☾11
"Pada mau pulang nih?" tanya Bara saat melihat teman-temannya mulai beberes.
"Yaiyalah masa nginep" sinis Jingga, setelah membuang sampah keluar.
Setelah selesai bersih-bersih, merekapun memutuskan untuk langsung balik ke rumah.
"Jing, nebeng ya.." Nares tersenyum lebar, apalagi saat Jingga mengangguk sebagai jawabannya.
Selama perjalanan mereka berdua terus bercerita dan tertawa keras. Hingga tak sadar telah sampai di depan apartement Nares.
Nares turun dari jok motor dan memberikan helmnya pada Jingga.
"Makasih"
"Iya sama-sama. Hm.. Gua mau bilang sesuatu sama lu.."
"Bilang apa?" Nares sudah senyum-senyum sendiri, dan membayangkan hal-hal yang indah.
"Maaf, sampai sekarang gua belum bisa nerima perasaan lu" namun kenyataan tak seperti yang ia bayangkan.
"K-kenapa?" raut wajah Nares mulai berubah, senyumannya pun perlahan memudar.
"Cowok tuh suka sama cewek yang cuek, malah risih kalau lu selalu ambil kesempatan di dalam kesempitan" Jingga menghela nafas panjang, seumur hidup baru kali ini dia menolak perempuan secara terang-terangan.
"Oh.. Gue tau siapa orang yang udah menempati hati lu. Tapi kenapa harus dia sih? Dia sahabat gua, bahkan sahabat lu juga suka sama dia" setelahnya Jingga menghela nafas berat.
"Kita sama-sama move on aja ya. Lu lupain gua, dan gua lupain dia"
"Otak manusia di ciptakan untuk mengingat, bukan melupakan" setelah itu Nares masuk ke dalam lobby, dan meninggalkan Jingga yang menatapnya sendu dari kejauhan.
Saat Jingga sampai di rumah, ia melihat kakaknya yang tengah bermain gitar.
"Mas.." yang dipanggil pun menoleh.
"Kenapa dah muka lu? Kek orang putus cinta aja"
"Gua belum nanya ke Nares dia suka sama siapa. Sabar dulu ya.."
"Ya gak apa-apa kali. Udah sana mandi dulu" setelah itu Jingga berjalan hendak ke lantai atas.
Namun langkahnya terhenti saat suara kakaknya mengalihkan perhatiannya. Dan juga, ada foto Dirga dengan Jeje di atas meja.
"Hei, Sephia
Malam ini 'ku takkan datang
Mencoba 'tuk berpaling sayang
Dari cintamu"
Tangan Dirga terus saja menari-nari di atas gitar berona putih. Mulutnya pun sama sibuknya, ia terus bernyanyi tanpa lelah.
"Gua kira lu udah move on dari kak Jeje. Kenyataanya gak ya. Padahal dia udah tenang di alamnya, mas. Tunggu— mas Dirga gak ada maksud jadiin Nares pelampiasankan?"
"Awalnya sih ada niatan, tapi—"
Bugh
"Anj* , lu gak tau apa kalau gua suka sama Nares? Gua rela belajar move on demi lu mas!! Tapi apa? Lu malah jadiin dia pelampiasan?"
"Heh bocah!! Lu juga gak tau kan rasanya kehilangan? Lu gak tau kan rasanya di tinggal pas lagi sayang-sayangnya? Lu tuh cuma bocah kecil yang lagi cinta monyet. Gak usah sok nyeramahin gua!! Sifat preman gaya ustad, ckk"
"Ya lu mikir dong!! Nares itu manusia, dia punya hati. Apalagi dia itu perempuan, mas. Apa lu tega kalau bunda juga di sakitin sama orang lain? Hah!!?"
"Gak usah bawa-bawa bunda. Bunda pergi juga karena lu, Jing"
"Iya emang. Bunda pergi karena gua. Tapi ayah pergi juga karena lu. Imbas kan kita?"
"Sama-sama manusia gak berguna" teriak mereka berbarengan. Lalu saling membelakangi badan.
Suasana kembali sunyi, hanya deru nafas merekalah yang terdengar.
"Maaf ya mas, gua kekencengan gak sih nonjok lu?" Jingga mulai membalikkan tubuhnya, Dirgapun juga begitu.
"Maaf juga jadi bawa-bawa ayah sama bunda, dek.."
"Ish.. Jingga yang salah. Harusnya gak usah ungkit-ungkit masa lalu"
"Mas juga salah, belum bisa jadi kakak yang baik buat Jingga. Maaf ya?"
"Udah kek lebaran aja kita" ucap mereka kompak, lalu tertawa terbahak-bahak.
Kedua kakak beradik itupun lantas duduk di atas sofa. Melepas penat setelah perang dunia kedua di antara mereka. Ya..., dulu sekali mereka juga pernah bertengkar hebat, bahkan sampai di pisahkan oleh beberapa tetangga.
"Sok atuh gausah kelamaan, malem ini juga Jingga ke rumahnya aja. Langsung nembak, terus bilang 'Prank' pasti langsung di gampar, eh di terima maksudnya" nasihat Dirga.
"Argghhh, tapi dia ngiranya gua suka sama Fana. Kumaha ieu?"
"Pake bahasa sunda gini jadi inget bunda.."
"Sadboy banget kita" sahut Jingga, disertai dengan kekehan kecil.
Baru saja Jingga ingin pergi ke kamar, Dirga kembali memanggilnya,
"Lu kenal Angkasa gak? Temen sma gua, yang sekarang kerja diperusahaan gelap gitu"
"Oh.. Tau, kenapa emangnya?"
"Tenyata dia kakaknya Langit, dan mau di jodohin sama Fana"
"Cih, gosip muluuuu"
"Terus tau gak? Langit bukan keluarga asli mereka. Denger-denger sih Langit sama Fana itu ada hubungan saudara. Kasian banget ya...."
Karena males buat visualisasi kedua, jadi numpang disini aja.
^Woojin ab6xi as Vian
^Yeonjun txt as Gege
^Jaehyun nct127 as Angkasa
Jingga dan bapaknya ≧∇≦
Aw.... gemez bgt💕
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro