Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 6

Kegelapan ... ibarat berkah dari malam, tak peduli seberapa rupawan paras seseorang, kegelapan membuat keindahan menghilang.

Ketika tangan Zhehan memutar knob logam dingin, pintu itu membuka dengan mudah, tidak terkunci.

"Katakan padaku," bisik Gong Jun.

"Apa?"

"Bahwa kau bukan pemilik villa ini."

Zhehan mengangkat alis. "Kenapa kau bisa berkata begitu?"

"Villa ini terlihat sudah dibiarkan cukup lama. Debu tipis di mana-mana. Itu sudah cukup berbicara."

Zhang Zhehan terkekeh perlahan, gerakan tangannya mendorong pintu hingga terbuka lebih lebar. Udara pengap beraroma debu pekat menyeruak dari balik pintu. Dua pria tampan berdiri di depan satu lorong gelap yang menyambut mereka kala pintu rubanah terbuka. Momen menegangkan yang sempurna.

Gong Jun menoleh pada sosok pria cantik penuh misteri di antara remang-remang cahaya senter kecil yang ia sorotkan ke arah depan.

"Kau pernah memasuki rubanah ini?" bisik Gong Jun.

"Bagaimana menurutmu?" Zhehan balas bertanya.

Di hadapan mereka ada satu tangga turun seperti umumnya ruang bawah tanah. Ada kelembaban dan suasana gelap mencekam. Zhehan melangkah lebih dulu menuruni anak tangga satu persatu, perlahan dan cukup luwes, seolah-olah dia sudah mengetahui liku-liku tempat itu. Gong Jun mengikuti di belakang, waspada, matanya berkilau dalam kegelapan. Dia mengamati sepasang kaki Zhehan yang terus menapaki tangga. Satu dorongan kuat ia rasakan dan tanpa Zhehan menduga, kaki Gong Jun bergerak perlahan membentur kakinya.

"Aahhh!!" Zhehan memekik pelan, lebih pada terkejut alih-alih sakit. Pijakannya goyah, seketika tubuhnya limbung kemudian terguling menuruni anak tangga hingga ke dasar. Malang bagi Gong Jun, tangan pria cantik itu menggapai tangannya hingga tanpa bisa dicegah, keduanya jatuh bergulingan dan sama-sama berhenti di lantai ruang bawah tanah.

Zhehan mengerang, menyentuh kepalanya yang terbentur lantai. Siku tangannya ngilu serta tergores tepian runcing tangga. Dia bangun perlahan, menggapai senter yang tergeletak tak jauh darinya. Sialnya, tangan Gong Jun yang lebih panjang dengan cepat meraih senter, menyorotkannya ke wajah Zhehan seiring pergerakan tubuhnya yang mengepung tubuh Zhehan. Membungkuk, menghujamkan tatapan tajam, Gong Jun berbisik dengan nada berat dan rendah pada pria terdesak di bawah tubuhnya.

"Katakan, apa yang kau lakukan di villaku? Mr. Zhang?"

Salah satu tangan Zhehan yang masih bisa bebas bergerak menggapai kacamatanya, di bawah tekanan Gong Jun, dengan susah payah ia mengenakannya. Kemudian pria cantik itu menyeringai.

"Jadi ini alasanmu membuatku terjatuh?" ia menyahut datar.

"Katakan bagaimana kau bisa berada di sini?" Gong Jun masih memburu, mengeluarkan semua rasa penasaran yang ia tahan selama di depan Zhou Ye. Menahan keinginan untuk menghajar pria lancang yang tiba-tiba hadir berlagak menjadi tuan rumah di villa miliknya sendiri.

Telunjuk Zhehan mengarah ke pelipis Gong Jun yang membungkuk di atas tubuhnya. Bibir merah tipisnya tersenyum kosong dan berkata meremehkan.

"Imajinasi, Mr. Jun," ia menjawab, "Kembangkan imajinasimu sebagai seorang penulis novel. Bagaimana bisa orang asing tiba-tiba berada di villa milikmu?"

"Pencuri!" Satu dugaan tiba-tiba melintas di benak Gong Jun.

"Kau menyelinap ke villaku untuk mencuri?"

Zhehan meringis, tidak menerima tuduhan itu. Dia menatap lekat ke wajah tampan yang hanya berjarak satu jengkal di atasnya. Perlahan-lahan terpesona.

"Pencuri? Ah, aku tersinggung ... " gumamnya, kemudian keduanya saling berpandangan, sesuatu dalam diri mereka diam-diam memberontak untuk melawan pesona dari masing-masing yang kini jadi lawan. Gong Jun mengagumi keindahan wajah si pria misterius yang ia curigai sebagai pencuri. Bibirnya yang menggiurkan, mata cemerlang dalam suasana mencekam. Astaga, ingin rasanya ia merusak keindahan itu. Sesaat Gong Jun memejamkan mata.

Romansa.

Satu kata indah dan penuh warna, tidak mungkin rasanya membayangkan hal semacam itu tercipta di tengah kegelapan. Tetapi nampaknya hal itu terjadi pada Zhehan. Dia terpesona sejak awal pada pria ini, tetapi sang penulis datang membawa kekasih dan itu mengusik ketenangan pikirannya.

"Mr. Jun," Zhehan berbisik, telunjuknya menelusuri sisi wajah Gong Jun, menyentuh pipi halus dan garis-garis rahang tegas dan maskulin.

"Menurutmu, apa yang bisa kucuri dari tempat ini?" Nadanya mengejek.

Pertanyaan sederhana itu membuat Gong Jun terguncang. Kepolosan pria mencurigakan ini tidak menyusahkannya, hanya menjengkelkan. Tetapi di satu sisi dia mungkin benar. Tidak ada barang yang cukup berharga di villa ini. Semua perabotan memang indah tapi bukan barang antik bernilai tinggi, tidak ada uang tunai, emas maupun kendaraan. Jadi mengapa ia harus menghakimi Zhehan?

Gong Jun mengalami pertempuran moral dalam batinnya. Namun begitu mudahnya pria cantik ini membunuh keraguan serta kecurigaan mendalam pada diri Gong Jun, dengan anggun ia memiringkan lehernya, dan berkata santai, "Sebaiknya, kita nyalakan dahulu sakelar utamanya. Kekasihmu sedang menunggu dalam kecemasan. Dia takut gelap, bukan?"

Beberapa saat lamanya Gong Jun berpikir sampai ia memutuskan untuk menjauhi pria cantik yang terbaring di bawah tubuhnya. Dia tidak terburu-buru untuk menanyai penyusup misterius ini. Dia baru saja mengatasi kebingungan akibat kehadiran pria asing. Gong Jun mengakui bahwa meskipun ia dan Zhou Ye sempat bicara dengan Zhehan, tetapi tak satu pun dari mereka dapat mengenali watak Zhehan meskipun hanya dugaan kasar. Pria cantik itu benar-benar membingungkan.

Ketika Gong Jun menstabilkan posisi berdirinya, mendadak ada aroma asing lain mengatasi aroma apek debu dan dinding lembab. Gong Jun merasakan sensasi pusing dan mual. Dia memutar cahaya senter, lantas melihat Zhehan berusaha bangkit, menyesuaikan letak kacamatanya, dan berdiri menghadap padanya.

Aroma apa ini?

Wajah Gong Jun perlahan memucat, memikirkan dugaan demi dugaan menakutkan seiring imajinasinya bergerak liar tanpa henti.

"Kau terlihat sakit," Zhehan berkomentar, masih dengan ekspresi datar tanpa merasa bersalah.

"Aroma ... " Gong Jun mengernyit.

"Aroma ini membuatku pusing."

Dia bertekad menemukan sumber bau busuk dan ia tahu akan sulit menyelidik dalam kondisi gelap. Dengan mengandalkan cahaya senter, ia menyisir dinding untuk menemukan sakelar utama yang bisa menyalakan semua lampu dalam villa. Dia hafal letaknya, karena properti ini memang miliknya. Dugaan Zhehan tepat, rupanya voltase anjlok. Dia menyalakan kembali sakelar utama. Seketika itu lampu rubanah pun ikut menyala. Sebuah lampu kekuningan dengan kekuatan lima Watt memancar lemah dan gelisah.

Lalu ia melihatnya. Sumber aroma itu.

Gong Jun merasa napasnya terenggut dan rohnya seakan terlepas.

Di sudut ruangan, sesosok tubuh tergantung. Diikat oleh dua utas tambang dalam posisi terbaring mengambang di udara. Bisa dipastikan sosok itu adalah mayat. Dua kakinya menjuntai, gaun putih yang dikenakan menandakan sosok mayat itu adalah wanita.

Akan tetapi ...

Gong Jun memekik ngeri.

Tidak ada rambut di kepala mayat. Nyaris tercukur habis. Darah menetes dari luka-luka sayatan, sebagian tetesan mengering di lantai. Dari situlah aroma memualkan itu muncul.

Ini ... ini adegan yang sama persis dengan yang ia tulis di novelnya.

"Apa?!!" Gong Jun tercekik.

"Apa ini? Mengapa ada mayat di dalam rubanah?!"

Zhang Zhehan meliriknya dingin.

"Sungguh mengherankan. Mengapa kau bisa tidak tahu? Bukankah villa ini adalah milikmu sendiri?"

Kekehan kecil lolos dari mulut Zhehan, tanpa emosi.

Di ruangan utama, Zhou Ye menunggu dalam gelisah. Bertanya-tanya mengapa Gong Jun dan pria itu tidak segera kembali. Satu kilatan petir kembali menyambar membuat tubuhnya mengejang dan dingin. Gadis itu berkali-kali menolehkan kepala ke arah pintu dapur di mana dua pria tadi menyelinap pergi.

Beruntung bagi Zhou Ye, detik berikutnya lampu kembali menyala. Dia menghembuskan nafas lega, merasakan otot-ototnya kembali mengendur. Dia membiarkan lilin-lilin tetap menyala, memilih menuangkan anggur dan menyesapnya selagi menunggu Gong Jun kembali.

Menit demi menit berlalu. Kecemasan menghampiri Zhou Ye dalam bentuk lain. Bukan lagi akibat lampu mati, melainkan sang kekasih yang tak juga kembali. Derai hujan yang menerpa atap dan jendela masih mengeluarkan bebunyian yang mengganggu, tetapi samar-samar Zhou Ye mendengar suara-suara lain dari arah dapur. Suara itu mirip bunyi benda berat yang jatuh berkali-kali, kemudian benturan pada pintu.

"Jun!"

Zhou Ye meletakkan gelas anggur, turun dari kursi bar, berjalan perlahan menuju dapur. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, kemudian di satu sisi dia melihat pintu rubanah yang bergerak seolah ditarik dari dalam.

"Jun, apa itu kau?" Zhou Ye menarik kenob pintu dan membukanya. Seketika ia memekik terkejut. Gong Jun menggendong tubuh pria misterius bernama Zhehan di depan tubuhnya sendiri, itu seperti gaya pengantin.

"Jun! Apa yang terjadi?!" seru Zhou Ye panik.

Gong Jun pun tidak kalah panik. Dia membawa tubuh Zhehan yang terkulai lemas ke ruangan utama, menempatkan pada satu kursi meja makan. Tanpa menghiraukan Zhou Ye yang bergerak mengekorinya dan melancarkan pertanyaan yang sama tanpa henti, pria itu bergegas menuju satu lemari, membuka laci tertentu dan mengambil seutas tali. Dengan tali itu ia mengikat tangan dan kaki Zhehan ke kursi.

"Jun??" Zhou Ye mengamati pergerakan Gong Jun, ketegangan merambati wajahnya.

"Kau bisa tahu dengan tepat di mana harus mengambil tali," gumam gadis itu, telapak tangannya terangkat menutup mulut.

"Jun, apa yang sedang kau lakukan?" cecar Zhou Ye lagi.

Mengabaikan semua pertanyaan dan kecemasan Zhou Ye, Gong Jun menyelesaikan upayanya mengikat Zhehan dengan kuat. Setelah itu, ia mundur beberapa langkah, mengatur nafas, lantas membiarkan dirinya terduduk lemas di lantai, bersandar pada kaki-kaki sofa. Saat itu Zhou Ye baru menyadari bahwa ada ketakutan dan kengerian terpancar dari sorot mata Gong Jun.

"Apa yang terjadi pada pria ini?" Zhou Ye mendekati pria ketakutan itu, berjongkok di sisinya.

"Aku memukulnya," Gong Jun menjawab di sela deru napas.
"Kami terlibat perkelahian. Aku membuatnya pingsan. Pria itu tidak boleh sampai kabur dari sini!"

"Tapi mengapa?" Zhou Ye meletakkan tangan di bahu Gong Jun.

"Dia membunuh ... " Gong Jun mengarahkan telunjuk pada Zhehan yang masih terkulai, ada memar di pelipis dan salah satu sisi wajahnya.

"Dia membunuh seorang wanita di rubanah." Gong Jun meneruskan dengan susah payah.

"Wanita itu digantung di sana. Ada luka di sekujur tubuhnya. Rambutnya dicukur."

Napas Gong Jun tersengal-sengal.

"Jun, apa maksudmu?" suara Zhou Ye kini tak kalah gemetar.

"Maksudmu, dia---"

"Ya!" Gong Jun menaikkan suaranya penuh rasa frustasi

"Dia pembunuh itu! Dia membunuh lima wanita. Kasus pembunuhan berantai lima tahun lalu yang kutuangkan dalam novelku, pelakunya tak pernah tertangkap. Pelakunya adalah dia!"

Zhou Ye merasa jantungnya seakan berhenti berdetak.

📖📖📖

To be continued
Please vote and comment

Salam Langlangding ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro