Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

☾ꜱᴘᴇꜱɪᴀʟ ᴇɴᴅɪɴɢ

Kesebelas insan tengah melingkari sebuah gundukan tanah. Empat di antaranya menangis, meratapi nisan yang kian menua seiring berjalannya waktu.

Kesebelas orang itu adalah Nares, Nana, Deva, Nara, Jingga, Langit, Bara, Jay, Leo, Rega dan Esa. Sudah bisa menebak kan siapa saja yang menangis?

"Lu sih pergi duluan, tau gak? Adek lu yang nyumbangin suara pas gua nikah tau, nyanyi lagu favorite kalian. Apa itu judulnya? Oh, beautiful in white. Nj*r, kenapa gua jadi cengeng" gumam Nares sembari mengelus nisan di hadapannya.

"Lu kan emang cengeng, bambank!!" sahut Nara yang sudah menutupi wajahnya yang basah akibat air mata.

"Kangen banget ngefanchat bareng kamu, Fan" monolog Deva, yang juga menangis sesegukan.

"Kakak apa kabar? Kalau ketemu Jenderal, tolong sampaikan ya. Kalau aku berterima kasih banget. Karena dia, aku masih bisa menjalani kehidupan sampai saat ini. Andai kakak masih ada, mungkin kakak yang akan nikah sama Langit. Terus aku mungkin akan jadi perawan tua, karena terlalu menyibukkan diri dengan sesuatu yang kurang penting. Oh iya, maaf juga waktu itu aku nolak perjodohannya, terus kabur ke Jerman. Malah kak Fana deh yang jadi korban. Bahagia disana ya, kak" tak lama kemudian, mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Tanpa ada yang sadar, kalau Fana melihat semua yang mereka lakukan juga katakan, lalu tersenyum.



Hingga setibanya di rumah, Nares masih dengan tatapan kosongnya. Membuat mata Rega ikut berkaca-kaca.

"Buna nanan nangis, ntal abang uda sedih"

"Bunda gak nangis kok, sayang. Makan yuk, bang Rega laper kan?" ucap Nares sembari menghapus jejak sisa air mata di pipinya.

Mereka bertiga duduk di meja makan yang terlampau besar untuk keluarga kecil. Meja makan yang seperti orang marahan, duduknya jauh-jauhan. Seperti pada umumnya, kepala keluarga yang duduk di paling ujung.

"Katanya bang Rega usilin Nilla lagi ya?" ucap Jingga, membuka obrolan di meja makan.

"Nda, yah. Abang nda usil, Nilla tuh yang bikin kesel" ucap anak itu sembari mempoutkan bibir mungilnya.

Jingga dan Nares tertawa melihat tingkah anaknya, persis seperti bundanya yang suka menjahili orang. Dasar mak anak, sebelas dua belas.

Merasa perutnya tak enak, Nares segera ke kamar mandi. Mencoba mengeluarkan sesuatu yang menganjal dari dalam perutnya. Mendengar suara orang ingin muntah itu, Jingga segera beranjak. Meninggalkan Rega yang asik sendiri dengan makanannya.

"Sayang. Kamu kenapa, hm?" Jingga mengambil karet gelang, lalu mengikat rambut Nares, agar tak kena muntahannya.

"Gak tau. Mual banget aku"

"Rega mau punya adek lagi kali" asal Jingga.

"Ya udah yuk, kita lanjut makan" lanjut Jingga.

"Aku udah deh makannya, mau istirahat aja di kamar"

"Ya udah, nanti aku yang beresin semuanya. Kamu istirahat gih" setelah itu Nares naik ke lantai atas, sedangkan Jingga kembali ke meja makan.


"Buna napa, yah?"

"Bang Rega mau punya adek gak?"

"Mauuuu banget, tapi jangan yang ngeselin kayak Nilla, telus jangan yang selem kayak bang Leo. Pokoknya yang baik kayak kak Esa"

"Kamu kira ayah bisa request ke Allah?" Jingga menghela napas panjang, memijit pelipisnya.

"Hffttt... Ya udah ayah ke buna aja sana, ntal meja makan abang ama humanoid yang belesin"

Lalu mereka berpencar ke tujuan masing-masing. Rega ke tempat cuci piring, Jingga ke kamarnya menjumpai sang istri.


Clek


"Kamu gak mau cek aja?" Jingga duduk di atas ranjang, menatap Nares. Sesekali mengelus surai hitam legamnya.

"Tapi kata dokter kan—"

"Coba aja, cek" Nares mengangguk lalu ia ke kamar mandi.

Tak berapa lama kemudian, wanita itu kembali dengan wajah datar. Lalu duduk di sebelah suami tercintanya.









Cup~

"Rega punya adik lagi!!" serunya heboh, lantas memeluk erat pria di sebelahnya. Jingga yang mendengar kabar tersebut ikut gembira, padahal kata dokter Nares akan susah untuk hamil lagi. Nyatanya kekuasaan Allah memang selalu berada di luar prediksi manusia.

Jingga merebahkan diri, merentangkan salah satu tangannya, dan satu lagi menjadi tumpuan kepala. Ia menepuk pelan lengan itu, meminta Nares untuk bersandar pada lengannya.

"Anaknya nanti cowok apa cewek ya?" gumam Nares, menatap langit-langit kamar.

"Kalau cowok harus cool juga suka musik kayak aku. Kalau cewek harus rajin juga suka bersih-bersih kayak aku" balas Jingga.

"Kayaknya sifat buruk itu datangnya dari aku semua, gitu maksud kamu? Hm?"

"Ya enggak sayang, enggak semua. Tapi rata-rata sih iya"

Nares menatap tajam,
"Sana! Tidur aja di luar kamu!?" Nares membalikkan tubuhnya, membelakangi Jingga.

"Ngambekan banget sih, bunda. Udah mau punya anak dua juga" Jingga memeluk Nares dari belakang, menyandarkan kepalanya pada bahu sang istri.

"Habisnya kamu ngeselin banget. Gak bisa apa, sehari aja kamu kembali dingin kayak dulu"

"Gimana mau kembali dingin? Kalau setiap detik hati aku selalu berhasil di buat meleleh sama senyumanmu"

"Gombal, najis! Jing?!" ngegas Nares. Sudah jadi emak-emak masih suka banget ngegas, heran.

"Bahasanya,kamutuhyamaupunyaduaanakmasihajamulutnyagakbisadifilter.PantesajakemarinakugaksengajaliatRegangomongbinatangketemen-temennya.Pastigara-garakamukan.AjarinbahasagakbenerapaajakamukeRega?masanantianakkeduakitajugakayakgitu,akugakmauya.Pokoknyamerekaharusmenjunjungtingginilaiberbahasayangbaikdanbenar.Blablabla~"
(Bahasanya, kamu tuh ya mau punya dua anak masih aja mulutnya gak bisa di filter. Pantes aja kemarin aku gak sengaja liat Rega ngomong binatang ke temen-temennya. Pasti gara-gara kamu kan. Ajarin bahasa gak bener apa aja kamu ke Rega? Masa nanti anak kedua kita juga kayak gitu, aku gak mau ya. Pokoknya mereka harus menjunjung tinggi nilai berbahasa yang baik dan benar. Bla bla bla~)

"Ish.. Kan nama kamu Jingga yang aku panggil, JING lah!!" sewot Nares membela diri.

"Ya tapi, Rega ngiranya kamu ngomong binatang tauuuuuu"

"Dari dulu, jaman kita sma aku panggil Jing juga kamu gak masalah. Ya terus jadi semua ini salah aku gitu?"

"Ya iyalah, masa salah Rega?"

"Ya udah biar adil itu semua salah kamu, titik gak pake koma"

"Lah kok aku? Yang sering ngomong kasar siapa? Kamu kan!?"

"Nggak ngaca banget mas–nya, sendirinya juga sering mengumpat ya. Huhhhh!!!! Bodo amat itu salah kamu"

Dan perdebatan pun di lanjutkan hingga pagi hari. Gak deng, dengar ada suara langkah kaki Rega, mereka berdua langsung pura-pura tidur, dan Rega juga pura-pura gak dengar apa yang mereka bicarakan. Padahal dalam hati Rega senang banget akan punya adek lagi.

//Belum tau aja dia kalau punya adek tuh gak enak.



























Kangen banget sama ini cerita😭
Btw, aku geli sendiri ngetiknya, ya allah. Mon maap kalo ada salah ketik ya saudara-saudari. Ngebut tengah malem soalnya:)



Tertanda esa,
jodoh doyoung
Luv u 💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro