Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Secret Diary || 02

Pagi ini (Name) dipanggil oleh Mao. Masih menanyakan unit apa yang ingin ia produseri. Sayangnya ia sendiri belum bisa memberikan jawaban pada ketua OSIS tersebut. Ada banyak pertimbangan lainnya yang sedang ia pikirkan dan ia berjanji akan secepatnya menjawab.

Mendesah pelan, (Name) tidak tahu harus bagaimana. Sebenarnya ia sudah memilih Alkaloid untuk ia produseri. Tapi bagaimana ia bisa memilih Alkaloid jika hatinya saja belum karuan seperti ini. Bisa-bisa itu mempengaruhi dirinya sebagai producer. Jika harus memilih unit lain, ia sendiri belum tau unit mana yang harus diambilnya sebagai opsi kedua.

"(Name)-chan ohayou!"

"Gyaaaa!"

BRUK

Aira yang berniat menyapa (Name) itu dibuat kaget dengan (Name) yang memberi respon teriakan seperti itu. Ditambah gadis tersebut jatuh secara tiba-tiba. Ia menghampiri (Name) untuk membantu (Name) berdiri.

"(Name)-chan daijoubu?" tanya Aira.

"I-ii ee~ daijoubu desu! Aku masih ada urusan, jadi... Jaa nee!"

Secepat kilat seperti biasanya. (Name) langsung bangkit, merapikan sedikit seragamnya, kemudian membungkuk sedikit untuk formalitas. Setelah itu berlari secepat mungkin menghindari Aira yang masih terpaku di tempat. Netra hijau milik Aira menatap punggung yang perlahan terlihat mengecil di matanya.

Tidak tahu bagaimana harus berinteraksi dengan (Name). Seolah-olah gadis itu takut padanya. Setiap kali mereka bertemu, gadis itu akan pergi meninggalkannya atau mengalihkan pembicaraan.

Apa (Name) tidak menyukainya?

――――――――――

"Jadi (Name)-san selalu menghindarimu sejak awal bertemu?"

"Begitulah... Aku tidak tahu apa kesalahanku, apa aku menakutinya sebelumnya?"

Ekspresi sedih terlihat jelas di wajah Aira. Kepalanya tertunduk dengan kedua tangan yang menggenggam erat pada lututnya. Sementara Tatsumi yang sedang menjadi tempat cerita Aira berusaha berpikir apa yang mungkin menjadi solusinya.

"Apakah dia juga seperti itu pada yang lainnya?" tanya Tatsumi.

"Jika dia memang seperti itu dengan yang lainnya, aku tidak akan terlalu bingung seperti ini. Huuuu~ dia benar-benar seperti itu hanya padaku saja," keluh Aira.

Terdengar suara kekehan dari Tatsumi, sontak membuat Aira mendongak dan menatap wajah Tatsumi, "Ahahaha... Maafkan aku yang tiba-tiba tertawa, tapi aku rasa itu bukan masalah serius, Aira-san. Bagaimana jika Aira-san bicara dengannya? mungkin Aira-san akan tahu jawabannya,"

Aira tidak yakin dengan saran yang diberikan oleh Tatsumi. Bagaimana jika (Name) menghindarinya lagi? Hanya menyapa saja gadis itu langsung berlari pergi. Ia yakin (Name) akan menolak ajakannya untuk berbicara berdua.

Tapi... Tidak ada salahnya mencoba dulu bukan?

Meyakinkan diri tentang hal itu, Aira bangkit dari tempat duduknya, kemudian beranjak dari tempat tersebut. Sementara Tatsumi masih memasang senyum menatap punggung Aira yang melangkah keluar dari ruangan ini. Tidak lupa berdoa semoga Aira diberi kemudahan.

――――――――――

Jam pulang sekolah kebanyakan siswa lain sudah berada di ruang latihan masing-masing. Sebagian juga ada yang pergi ke kantor agensi ES. Sehingga gedung jurusan idol kini tengah sepi.

Sementara (Name) masih berdiam diri di atap gedung jurusan idol. Tempat yang tidak sekedar atap kosong, meski tidak banyak dekorasi, tapi cukup bagus karena di tanami beberapa tanaman di tempat ini. Bisa menjadi opsi untuk bersantai juga dan (Name) salah satu yang lumayan sering ke tempat ini. Biasanya lebih sering ketika tidak ada siapapun di atap ini. Kalau ada orang, dia akan memilih untuk mencari tempat lain.

Kini ia tengah memeriksa data-data unit yang telah debut di yumenosaki. Masih memikirkan bagaimana unit yang harus ia pilih sebagai opsi kedua. Mengingat bagaimana hatinya masih kacau balau kalau harus memilih Alkaloid, sementara ia sudah ditagih oleh Mao tentang unit yang ia produseri, sekarang ia harus bersiap untuk itu.

Satu tangannya yang lain memegang buku catatannya yang berisi nama-nama unit yang memungkinkan menurutnya. Jika ada yang kurang cocok, akan ia coret.

"Huft.. Gini amat jadi produser, kalau sampai besok nggak ketemu unit lain gimana," gumam (Name).

Meletakkan kembali HP nya miliknya ke saku roknya, (Name) membalik halaman bukunya yang kini terselip sebuah kertas lain yang telah di lipat. Suara desahan pelan pun terdengar dengan tatapan (Name) yang menjadi lesu.

"Apa benar-benar harus diungkapkan?"

"Mengungkapkan apa (Name)-chan?"

"GYAA!"

BRUAK

"(Na-Name)-chan daijoubu?"

Sebuah suara mengejutkan (Name). Terutama karena ia langsung mengetahui siapa pemilik suara tersebut, sontak membuatnya tak berani mengangkat kepalanya setelah jatuh. Rasanya benar-benar memalukan harus bereaksi seperti ini dihadapan Aira.

"Da-daijoubu desu," ucap (Name) lirih.

"Yokatta, dari tadi aku mencari (Name)-chan, aku kira (Name)-chan sudah pulang, ternyata disini,"

"A-ada apa mencariku?" tanya (Name) gugup. Berahap bukan sebuah pertanyaan aneh yang di lontarkan oleh Aira.

"Etto... Bagaimana menanyakannya ya..."

Aira menggaruk pelan pipinya dengan jemarinya. Merasa tidak yakin apakah ia harus menanyakannya pada (Name) atau tidak. Khawatir gadis itu akan merasa tersinggung. Tapi disisi lain ia masih penasaran akan alasan (Name) terus saja menghindarinya.

"Apa (Name)-chan membenciku?"

"..."

Kalimat itu terlontar begitu saja seakan-akan sesuatu yang mudah untuk diucapkan. Sementara (Name) mendongak dengan pandangan terkejut. Tatapan mereka yang bertemu, tapi (Name) hanya diam mematung dalam keterkejutannya.

Melihat (Name) yang diam dengan pandangan seperti itu membuat Aira salah tingkah. Ia dengan cepat meralat kalimatnya tadi, "E-etto.. Maksuku (Name)-chan selalu menghindari ku sejak musim semi, ja-jadi aku pikir mungkin (Name)-chan.. Membenciku,"

Saat kata "membenci" itu Aira ucapkan dengan nada yang begitu lirih, nyaris tak terdengar sedikitpun oleh (Name).

"Aku... Aku tidak benci,"

"Eh?"

"Go-gomennasai!" seru (Name) yang langsung berbalik dengan langkah cepat meninggalkan Aira.

"Tunggu! (Name)-ᴄhan?!"

Lagi, Aira sekali lagi tidak dapat menghentikan langkah (Name) yang menghindari dirinya. Netra emeraldnya menatao tangannya yang tadi mencoba meraih tangan (Name). Namun beberapa detik kemudian ia mendapati sebuah kertas yang tergeletak di hadapannya.

"Apa ini punya (Name)-chan?" gumam Aira bertanya-tanya. Ia mengambil kertas tersebut dan membukanya begitu saja.

Dan saat itulah ia dikejutkan dengan suatu fakta.

。。。。。。。。。。。。。。。。。。

ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇᴅ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro