Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 1

Shenshen_88
Present

Junzhe Love Story Fanfiction

Terkadang sebuah cerita bagaikan sajak kehidupan. Setiap alur yang mengalir, setiap kalimat yang terucap, setiap deskripsi, mengungkapkan imajinasi sempurna.

Kesedihan, tragedi, bahagia, dan cinta.

Walaupun sajak itu hanya fiksi belaka, tapi seseorang bisa membuat fantasi menjadi nyata.

Jadi, mengapa tidak membiarkan seorang novelis menulis sebuah kisah yang dramatis?

ΔΔΔΔΔ


📖 THE NOVELIST 📖

Di atas jalur berkelok-kelok di sebuah perbukitan, cahaya siang memudar, memberikan kegelapan seperti velvet biru gelap kehitaman. Gerimis mulai turun satu satu, ribuan jarum tipis memercik di atas jendela depan sebuah mobil sedan hitam yang melaju kencang di jalur yang sepi.

Matahari baru saja tenggelam tetapi gumpalan awan hitam yang mengandung hujan membuat suasana senja seperti malam. Bisa dipastikan, bulan tidak akan keluar. Biasanya jika seseorang berdiri di dataran tinggi, ia bisa menyaksikan bintang bertebaran jelas di langit kelam. Tetapi senja ini, tak ada sekerlip pun cahaya.

Seorang pemuda tampan mengenakan pakaian kasual dipadu blazer hitam duduk di belakang kemudi. Matanya menyipit mencoba mengawasi jalanan samar di depannya. Wiper sudah bergerak, lampu jauh bahkan sudah dinyalakan.

"Jun .... " Seorang gadis cantik berambut panjang dan bergaun hijau yang duduk di kursi penumpang menoleh pada si pemuda.

"Ya?"

"Kita mau kemana?"

Gong Jun, pemuda tampan di balik kemudi masih menatap ke depan saat menjawab.

"Bukan kejutan namanya jika kuberitahu."

Gadis cantik itu mengulum senyum, menoleh keluar jendela menatap kegelapan. Bahkan jika cuaca sedang tidak hujan, hanya ada barisan pepohonan tinggi berdaun rimbun.

Gong Jun melirik gadis di sampingnya diiringi senyuman tipis yang misterius. Merasa bosan, gadis itu membuka tas di kecil di pangkuannya, mencari-cari sesuatu.

Gong Jun menoleh berkali kali, ekspresinya nampak kurang senang.

"Kau mencari ponsel?" tanyanya, dalam pencahayaan yang lemah, sepasang matanya berkilat.

Gadis itu menoleh sekilas lalu tersenyum.

"Zhou Ye," ujar Gong Jun, dia mulai mengerutkan kening, tanda awal seseorang merasa kesal atau bingung.

"Aku hanya memeriksa apakah aku membawa ponsel atau tidak," sahut gadis cantik itu.

"Kau membawanya?" Suara Gong Jun penuh curiga.

Zhou Ye memeriksa sekali lagi, tersenyum sekilas dan menggeleng.

"Ini ide yang bagus," ujar Gong Jun.

Kaca mobil di depannya semakin memburam kala hujan bertambah deras. Jalanan di depannya terlihat seperti ular raksasa abu kehitaman. Licin, berkelok, berbahaya.

"Liburan akhir pekan, suasana baru tanpa ponsel, tanpa pekerjaan dan internet."

Zhou Ye melirik lagi pemuda di sampingnya, dengan lembut menepuk bahu Gong Jun.

"Oke. Tanpa ponsel," ujarnya mantap.

"Hanya kita," dia meneruskan lagi dengan senyuman.

Gong Jun menyeringai. "Kau selalu sibuk dengan ponsel, jadi aku terpaksa merencanakan ini."

"Kau sudah berasil meyakinkan aku, biasanya itu tidak mudah," Zhou Ye menyahut.

"Sudah lama kurencanakan ini."

Zhou Ye tertawa perlahan, dia memandangi pemuda tampan itu dalam keremangan. Fitur wajah yang halus dan indah, garis hidung mancung sempurna.

"Jun, apa kau benar-benar mencintaiku?"

Gong Jun tidak menjawab. Detik berikutnya dia menginjak rem secara mendadak, melahirkan suara gesekan roda ban dengan permukaan jalan.

Roda ban licin akibat hujan dan mobil itu pun keluar dari badan jalan sebelum akhirnya berhenti dan mesinnya mati. Tubuh keduanya terdorong ke depan.

"Astaga! Apa yang terjadi?" seru Zhou Ye.

Gong Jun menunjukkan ekspresi tenang. Dia melirik jarum pendeteksi tanki bahan bakar.

"Kita kehabisan bahan bakar," gumamnya.

Zhou Ye mengernyit, melontarkan lirikan tajam. Suara Gong Jun sangat datar seakan-akan mogok di tengah jalan di kawasan perbukitan sepi bukanlah masalah besar.

"Kau yakin? Mengapa tidak kau periksa tanki bensin sebelum kita berangkat?" suara Zhou Ye mendesak.

Gong Jun masih terdiam di kursinya. Dia mengawasi ke luar jendela. Tirai hujan masih pekat, tetapi ia bisa melihat cahaya suram memancar dari satu rumah di kejauhan.

"Kau tidak perlu panik begitu, kawasan ini sebenarnya merupakan lokasi yang strategis. Beberapa orang petinggi dan selebriti memiliki villa di sini."

"Oke. Aku setuju denganmu. Tapi kita sama sekali tidak memiliki villa di sini, bukan? Jadi menurutmu kita harus tidur di mobil menunggu pagi datang?" Zhou Ye semakin mengeskpresikan ketidakpuasannya.

Gong Jun mendesah. Siapa yang bisa mengira bahwa beberapa hal akan terjadi di luar dugaan dan secara kejam mengacaukan rencana seseorang. Pemuda itu dengan cepat mengambil payung dari jok belakang, berbalik kembali menatap Zhou Ye yang masih tercengang dalam keremangan.

"Aku akan minta perlindungan pada pemilik villa. Kau lihat, sekitar tiga atau empat puluh meter sebelah kanan kita ada cahaya memancar. Kita bisa melewatkan waktu di sana hingga pagi datang."

"Kau serius?" Zhou Ye bergumam skeptis.

"Apa kau mengenal pemilik villa itu? Kau terlihat begitu yakin."

Gong Jun menggeleng.

"Tak ada salahnya mencoba. Berdiam diri di sini bukan gagasan bagus. Setidaknya di dalam sana kita bisa meminjam telepon dan memanggil petugas pom."

Gong Jun menumpangkan tangannya pada punggung tangan Zhou Ye, seketika, sikap menantang gadis itu pun mengendur. Dia menatap Gong Jun beberapa lama, kemudian tersenyum.

"Baiklah. Kuharap pemilik villa mau membukakan pintu."

Mereka berjalan berdua di bawah payung secepat yang mereka bisa. Hujan masih cukup deras dan ujung gaun Zhou Ye pun basah. Keduanya mencapai teras bangunan itu, berlindung di bawah naungan atap lengkung bercat putih. Pintu utama villa itu terbuat dari kayu bercat putih, tinggi, lebar dan tampak berat.

Zhou Ye melihat satu set kursi meja kayu di teras villa, dia tanpa ragu duduk di sana. Sementara Gong Jun berdiri ragu-ragu di depan pintu. Ada tombol bel di samping pintu, pemuda itu masih berpikir apakah dia akan menekan bel atau tidak.

Zhou Ye memfokuskan pandangan pada wajah Gong Jun yang setengah melamun lalu berujar pelahan,
"Kenapa kau terlihat ragu-ragu sekarang? Bukankah ini idemu?"

Gong Jun menoleh, tersenyum sekilas.
"Villa ini sepi sekali. Aku tidak yakin ada orang di dalam. Tapi mari kita coba."

Akhirnya pemuda itu menekan bel.
Beberapa menit menunggu, tak ada gerakan apa pun dari dalam. Bahkan tidak ada suara. Mungkin karena deru hujan mengatasi semua bunyi-bunyian yang bisa terdengar.
Gong Jun menekan bel sekali lagi.
Masih tak ada siapa pun yang membukakan pintu.

Zhou Ye tersenyum tipis.

"Jadi ini kejutanmu, mobil mogok, hutan, hujan, menginap di teras rumah orang?"

Gong Jun mengangkat bahu, dia menghembuskan nafas keras-keras.

"Aku benar-benar ingin menikmati suasana liburan bersamamu." Dia melirik Zhou Ye tanpa ekspresi.

Gadis itu bangkit dari kursi, dan menghampiri Gong Jun.

"Biar aku yang tekan belnya. Mungkin harusnya agak lebih lama."

Gadis itu berdiri di samping Gong Jun. Dia mengangkat telunjuk dengan kuku dilapisi cat merah muda. Dia menekan bel itu sedikit lebih lama, dan lebih berharap dari sebelumnya.
Di luar dugaan, pintu besar itu memperdengarkan bunyi berkeretak. Ada seseorang membuka kunci dari dalam.

Zhou Ye tersenyum lebar menatap Gong Jun, sementara Gong Jun menampilkan ekspresi tegang.

"Lihat! mungkin penghuninya sedang tidur dan terbangun oleh bunyi bel yang berisik."

Pintu besar itu terbuka.

Tanpa disadari Zhou Ye, Gong Jun terkesiap mundur selangkah. Tidak siap dengan apa yang muncul di hadapannya.

Ruangan di balik pintu memancarkan cahaya lemah. Seseorang itu berdiri membelakangi cahaya sehingga Gong Jun mau pun Zhou Ye tidak bisa melihatnya dengan jelas. Sepersekian detik dalam kebingungan. Akhirnya seseorang itu melangkah keluar pintu.

Muncul dari bayangan gelap, sosok itu berdiri tegak. Tinggi ramping, wajah menawan. Perpaduan cantik dan tampan.

Wajah androgini.

Mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, dan blazer panjang yang juga berwarna hitam dengan ujung menggeletar dihembus angin.
Rambutnya ikal hitam melewati telinga, membingkai wajah halus berkilau di bawah remang cahaya. Bibir merah terkatup, sinis dan serius. Tatapannya dingin dan jauh.

Gong Jun merasa pernah melihat bayangan wajah ini dalam mimpinya yang samar.

Siapa pemuda ini?

Hallo Langlangding Family, Shenshen kembali nulis story dengan pair cute yang satu ini😍

Ceritanya lumayan serius dan bergenre mystery - thriller tapi tentu saja bakalan ada momen sweet ala Junzhe.

Semoga suka yaa
Please vote dan komennya biar Shenshen tetep semangat

Love you all

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro