Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Anomie ⊹ ࣪ ˖ Lookism x Reader [ 1.3 / ? ]

A/n: lanjutan dari yg benar2 w tulis di book anomie, baca di sana 😠 di sini cuma draf2 yg w pub supaya w merasa melakukan sesuatu. 2.1k+ words.

[ Happy Reading ]

Anak dikatakan tidak akan bisa memilih orang tua mereka, dengan kata lain, dunia ini memang ditentukan oleh namanya nasib. Tetapi, menyalahkan nasib dan bertingkah seakan menjadi manusia paling menderita bahkan putus asa karena alasan ketidakberuntungan, tidaklah benar.

Manusia memiliki andil yang cukup untuk merubah hidup mereka menjadi seperti yang inginkan, menjadi ideal untuk standar mereka.

Kamu akan marah dan bersedia mencuci otak Hyung-Seok karena sudah bersikap kasar terhadap ibunya yang berusaha sebaik mungkin untuk menghidupinya. Itu hampir tidak adil, dunia ini tidak adil.

Orang sepertimu yang mendambakan keluarga yang penyayang meski penuh kekurangan akan cemburu dengan Park Hyung-Seok. Kamu tidak memiliki siapapun ketika terbangun di dunia ini.

Kamu sudah cukup lama hidup dan berusaha beradaptasi, tetapi tentunya akan ada saja yang tertinggal di dunia sebelumnya dan membuatmu merasa tidak lengkap. Dunia ini bukan pemenuhan dari kehidupanmu sebelumnya, ini hanya membuatmu berpikir dirimu dimasa lalu lebih beruntung dari yang sekarang. Mungkin keserakahan dan penyesalan akan selalu menghantuimu.

"Yah, protagonis memang penuh keberuntungan." kata-kata itu dengan ringan keluar dari mulutmu.

"Wa-ba?" (apa?) Im Shi-Seon yang mendengarmu bergumam langsung menoleh ke arahmu, berbicara dengan mulut penuh.

"Bukan apa-apa, aku hanya teringat sebuah cerita. Sebelum pengembangan karakter, protagonisnya sangat menyebalkan." Kamu tidak berbohong, sebenarnya kamu tidak begitu menyukai Park Hyung-Seok dan kamu sungguh ingin menjejalkan seluruh fakta kalau dia adalah bajingan di awal cerita. Hanya jika sistem tidak menahanmu ...

Walaupun begitu, bukan berarti kamu ingin terlibat dengan plot, beberapa hal hanya memaksamu untuk melakukannya. Keinginan untuk memukul Park Hyung-Seok murni karena dia seorang anak yang buruk, tidak lebih, tidak kurang. Lagi pula beginilah caramu bertahan hidup, menahan diri adalah salah satu kuncinya.

Mencoba mengalihkan percakapan, "Jangan berbicara dengan mulut penuh. Berbicaralah ketika kamu selesai." Kamu menegur. "Juga, tidak perlu memaksakan diri memakan ... produk gagal ..." Kamu melihat 'keripik' dengan warna yang tidak menjanjikan.

Kali ini Im Shi-Seon menurut dan berbicara setelah menelan sisa 'keripik'. "Jangan khawatir, tidak seburuk itu. Juga-" Kamu tidak mendengar sisa kalimat Im Shi-Seon, fokusmu teralihkan oleh suara notifikasi. (Cookie : im Shi-Seon bilang kalau punya nem enak. Tapi dia diam karena nem mengabaikannya.)

Tring!

Misi Utama

Yakinkan Protagonis Lookism untuk pindah sekolah. (Reward : stat point)

'Tampaknya Park Hyung-Seok belum berbicara dengan ibunya.' Asumsimu dari misi tersebut.

"Nem! Apa kamu mendengar?!", Im Shi-Seon membentak.

Menahan keterkejutanmu, kamu melihatnya tanpa menoleh. "Apa? Aku sedang berpikir."

"Kita sudah sampai dari tadi! Apa yang kamu pikirkan, ha? Kita sudah sampai seperti setengah jam lalu! Kamu yakin tidak terkena narkoba itu?" Wajahnya penuh skeptisme. (Cookie : itu hanya dua menit, Im Shi-Seon kesal karena di abaikan, dia khawatir nem memikirkan laki-laki lain. Bahkan jika itu dari novel.)

"Tidak, sudahlah tidak perlu berteriak. Kamu ambil kardus di belakang, aku akan membantu Nona Park." Kamu mengusirnya, lebih berharap dia tidak bertanya-tanya tentang isi pikiranmu.

"Tidak perlu memberitahuku, aku tahu apa yang kulakukan." Dengan begitu dia membanting pintu mobil. Sepertinya kamu membuatnya kesal. Mengedikkan bahu, kamu keluar dan mengabaikannya.

Kamu keluar dan mengamati sebentar lingkungan sekitar. Kalian sudah sampai di perumahan yang tampak agak kumuh, tidak dalam artian buruk, tetapi ini pemandangan yang berbeda dari Seoul yang penuh rumah terbangun dari bata gedung pencakar langit, dan lingkungan yang cenderung memamerkan nominal kartu kredit mereka.

'Tidak banyak yang berubah.' Kamu menulis mental Note untuk memberikan laporan pengamatan kediaman Park Hyung-Seok.

Wanita yang sering kamu sapa sebagai Nona Park sedang merapikan kardus di depan halamannya. Tanpa, ragu kamu menghampiri wanita paruh baya tersebut. "Nona Park! Pagi! Apakah anda masih memiliki sesuatu untuk saya bantu?"

"Ah, nak nem, ya ampun. Kalian menyusahkan diri sendiri, tolong jangan khawatirkan ibu ini." Nona Park tersenyum hangat.

"Tidak apa-apa, kebetulan kami hanya lewat sebelum ke tujuan selanjutnya dan kami perlu membuang ini entah bagaimana." Kamu menghela nafas lelah.

Kamu tidak sepenuhnya berbohong, masih ada paket yang perlu diantar, walaupun memberikan kardus hanya alasan semata untuk mengawasi Park Hyung-Seok dan ibunya.

Tidak ingin Nona Park bertanya-tanya, kamu berteriak memanggil Im Shi-Seon yang belum kembali. "Oi, Shi-Seon! Cepat napa!"

"Sabar! Aku masih merapikan kardusnya", dia balas berteriak. "Juga ini salahmu karena tidak mengikat mereka! Sekarang itu berhamburan!"

'Ah, ya benar juga.' Kamu merasa sedikit bersalah.

Bukan berarti dia bisa mengeluh! kamu melupakannya karena ada paket spesial untukmu! "Cih, masih menyebalkan seperti biasanya."

"Haha, kalian sangat akrab, ya? Ibu ini senang Hyung-Seok kecilnya bisa berteman juga dengan kalian." Nona park tertawa kecil, kemudian bersiap untuk berdiri.

"Ah! Masih ada sesuatu ya di dalam? Biar saya saja yang ambilkan. Apakah itu juga kardus, nona Park?" Kamu bergegas masuk ke kediaman sederhana protagonist tercinta.

"Tidak apa-apa nak nem, biar ibu ini saja." Nona Park berniat untuk mengikutimu masuk.

"Tolong biarkan saja membantu. Anda bisa menunggu Im Shi-Seon kesini. Siapa yang tau dia mencampur dengan dokumen kami." Kamu berbicara cukup keras agar didengar oleh Im Shi-Seon.

"Aku bisa mendengarmu nem!" jawaban spontan yang sudah kamu duga.

Nona Park tertawa lagi. "Baiklah kalau begitu, omong-omong Hyung-Seok masih didalam, dia menyapa."

"Ah, baguslah. Kami kalau begitu sekalian saja mengantarnya. Tapi aku agak khawatir ini kepagian." kamu memberikan gestur kekhawatiran.

"Tidak apa-apa, seingat ibu ini dia sudah bangun. Mungkin dia sedang bersip-siap." Kamu mengangguk dan masuk ke dalam.

Kamu mendorong pintu, tepat di ujung ruangan terdapat tumpukan kardus lainnya. Ruangan yang tergabung dengan dapur dan ruang tamu, sekaligus ruang makan, kamu yakin ini bahkan tidak lebih dari lima meter. Baik lantai juga dinding, keduanya terlihat cukup tua. Lapisan plastik yang mengelupas membuat tanah di bawahnya terlihat, dindingnya semakin kusam, jamur di langit-langit juga bertambah.

'Tidak ada yang berubah, kecuali semakin memburuk.' Kamu berpikir akan menyalin laporanmu sebelumnya.

Kamu berpikir untuk mulai mengambil kardus tersebut, namun teralihkan.

"Kyaaaaa!" Teriakan perempuan berasal dari sudut gelap sisi rumah.

'Mereka memiliki pengunjung tidak terduga?!' Kamu menoleh ke sumber suara.

Kamu hanya menemukan Park Hyung-Seok yang ... telanjang ... tanpa sehelai kain ... sepertinya dia habis mandi? Kamu cukup yakin tadi kamu tidak melihat siapapun.

Melihat ke bawah sedikit. "Oh." Kamu mengalihkan pandanganmu, tidak ingin melihat lebih lama lagi daging di antara kakinya. "Jangan khawatir, aku juga punya adik laki-laki di rumah." Kamu melakukan apa yang menjadi tujuanmu, membawa sisa kardus keluar, dan mengabaikannya gambar di ujung matamu yang bergetar seperti orang gila.

Tak lama setelahnya, teriakan yang lebih berdarah muncul. Tetapi kamu sudah di pintu, sebagai seseorang yang beradab kamu menutupnya. Kamu mendekati Nona Park yang mengikat kardus dan Im Shi-Seon yang meletakkannya di gerobak. Mereka menatapmu.

"Ada apa dengan wajah itu? Kamu seperti baru saja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat. Dan tentang apa teriakan tadi?" Terkutuklah kemampuan pembacaan wajah Im Shi-Seon yang akurat dan mulutnya yang tidak memiliki filter!

'Tapi tidak apa-apa Park Hyung-Seok, akan kulindungi kehormatanmu!'

"Ah, bukan sesuatu yang besar. Ada kelabang ... itu cukup menjijikan." Kamu berusaha menahan kontak mata dengannya.

"Sungguh? Lalu siapa yang berteriak pas kamu di depan pintu?" Im Shi-Seon mengerutkan alisnya.

'Mengapa kamu begitu peduli?!' Inner thought dimana kamu menarik rambutmu.

"Kamu mendengar hal-hal, teleponku baru saja berdering. Aku hanya mengabaikannya."

"Nem, teleponmu di mobil dan itu mati. Kemudian mengapa suaranya sama? Apakah sungguh kamu yang berteriak?"

Kamu menghela nafas, "ini bukan sesuatu yang layak untuk dipermasalahkan. Ponselku tidak mati, sebelum aku keluar mobil, aku menyalakannya. Teriakan itu ku rekam ketika aku mengerjai Ra Soon-Bok, dan kamu seharusnya melihat wajahnya, itu tidak ternilai." Kamu tertawa kecil, berbohong melalui gigimu dengan lancar sambil mendekati mereka.

"Ya, terserahlah." Im Shi-Seon memutuskan untuk mengabaikannya, untuk saat ini. Tetapi tidak untuk nona Park.

"Ra Soon-Bok?" Nona Park bertanya dengan kebingungan.

"Seorang teman, kami suka saling bercanda satu sama lain." Kamu berusaha meyakinkannya, sekali lagi berbohong seakan kamu bernafas.

'Jika bukan anak nakal yang iri. Mana mungkin aku berteman dengan anak manja itu. Lelucon yang kotor.' Kamu memutar matamu dalam hati. Sedikit bersyukur kali ini Im Shi-Seon tidak berkomentar apapun dan Nona Park hanya bersenandung setuju kemudian menanyakan sekolah kalian.

○○○

"Yosh! Kita selesai." Kamu besorak kecil.

"Terimakasih ya anak-anak. Ibu ini sungguh berterima kasih." Nona Park membungkuk kecil.

"Tolong jangan membungkuk ... kami hanya melakukan hal kecil." Kamu memegang pundak Nona Park agar dia tidak membungkuk.

"Tapi ibu ini tidak berbuat apapun-" kata-katanya terpotong saat suara pintu terbuka, kalian bertiga menoleh ke arahnya.

Park Hyung-Seok, keluar dengan baju yang menempel di kulitnya. Apakah dia berkeringat di pagi hari? Dan mengapa dia membuatnya kentara?! Apa-apaan wajah merah itu??! Apakah dia demam? Atau karena yang tadi, sialan kamu Park Hyung-Seok!

'Kebohongan tadi jadi sia-sia!' Kamu merasakan nyawamu akan melayang.

Tring! Notifikasi lain.

Misi sampingan.

Reputasi Protagonis menurun. (Selesai)
Reward: 2 skill point.

'Im Shi-Seon apa yang kamu pikirkan! Hm, tapi aku jadi dapat skill point. Baguslah."

"Hyung-Seok ku, kemarilah. Nem dan Im Shi-Seon akan mengantarmu." Nona Park tersenyum hangat.

"Um... Tidak perlu." Semakin dia mendekat semakin merah wajahnya.

"Anakku, apakah kamu sakit?" Nona Park seketika menjadi khawatir.

"Ti-tidak! Aku hanya ... "

"Mari pergi, kami menunggumu keluar dari tadi." Dengan begitu Im Shi-Seon membalik sepatunya. "Nem, kali ini kamu yang menyetir."

"Ya ampun, ada apa dengan laki-laki itu?" Kamu menggelengkan kepala.

"Tidak ada apa-apa, kamu terlalu banyak melamun jika dibiarkan tanpa kerjaan." Im Shi-Seon menyilangkan tangannya.

"Apa katamu?! Aku ini super sibuk, dan kamu yang paling tahu itu!" Kamu menekan telunjukmu ke dadanya.

"Ya, ya. Apapun yang membuatmu tidur dengan tenang." Im Shi-Seon memutar matanya.

"Berhenti bertingkah seperti itu, aku yang seharusnya marah disini!" Kamu berusaha memberikan pukulan, namun dihindarinya.

"Hahaha, terkadang menggemaskan melihat kalian bertengkar. Apakah kalian kekasih?" Nona Park menggoda kamu dan Im Shi-Seon.

"Tidak!" Kalian menjawab dengan kompak.

"Bahkan kalian menjawab bersamaan. Haha. Kalau begitu, ibu ini nitip Hyung-Seok kecilnya, ya."

"Ta-tapi ... " Park Hyung-Seok terlihat panik, melirikmu sedikit namun tidak bisa menatap matamu.

Wajar, kamu kira. Park Hyung-Seok mungkin naksir kamu melihat dari statistiknya. "Jangan merasa segan Hyung-Seok, lagipula kamu bisa menghemat uang sakumu buat naik bus." Kamu berkata.

"Jangan membantah ibumu, bocah." Im Shi-Seon mengacak-ngacak rambut rapi Park Hyung-Seok.

"Tidak! rambutku..." Hyung-Seok melakukan upaya menyedihkan untuk merapikan rambutnya kembali.

"Jangan jahil." Kamu menegur, Im Shi-Seon sedikit merenggut tetapi melihat kembali ekspresi Hyung-Seok dia menjadi sedikit merasa bersalah. (Apa yang dia harapkan dari anak yang diganggu disekolah dan dikucilkan masyarakat)

"Ayolah, aku membawa sisir kesayanganku di mobil. Mari pergi" Im Shi-Seon merangkul Park Hyung-Seok.

"Kalau begitu, kami pergi dulu Nona Park." Kamu melambai pergi.

"Iya, hati-hati di jalan ya." Nona park sekali lagi tersenyum hangat karena kalian membantu sangat banyak.

"Sampai jumpa ibu." Dengan begitu Park Hyung-Seok dengan pasrah mengikuti.

<>

"Oi, Im Shi-Seon. Menjauhlah, maksudku kamu mengambil terlalu banyak tempat kakimu."

"Jadi aku harus bagaimana, hah? Jalan kaki?"

"Ya, itu ide yang lebih bagus."

"Tidak, kamu saja nem. Kamu bisa kembali naik taksi, biar aku yang mengantar Hyungseok."

(Lanjutkan nanti)

<>

"Hei, Hyung-Seok apakah kamu dipukul? Ini terlihat sedikit transparan, tapi aku bisa tahu bagaimana jika seseorang di ganggu."

<>

Menjauhkan im Shi-Seon, wajahmu terlalu dekat!

Mau bagaimana lagi, truk ini memang kecil tau. Lagipula aku tau kamu suka begini.

(Suara hati phs yg patah.)

Haha, tidak terima kasih. Aku punya husbando yang menunggu di kamarku.

Tunggu, orang itu masuk kamarmu?

Siapa? Quilan? Hah, kalau dia berhasil masuk, aku sudah menendangnya dari lama.

Hm... Oh ya, Park Hyung-Seok. Orang yang tadi kami bicarakan adalah pacar nem.

Berhenti mengimpor topik ini!

A-apa?! Nem punya pacar?!

Dia bukan pacarku, kebetulan saja dia menempel padaku seperti lintah.

Ya, karena itu kamu membiarkannya menempel.

Anak itu belum dewasa.

Kalau begitu, kamu terlalu memanjakannya. Dia terus mengatakan kamu pacarnya nem. Kamu juga mengatakan dia tipemu.

Bukan seperti itu! Kita berdua tahu bagaimana dia ... dia hanya kebetulan menjadi tipe wajah yang tampan.

Kamu tidak perlu berbelit-belit, wajahmu mengatakannya.

'Itu karena aku teringat banyak hal memalukan.'

"Diamlah, aku sibuk menyetir."

"Jadi, Park Hyung-Seok, menyerahlah kalau kamu suka sama nem. Orang itu sulit di tanding."

"Ya??"

"Maksudku, nem itu punya tipe yang akan berganti-ganti."

"Darimana kamu tahu itu?!"

"Yah, kamu berkencan dengan ini dan itu. Tentu semua orang tau."

"Mengapa kamu harus mengatakannya di depan Hyung-Seok?!"

"Karena aku kasihan kalau dia naksir sama orang sepertimu nem. Dia akan memiliki trauma dalam kehidupan romansanya."

"Aku hanya hang out ... itu juga untuk keperluan bisnis."

"Ya, ya. Hanya Quilan ini yang spesial. Tanpa urusan bisnis kamu juga akan mendatanginya."

"Itu kafe kucing oke?! Berhenti menekanku ... ada apa denganmu dan kehidupan cintaku ... "

"Yah, siapa yang tahu? Newbie lebih baik menyerah, bukankah begitu Hyung-Seok?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro