Second Trouble
Closing my eyes lightly
My heart is filled with the image of you
I wish that you can sense my true love
❤💛❤
Harmony Café
Zhang Qiling bersandar di sofa yang lembut, membiarkan lapisan empuk menyamankan tubuh lelahnya membentuk kembali energi dalam dirinya.
Kulitnya telah mendingin sesuai dengan udara di ruangan Harmony Cafe yang ekslusif dan dipasangi pendingin ruangan. Tangannya yang berjemari ramping memegang gelas, merasakan potongan-potongan kecil es dalam gelas berisi lemon squash terasa seperti menaikkan uap dingin di telapaknya.
Langit di luar sana cerah, cemerlang dengan bintang-bintang, bersinar biru di beberapa tempat, kuning di tempat lain. Bintang-bintang menciptakan bentuk-bentuk yang megah dan berputar-putar melawan alam semesta hitam - pemandangan yang menakjubkan. Sangat indah. Atau lebih tepatnya, itu seharusnya sangat indah.
Akan menjadi lebih indah melengkapi suasana, jika saja dia bisa benar-benar melihatnya.
Melihatnya?
Eh, apa-apaan?!
Srukk!
Zhang Qiling menarik tangan dari gelas dan menghempaskan tubuh ke sofa.
Ini tidak juga menjadi lebih baik.
Tiga hari telah berlalu, tiga hari dia bersembunyi di sini di belantara hati yang kosong, menyembunyikan satu emosi aneh di balik tabir kewibawaan dan image yang anggun sebagai seorang CEO muda. Tetapi dirinya tidak lebih dekat dengan kegembiraan daripada sejak saat pertama dia menatap sosok asing berkacamata itu.
Pemuda tampan yang manis. Sayang sekali, dia harus buta.
Saat Zhang Qiling menatap ke langit malam di luar jendela, seolah-olah ada penghalang antara matanya dan mata si pemuda buta. penghalang itu adalah kacamata hitam, hanya kacamata hitam biasa, tanpa merk, sepertinya -- cukup murah dan berkualitas rendah. Tetapi terpasang di wajah rupawan, itu menjadi luar biasa. Sepertinya Zhang Qiling tidak bisa menyingkirkan wajah itu dari pikirannya.
Sesosok pemuda tinggi kurus menghampirinya, karena isi kepalanya dipenuhi oleh bayangan Wu Xie, Zhang Qiling sangat berharap yang datang itu dia.
Pemuda itu membawa secangkir kopi dingin, menaruhnya di atas meja dan ia duduk di sofa seberang meja di hadapan Zhang Qiling.
Sang CEO menatap sosok di depannya penuh kelembutan.
"Kau baik-baik saja? Kukira kita tidak akan bertemu lagi," dia berkata penuh makna mendalam, matanya masih melekat ke wajah sosok di depannya.
".....????...."
Pemuda itu memang berkacamata, tetapi tidak hitam, melainkan bening.
Pemuda itu Liu Sang.
"Xiao ge, Weii.. Xiao ge?!"
Liu Sang mengibaskan tangan di depan wajah Zhang Qiling, menyapa dengan panggilan akrabnya.
Zhang Qiling tersentak.
Astaga! Rubah licik Liu Sang!
"Hei, kenapa kau bisa ada di sini?" Menahan jengah, Zhang Qiling mendengus dan membuang muka.
Liu Sang terbengong-bengong, "Tentu saja aku di sini. Kau yang mengajakku mampir di cafe."
"Ah, astaga.. Apa tadi yang kukatakan padamu?" Zhang Qiling meneguk lemon squash dan mencubit paha sendiri agar kewarasan berkumpul kembali di kepalanya.
"Tidak ada yang aneh. Kau nampak sangat merindukanku. Aku sungguh terharu.." Liu Sang mengangkat alis dan tersenyum senang.
"Padahal setiap hari kita bertemu. Mungkin tanpa sadar, kau menyimpan perasaan yang mendalam padaku."
"Kau....?!" Zhang Qiling mengangkat telunjuk, matanya melebar dan siap menyemburkan kata-kata yang sudah berada di ujung lidah.
Pemuda licik! Sialan! Genit! Penjilat!
Menggigit bibir keras-keras, Zhang Qiling menahan agar mulutnya yang beradab tidak mengeluarkan umpatan kasar. Dia menurunkan telunjuk, kemudian jemarinya terkepal kuat.
"Jangan ngawur! Aku hanya terlalu lelah," Zhang Qiling mendesah.
"Siapa yang kau pikirkan? Kau nampak tidak normal akhir-akhir ini," Liu Sang melirik heran.
"Bukan urusanmu."
"Apa kau memikirkan dua orang aneh yang menyeberangi jalan? Kau sampai mengabaikanku sore itu." kalimat Liu Sang berubah dari datar menjadi penuh kedengkian.
Darah Zhang Qiling berdesir, menyembur panas dalam pembuluhnya.
"Jangan mengada-ada. Hanya seorang pemuda gendut aneh dan pemuda buta bawel, apa uniknya?" Zhang Qiling merengut
"Yeah, tentu saja tidak keren. Hanya aku yang sepadan denganmu," Liu Sang terkekeh. Dia meraih cangkir dan mereguk kopi dingin seraya berkomentar,
"Blackcurrant Americano, tidak buruk."
Zhang Qiling menggertakan gigi mendengar ucapan Liu Sang yang penuh kepercayaan diri. Tetapi tentu saja saat ini dia tidak bisa membantah atau menjelaskan apapun.
Dirinya sama sekali tidak tahu apapun tentang Wu Xie, dan bagaimana caranya ia menjelaskan pada Liu Sang tentang perubahan suasana hatinya. Pemuda dengki itu akan menjerumuskan dirinya dalam kesesatan pikiran dan memaksakan gagasan untuk berpacaran dengannya.
Fuhh!
Mengerikan.
Zhang Qiling menggigil tanpa sebab, sementara Liu Sang mulai mengeluarkan ponsel dan sibuk dengan media sosialnya.
"Eh lihat! Sekretarismu Ah Ning, dia membagikan sebuah postingan padaku," Liu Sang terlihat antusias tanpa mengangkat wajah dari layar ponsel.
"Woah, ini fotomu Xiao ge! Astaga, bagaimana kau bisa berfoto sembarangan di tepi jalan bersama orang-orang sederhana ini," decakan lidah tanda heran mengiringi komentar Liu Sang.
"Apa? Dimana?" ulang Zhang Qiling bingung.
"Kau lihat sendiri!"
Liu Sang memperlihatkan layar ponsel tepat ke depan hidung Zhang Qiling, dia melihat fotonya yang diambil Pang Zhi sore itu di pinggir Han Street. Penampilan agak berantakan sepulang kerja dan kulit wajah yang agak berminyak, meski tetap tampan, tetapi rona lelah dan kebingungan membuat tampangnya tidak lebih keren dari pemuda berkacamata hitam di sampingnya. Di foto itu, sang CEO malah terbawa sederhana.
Tidak heran ketika salah satu dari orang aneh itu mempostingnya dan seketika viral.
"Ini namanya penurunan status dan kualitas. Kau terdegradasi," Liu Sang menarik kembali ponselnya dan mencibir.
Dengusan pelan lolos dari mulut Zhang Qiling. Dia sama sekali tidak memikirkan itu, apa yang hinggap di benaknya saat melihat foto dirinya dan Wu Xie adalah bahwa dia ingin mengikuti akun media sosial pemuda itu. Tetapi dia menahan diri untuk tidak terlalu antusias, kalau tidak Liu Sang akan langsung curiga.
"Kau tidak menyukai postingan itu?" usik Zhang Qiling.
"Menyebalkan! Aku bahkan meninggalkanmu saat kau bertindak konyol bersama dua orang norak itu. Untuk apa aku menyukainya?"
"Hmm -- aku bahkan belum menghukummu atas keteledoran meninggalkan aku di tepi jalan. Ini pelanggaran serius."
Liu Sang kembali mencibir.
"Bagaimana kau ingin menghukumku? Apa kau berniat menjadikan aku tukang pijat pribadi yang menemanimu di tempat tidur?" pemuda berkacamata itu menyeringai, membuat Zhang Qiling seketika merinding.
Orang gila!
Demi melindungi bibirnya agar tetap murni tanpa makian, Zhang Qiling sekali lagi menyumpah serapah dalam hati.
Pikirannya kembali beralih pada postingan foto itu, dia bertanya sesantai mungkin.
"Bagaimana Ah Ning bisa membagikan postingan milik orang lain? Apa dia mengenal salah satu dari kedua orang itu?"
Liu Sang memeriksa sekali lagi tanpa curiga.
"Ini dia, akun yang mempostingnya bernama Fatty Pang Zhi, astaga--menggelikan sekali. Dan ya, dia berteman dengan Ah Ning."
"Kau bisa menemukan data pribadinya?"
Liu Sang melirik curiga, "Untuk apa?"
Zhang Qiling mengambil minuman, pura-pura sibuk dan mengernyit.
"Lupakan!"
"Sikapmu aneh, apa kau juga ingin nomor ponsel si gendut ini?" Liu Sang terkekeh. Dia masih melihat-lihat akun itu di ponselnya.
"Tentu saja tidak perlu."
"Hmmm---Huanyu apartment. Di mana itu? Aku belum pernah dengar," Liu Sang menggumam sendiri.
"Alamat siapa yang kau maksud?" Zhang Qiling merendahkan suara.
"Si gendut ini. Kenapa kau ingin tahu hal sepele? Ini sama sekali bukan gayamu."
"Jangan salah paham. Aku hanya penasaran sejak kapan ada apartemen bernama Huanyu," menghempaskan punggungnya ke sofa, Zhang Qiling kembali berakting.
Dalam pikirannya dia menyimpan informasi itu baik-baik.
Apartemen Huanyu.
Apakah pemuda berkacamata hitam juga tinggal di sana??
💛❤💛❤💛❤
Siang ini awal musim panas yang sangat sempurna. Wu Xie menghabiskan sepanjang pagi bersama Pang Zhi. Bersantai dan minum kopi di balkon sempit rumah mereka di Huanyu Road, sebuah jalan kecil yang asri dengan jajaran rumah-rumah kecil dan petak-petak taman. Ketika matahari mulai naik, Wu Xie pindah duduk di ruang tengah menonton Tv.
Kemarin pagi dia dan Pang Zhi sudah mengunjungi dokter spesialis mata untuk mengecek kondisi kesehatannya. Jadi siang ini, dia sudah pulih dari cedera matanya dengan sempurna. Sudah hampir dua minggu Wu Xie kehilangan indra penglihatan akibat kecelakaan jatuh terserempet taksi di jalan saat dia tengah mengendarai sepeda motor. Benturan di kepalanya menyebabkan dia dirawat intensif dan penglihatannya sempat terganggu.
Wu Xie tertawa-tawa sendiri menonton kartun Animal Universe sambil menikmati kopi dan camilan.
"Kau terlihat gembira sekali," Pang Zhi muncul dari dalam kamar, bergabung dengan Wu Xie di sofa.
"Tentu saja. Aku sudah bisa melihat dengan normal sekarang."
Pang Zhi mengambil ponselnya dan kembali memulai percakapan.
"Eh, Wu Xie, kau ingat pemuda yang beberapa hari lalu membantumu menyebrang?" Pang Zhi mengambil sepotong chips kentang dari atas meja.
"Ya. Aku ingat. Kenapa?"
"Kau belum melihat fotonya sampai hari ini. Apa kau tidak penasaran?"
"Penglihatanku baru saja pulih. Bagaimana mau melihat. Lagipula, apa kau masih menyimpan fotonya?" Wu Xie mendengus.
"Tentu saja," Pang Zhi membuka dan melihat-lihat media sosialnya.
"Aku memposting foto kita di media sosial. Sudah ada sepuluh orang yang membagikan dan semuanya perempuan. Ternyata pemuda itu populer juga."
"Pria beruntung," gumam Wu Xie acuh tak acuh, kemudian melanjutkan dengan nada sinis.
"Juga lumayan baik, dia bersedia mengantarku menyebrang, bahkan terus memegangi lenganku seperti anak kecil bergantung pada ibunya."
Pang Zhi terkekeh, "Jangan sinis dulu, kalau kau melihat seperti apa tampangnya. Kau akan meleleh."
Cihh! Yang benar saja, dia kan laki-laki.
Sedikit malas, Wu Xie melirik layar ponsel yang ditunjukkan si gendut itu tepat di depan wajahnya.
Di sana ia pertama kali melihat foto mereka bertiga pada sore di pinggir jalan itu.
Woahh, sangat tampan
Berkelas
Kharismatik
Setelannya keren
Dia pasti kaya
Astaga!!
Wu Xie merasa darah di kepalanya berhenti mengalir. Matanya melebar dan mulutnya terbuka perlahan-lahan.
Pang Zhi masih mengunyah dengan lugu, lalu matanya terangkat ke arah Wu Xie, ia mundur dan terkejut.
"Ada apa Wu Xie? Kau nampak sangat shock!"
Wu Xie terperangah, menyembunyikan rasa canggungnya, dia kembali mengambil chips kentang dan pura-pura sibuk mengunyah.
"Tampan bukan?" Pang Zhi nyengir.
"Lumayan."
"Ratusan orang menyukai postinganku dan kau tahu siapa salah satu orang yang membagikannya?" Pang Zhi menaikturun alisnya.
"Penting ya?" Wu Xie mengerling galak.
Kekehan sember kembali berkumandang dari mulut Pang Zhi.
"Ah Ning, mantan tunanganmu. Dia menyukai dan membagikan postingan itu."
Wu Xie tersedak seketika dan terbatuk hingga wajahnya memerah.
"Ini kabar baik atau kabar buruk?" dia menggumam pada dirinya sendiri, lantas meneguk kopinya dengan kasar.
"Apa yang kau pikirkan? Sudah jelas bukan? Ah Ning mungkin masih mencintaimu."
Pang Zhi melanjutkan tawa riangnya tanpa peduli ekspresi kusut di wajah Wu Xie.
Cihh! Tidak mungkin!
To Be Continued 😍
Don't forget to vote for Pingxie
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro