Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⚘𝐭𝐰𝐨

"Sakusa..."

"..."

"Kau tidak mau bertanya balik soal mimpiku?"

"..."

"Sakusa..."

"Apa?"

"Aku ingin jadi model."

"Model?"

"Yup, bukan hanya model biasa. Tapi bukan model biasa, aku ingin jadi super model yang wajahnya terpampang di cover majalah internasional dan membintangi runaways bergengsi di dunia."

"Begitu?"

"Ya, tunggu saja nanti. Saat kita bertemu, kau pasti akan tercengang."

"Semoga."

˚❀ ⋆。˚❃

"Otsukaresamadeshita!"

Selesai sudah serangkaian kegiatan shooting hari ini. Walau banyak kesulitan di tengah jalan, tapi untunglah berhasil di atasi. Para staf, kru, dan model menghela napas. Akhirnya mereka bisa meluruskan kaki.

Kepuasan tercermin dari seluruh orang yang terlibat dalam projek ini. Hampir semua, kecuali puan yang masih berdiri sambil menekuri lantai. Rasanya ia benar-benar gagal. Teriakan sutradara dan dengusan kecewa model lain masih berdenging nyaring di kepala.

Memalukan sekali.

"Otsukaresama!"

Seketika sang model mengangkat kepala. Agak terkejut melihat siapa yang mengatakannya. "Otsukaresama, Miya-san!"

Senyum sulung Miya terlihat begitu mempesona dibawah pantulan cahaya lampu. Tak heran banyak gadis yang terjerat dengan setter kebanggaan timnas satu ini. "[Name]-chan, bukan?"

"A-ah, iya." Jelita tersanjung, seorang bintang mengingat namanya. Namun detik berikutnya, ia kembali merasa buruk. Bisa jadi kesalahan yang ia buat lah yang menjadikannya memorable. Bukan sesuatu Yang patut dibanggakan. Sebaliknya, memalukan.

"Jangan terlalu dipikirkan," ucap Atsumu sembari menepuk pelan bahu lawan bicara. "Besok mohon bantuannya juga ya. Tolong jangan terlalu buat banyak kesalahan seperti hari ini. Kalau begitu, sampai jumpa."

Senyum lebar yang canggung terus ia pertahankan sampai punggung lebar Atsumu menghilang dari pandangannya. [Name] tidak jadi terpesona, atau tersanjung dengan Atsumu. Dasar menyebalkan.

Tapi kalau ditilik baik-baik, tidak ada salahnya juga untuk mengingatkan. Yah, memang satu-satunya yang harus disalahkan hanya skill-nya yang cupu.

Dengan lunglai ia berjalan menuju ruang rias. Lebih baik ia bergegas pulang dan mengistirahatkan tubuh, utamanya hati.

Gerakan tangan terhenti saat mendengar pembicaraan seru dari dalam ruangan. Mereka bahkan tidak memelankan suara sama sekali. Lucu. Saking lucunya [Name] sampai mendengus geli.

"Kalau saja [Surname] tidak membuat banyak kesalahan pasti sudah selesai dari tadi."

"Benar, aku jadi melewatkan drama favoritku."

"Drama yang itu ya? Padahal lagi seru-serunya..."

"Harusnya kan bukan dia yang jadi model untuk projek kali ini."

"Eh masa?"

"Ya, katanya model yang sebenarnya tiba-tiba jatuh sakit. Karena tidak ada waktu untuk mencari pengganti, mereka meminta pengganti ke agensi model tadi. Kebetulan semua model hebat mereka sudah memiliki jadwal, dan yang tersisa hanya [Surname]-san. Jadi begitu deh."

"Wow, pantas saja performanya begitu. Cuma cadangan ternyata."

"Aku sampe heran kenapa bisa dia terpilih casting. Ternyata alasannya seperti itu."

"Keberuntungannya besar berarti."

"Tapi agensinya hebat ya, kenapa masih mempertahankan model tak berpotensi seperti itu."

"Iya juga, padahal agensinya lumayan besar lho."

Seperti masokis. Ia Hanya berdiam diri didepan pintu, menikmati setiap kata yang menorehkan luka dihati. Memang apa yang harus ia lakukan, mendobrak pintu kemudian melabrak mereka. Untuk apa, toh yang mereka katakana memang benar adanya.

"[Name], betapa menyedihkannya hidup mu."

˚❀ ⋆。˚❃

Walau sempat terjebak di depan pintu ruang rias, akhirnya ia bisa pulang. [Name] merenggang tubuhnya yang terasa kaku. Sudah lama ia tidak memesan layanan pijat, mungkin di akhir pekan ia bisa memesan

Ah tapi itupun kalau bayarannya sudah turun.

Hari ini benar-benar melelahkan. Namun tetap ada perasaan senang lantaran akhirnya mendapat job setelah sekian lama. Meski hanya sebagai pengganti dan penuh kesalahan.

"[Surname]-senpai?"

Seperti ada yang menaruh es batu di punggungnya. Tubuh jelita kaku seketika, merasakan sensasi menggigil yang tidak bisa dijelaskan dengan kata. Pupil yang melebar terpaku pada si jangkung yang berdiri sambil menyender pada dinding disebelah lift.

Saat di set tadi, ia pikir hanya salah lihat. Rupanya benar, Sakusa Kiyomi lah yang tadi beradu tatapan dengannya. Bagaimana bisa harinya jadi begitu buruk seperti ini.

"He-hey Sakusa... apa kabara?" Mencoba tetap tenang, walau kentara jelas kalau ia gugup.

Kiyomi tidak langsung menjawab, beberapa detik ia buang untuk memperhatikan wanita di hadapannya. "Baik."

"Wah syukurlah hahaha..." tawa palsu yang sangat mengganggu. "Kalau begitu, aku duluan ya, sampai jumpa hahaha..."

"Kau bawa mobil?"

Senyum lenyap seketika. Ia tahu Kiyomi tidak ada maksud meledek. Tapi mendengarnya membuat ia kesal. "Jangankan mobil, apartemen saja aku masih menumpang," lirihnya.

"Biar ku antar."

"Ah tidak usah!" sanggahnya secepat mungkin.

"Sudah malam, aku yakin kau melewatkan kereta terakhir."

Jelita melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Benar juga. Mungkin kalau dari tadi ia langsung pulang tanpa mendengarkan gosip para model, dia masih sempat. "Aku bisa naik taksi."

Kentara sekali, [Name] begitu menolak tawarannya. Namun anehnya Kiyomi belum mau menyerah. Sesaat memejamkan mata sambil memutar otak memikirkan cara. Sementara jelita yang beranggapan kalau Kiyomi sudah menyerah pun berniat menghampiri lift.

"Aku menawarkan cara yang lebih hemat, yakin tidak mau?"

[Name] salah rupanya. Tapi mendengar kata 'hemat' membuatnya agak bimbang. Ia memang harus mempertimbangkan dengan baik perihal masalah finansial. Juga, ia tidak yakin Kiyomi akan menerima penolakan lebih dari ini.

Kalau begini memang tidak ada cara lain. Hanya beberapa menit bersama Sakusa Kiyomi didalam mobil. Bukan masalah besar bukan?

˚❀ ⋆。˚❃

Bukan!

Salah besar. Harusnya ia tidak termakan iming-iming soal menghemat. Barus saja ia duduk beberapa detik di dalam mobil mewah ini, rasanya sudah benar-benar sesak. Membuatnya tersadar, semua yang menempel pada tubuh Kiyomi merupakan barang branded. Dan [Name] yakin itu bukan produk kw.

Tapi wajar bukan, mengingat pamor surai legam yang begitu melejit. Kiyomi seorang Bintang yang bersinar terang dilangit, sedangkan ia hanya kerikil bumi yang terus menatap langit. Jelas, dunia mereka berbeda.

Perdebatan dengan dirinya terusik saat Kiyomi menyodorkan hand sanitizer padanya. Tanpa disadari senyum terpatri samar, Kiyomi masih gila kebersihan seperti dulu. Mungkin terlepas dari penampilan, Kiyomi masih sama seperti dulu. Tapi, berada dekat dengannya tidak terasa sama lagi.

"Anu... Sakusa, aku rasa lebih baik kalau aku naik taksi saja."

Saat itu juga tangan Kiyomi yang hendak menyalakan mobil terhenti. Rupanya perdebatan masih berlanjut. "Kenapa?"

"Kau kan sibuk, dan sepertinya tempat tinggalku dan kau berbeda arah. Jadi... aku lebih baik naik taksi saja hehehe..."

"Sudahlah, kau juga sudah masuk."

"Aku bisa pergi sekarang kok, terimakasih untuk ajakan-"

"Aku tidak mengerti, kenapa sampai sebegitunya?"

Rasanya seperti ada sesuatu yang berkabut dalam pikirannya, membuat ia tidak berfikir jernih dan mengkambing hitamkan Kiyomi atas lonjakan emosi yang tiba-tiba. "Kau kasihan padaku, bukan?"

Sebelah alis terangkat. Ia tidak ada niatan untuk berpaling dari manik [eye color] yang berkilat marah.

"Aku..." luapan perasaan membuat rongga dadanya menyempit, menyisakan sedikit ruang untuk menyimpan oksigen. "...aku bilang padamu bahwa aku akan menjadi supermodel bukan? Tapi lihat sekarang, aku tidak menjadi apa-apa."

"Lalu?"

Tawa ironi lolos begitu saja. "Lalu katamu? Bukankah aku memalukan?"

"Tidak. Setidaknya kau berhasil jadi model. Itu bukan masalah untuk ku."

"Sakusa, ini bukan tentang kau tapi aku." Usai mengatakannya, [Name] keluar begitu saja dari mobil mewah tersebut. Setidaknya masih ada basi-basi seperti selamat malam dan sampai jumpa.

Bungsu keluarga Sakusa sendiri masih bergeming diatas kursi pengemudi dengan tangan yang mencengkram erat kemudi. Setelah hampir lima tahun tidak bersua, haruskan pertemuan mereka berakhir seperti ini.

Bahkan Kiyomi sendiri tidak menemukan letak kesalahannya. Entah dirinya yang payah atau memang wanita terlalu sulit dipahami. Kiyomi tidak mengerti.

𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

Semoga gambar yang aku buat memperlancar ke-haluan kalian saat membaca.


Juga maaf kalau gambarnya kurang bagus

And... See u di next chapter ^^

19 02 2022
𝒟𝒶𝓃𝒹𝑒𝓊𝓁𝒻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro