"
"KATSUKI!!!"
Belum sempat Bakugou membalas ucapan (Name), teriakan seorang wanita dari rumahnya membuatnya menoleh.
"Wanita tua itu." Gumam Bakugou, namun terdengar oleh (Name).
"Wanita tua? Siapa Kak? Kak Bakugou nyimpen cewek di rumah? Kok yang tua? Harusnya─hmpft"
Bakugou membekap mulut (Name) dengan sebelah tangannya ketika menyadari seorang wanita hendak berjalan mendekat.
"Cepat pergi! Nanti gue samperin lo, sekarang pergi dulu!" Suruh Bakugou berbisik kepada (Name).
(Name) tak mengerti maksud Bakugou, namun dirinya menurut akan perintah dari cowok itu.
"Cepat, gue ga mau nyokap gue sampai ngeliat lo, bisa panjang nanti urusannya." Lanjut Bakugou tajam, penuh perintah.
Jadi itu ibunya Kak Bakugou? Bukannya bagus ya kalau ketemu, lumayan kan, mana tau-
(Name) menggelengkan kepalanya, ia tak mau Bakugou malah semakin resah dan benci kepadanya, segera mungkin (Name) meninggalkan rumah Bakugou, namun ternyata itu terlambat, sosok wanita yang terdengar teriak tadi kini ternyata menyadari kehadiran (Name).
"Katsuki..."
────────「💌」────────
(Name) mengatur napasnya yang tersengal, energinya semakin habis diserap oleh sengatan matahari. (Name) mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku taman yang tidak terkena panas matahari, karena tertutup oleh pohon besar. Angin sepoi-sepoi menggerakkan dedaunan, membuat suasana panas menjadi lumayan sejuk.
"Hahhhh..." (Name) menghela nafas panjang.
Tangannya bergerak mengambil ponsel dari sakunya, mengecek pesan yang masuk di sana.
────────────────
Kira
(Name) ban motorku kykny bocor deh😢
Tunggu sbtr lgi ya, jgn nangis, aku bkl jemput kmu kok
Lama juga gapapa Ra,
ada Kak Bakugou di sini
Kira
GILAA
KETEMU DI MANA???
Jodoh, jadi ketemu deh 🤩
Kira
Ga usah ku jemput, klo gtu 🙄
LHO, KENAPA???
Ayo dong Ra, aku pengen pulang :)
Kira
Minta anterin sono sm Kak Bakugou
Kira...
Kamu cemburu???
Kira
Engga! Yakali!
Coba deh minta anterin, dia mau apa engga? Biar kalian makin deket, itu mksdku
Emang Kak Bakugou mau?
Kira
Makanya dicoba dulu (Name)!
Gemes deh
Ga berani :)
Kira
Biasanya jg brni, ga tau malu lgi
Ban-nya udh beres, aku otw skrg
Puas-puasin berduaannya sblm aku dtg 😉
KIRA!!
Hati-hati...
────────────────
Sebuah botol air mineral dilempar begitu saja kepada (Name), sang pelaku yang merasa tak berdosanya langsung duduk di ujung bangku tempat (Name).
"Pelan-pelan Kak, untung ke tangkep sama aku botolnya." Protes (Name).
"Masih untung gue kasih." Balas Bakugou malas.
(Name) tak menjawab, ia memilih untuk segera mungkin meminum air itu, tenggorokannya sudah sangat kering. Setelah meneguknya dalam beberapa tegukan, (Name) menurunkan botol tersebut, kemudian menatap Bakugou.
"Kak." Panggilnya.
"Kenapa lagi?" Balas Bakugou tanpa menoleh, matanya sibuk menatap ke depan.
"Yang tadi itu, mamanya Kak Bakugou?" Tanya (Name).
Kali ini Bakugou menoleh. "Lo kepo banget ya. Minum udah gue kasih, di sini teduh, kalo gitu gue pulang." Bakugou bangkit dari duduknya.
"Tunggu Kak. Temenin aku dong, kan lagi nungguin Kira."
"Bukan urusan gue!"
"Yah, jangan gitu dong Kak." (Name) menahan Bakugou.
"Lo bukan lagi nungguin Kira temen lo itu kan? Tapi orang lain! Ngaku aja lo!" Tuding Bakugou, dia sempat melihat (Name) yang tersenyum cengar-cengir menatap ponsel.
"Siapa? Aku nungguin Kira kok." (Name) bingung apa maksud Bakugou.
"Pacar lo mungkin." Jawab Bakugou membuang pandangannya sembari melipat kedua tangan di depan dada.
(Name) mengerutkan keningnya.
"Pacar? Siapa? Kan aku sukanya sama Kak Bakugou."
(Name) menatap Bakugou yang pandangannya masih mengarah ke arah lain. "Erm, JANGAN-JANGAN KAK BAKUGOU CEMBURU YA??? Padahal jelas-jelas itu cuma Kira." Teriak (Name) kemudian.
"Jangan teriak!" Tajam Bakugou membuat (Name) terdiam, senyumnya hilang dalam sekejap.
"Dan, ga usah ge-er lo!" Lanjut Bakugou.
"Ya maaf Kak, habisnya kelihatan gitu sih. Aku ga punya pacar, tenang Kak, aku sukanya sama Kak Bakugou!" Senyum (Name).
Rintik hujan tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi (Name). "Eh? Hujan? Padahal tadi─"
Kalimat (Name) terpotong begitu saja saat Bakugou menarik tangannya dan membawanya ke suatu tempat, sebuah pondok kecil yang ada di ujung taman.
"M-mau ngapain Kak?" Tanya (Name) takut akan sekeliling yang begitu sepi dan cukup gelap.
"Kira-kira ngapain?" Bakugou melepas tangannya dari lengan (Name), kemudian menyandarkan tubuhnya pada dinding pondok, dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya.
(Name) menghadapkan tubuhnya ke depan, tangan kirinya mengelus lengan kanannya, menatap hujan yang semakin deras.
Ponsel bergetar dari tas kecil yang dikenakan (Name), membuatnya cepat untuk mengambil ponsel tersebut, karena (Name) yakin itu pasti pesan dari Kira.
Kira
(Name), di sini hujan deras, di sana jg g?
Ini aku lgi neduh dlu, kmu gmn?
Hujan juga Ra dan aku juga berteduh.
Kira
Hah, syukurlah.
Btw, kamu sendiri? Atau msh ada kak Bakugou di sana?
(Name) terdiam sejenak, kemudian menolehkan kepalanya untuk melirik Bakugou, kagetnya ternyata Bakugou tengah menatapnya, (Name) buru-buru mengalihkan pandangannya kembali ke layar ponsel.
Masih Ra...
Kira
Wih, cari celah gitu (Name), biar bisa dapet nomor ponsel atau id Line nya 👍
Smngt berduaannya.
(Name) menghela nafas panjang, justru situasi canggung seperti saat ini sangat membuatnya kekurangan pasokan oksigen. Setelah memastikan tak ada lagi pesan dari Kira, (Name) memasukkan ponselnya ke dalam tas, kemudian menatap hujan yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan reda.
"Habis nge chat pacar?" Tanya Bakugou memecah keheningan di antara suara gemericik air hujan.
"Bukan, ini dari Kira Kak. Kan aku udah pernah bilang, kalau aku ga punya pacar." Jawab (Name) sejujurnya.
"Jujur aja kali, kalau gue ganggu, gue bisa pulang sekarang, dia lagi ke sini buat jemput lo, kan?" Tanya Bakugou lagi.
"Ini jujur Kak, memangnya keliatan bohong ya? Kira lagi berteduh sekarang, jadi aku belum tahu, kapan dia sampai di sini."
(Name) jadi bingung sendiri kenapa Bakugou terus menuding dirinya mempunyai pacar, padahal jelas-jelas (Name) sukanya sama Bakugou.
"Sekali lagi gue bilang, jujur aja!"
"Kan aku juga udah bilang kalau aku ini jujur Kak! Kak Bakugou kenapa kayak nuduh gitu sih? Cemburu kalau aku udah punya pacar?" (Name) sudah tak kuat menahan rasa sabarnya, akhirnya (Name) menanyakan langsung isi pikirannya kepada Bakugou.
"Ngapain gue mesti cemburu, cih!? Bodo amat!!"
"Tapi kelihatan gitu." Sindir (Name).
"Hm, atau jangan-jangan Kak Bakugou udah suka sama aku ya? Ahahahahaha." Tawa (Name) hingga membuat Bakugou kesal.
"Cih, ge-er banget lo, ga akan gue suka sama lo!" Bakugou kembali terdengar berdecih.
"Pasti ada hari itu, hari di mana Kak Bakugou suka sama aku!" Ucap (Name) penuh percaya dan serius.
"Gue pastikan khayalan lo ga akan pernah terjadi!" Balas Bakugou lebih serius.
"Aku percaya takdir yang akan datang itu, jadi akan ku tunggu!" Ucap (Name).
"Mending lo nyerah!" Sinis Bakugou.
"Engga, aku ga bakal nyerah!" (Name) menatap Bakugou serius.
Sedangkan Bakugou, dirinya mulai gelagapan diperhatikan seperti itu. Ia risih pada (Name) sejak awal mereka bertemu, semua cara sudah dilakukan agar (Name) tak mengejarnya terus, tapi kenapa gadis itu sangat kuat dan sabar?
"Ngomong-ngomong Kak, hujannya ga berniat buat berhenti kah? Apakah hujannya memberi kesempatan supaya kita bisa berdua lebih lama?" Gumam (Name).
"Halu lo! Bentar lagi juga berhenti."
────────「💌」────────
Setelah melewati beberapa menit dengan kesunyian, akhirnya hujan pun kini telah reda. Bakugou berjalan meninggalkan pondok tersebut, diikuti (Name) dari belakang.
"Kak Bakugou mau pulang ya?" Tebak (Name).
"Iya." Jawab Bakugou singkat tanpa menolehkan kepalanya.
"Yah, aku sendirian dong, nungguin Kira datang." Ucap (Name) pelan.
Tak ada jawaban dari Bakugou, pria itu benar-benar pergi meninggalkan (Name) sendirian duduk di taman.
(Name) mengecek ponselnya, tak ada panggilan dan pesan masuk di sana, (Name) berharap Kira segera datang tanpa membuatnya kembali menunggu lama.
Disela menunggu Kira, (Name) melihat seekor kucing di sekitar taman. (Name) menghampiri kucing itu, sebelumnya ia meraih sesuatu dulu dari tasnya, yaitu sebungkus wafer coklat. (Name) memberikan wafer tersebut untuk kucing yang saat ini berada di hadapannya. (Name) tersenyum kecil sembari mengelus kucing itu.
Tiba-tiba saja (Name) merasakan dirinya ditimpuk dari belakang. (Name) mengambil jaket yang menutupi kepalanya itu, kemudian berdiri dan menoleh ke arah sekitar.
(Name) menemukan Bakugou yang saat ini berdiri di belakangnya.
"Kak Bakugou?" Bingung (Name), ditatapnya jaket tadi.
"Gue cuma pinjemin itu buat lo, karena gue liat kayaknya tadi lo kena hujan dan jangan anggap ini sesuatu, ini cuma hal biasa, ingat itu!"
"I-iya, makasih Kak. Beneran boleh aku pakai?" Tanya (Name) hati-hati.
"Hmm."
Mendengar jawaban Bakugou yang walau hanya 'hmm' saja, (Name) segara memakai jaket tersebut.
"Makasih Kak." Ucap (Name) lagi.
"Teman lo udah datang, gue balik." Balas Bakugou membalikkan tubuhnya, berjalan meninggalkan (Name).
(Name) melambaikan tangannya kepada Bakugou. "Kapan Kak Bakugou benar-benar perhatian? Apa ini sudah perhatian? Aku rasa hanya setengahnya."
Apakah awal perhatian itu memang ditunjukkan setengah-setengah ya?
"(Name)." Panggil Kira setengah berteriak.
(Name) menoleh begitu namanya dipanggil, (Name) kembali tersenyum, walau hatinya sedikit rapuh.
"Kiraa, kok bisa salah alamat sih?"
"Namanya juga baru pindah, (Name), ya wajar dong! Sorry ya jadi gini."
"Gapapa kok Ra."
────────「💌」────────
🍩 ; Shia
2219 words
07 Januari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro