Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Anomie ⊹ ࣪ ˖ Lookism x Reader [ 0.1 / ? ]

A/n: bagian awal anomie yg w unpub karena w mls mulai dari flashback. 2.2+ words

[ Happy Reading ]

Lari. Mendorong dan membawa kakimu untuk bergerak lebih cepat, kabur dan lolos dari pemangsa yang bersembunyi dalam kegelapan. Hutan yang seharusnya menjadi tempatmu dan rekan-rekanmu untuk bersembunyi dan melenyapkan ancaman yang kalian hadapi, bukan... yang umat manusia hadapi. Sebagaimana seharusnya membalikkan meja seperti ini, lebih dari yang tersisa adalah menyelamatkan dirimu sendiri.

Ketika dunia telah mengalami distopia, makhluk menyeramkan itu tak lama muncul. Kamu yang menjadi perisai daging manusia dengan judul yang semestinya prajurit tau tentara. Sebuah gelar dimana digunakan untuk menenangkan kegelisahan masyarakat, meski melupakan fakta bahwa tidak ada yang aman dari para keburukan ini.

Disilah kamu, berusaha dengan setiap nafas yang kau miliki untuk melarikan diri dari kejaran makhluk itu. Bersama hujan rintik yang kau lalui dari awal ketika tetesannya sebelumnya terasa tajam di kulitmu. Malam tanpa bulan, tersesat dan sendirian. Apa yang bisa lebih buruk dari ini? Kematian.

"Sialan"

Sesaat sensasi mengerikan membasuh setiap inci kulitmu, gelombang kepanikan. Jantung berdetak lebih cepat memompa darah, sampai kau bisa mendengarkan suara jantungmu sendiri. Bunyi derak rumput, mirip seperti sesuatu yang melata bergerak di tanah, menambah bara dalam api kegelisahanmu.

Tersandung akar pohon, dari segala kemalangan yang kau miliki mengapa harus sesuatu yang berkaitan dengan kematianmu. Tidak peduli apakah kau prajurit atau tentara, itu tidak merubah fakta bahwa kau masih manusia. Menginginkan belas kasihan waktu untuk memiliki hidup yang panjang dan bahagia. Tidak sedikitpun kau siap untuk akhir hidupmu, ketakutanmu akan kematian yang menyakitkan dan dicabik-cabik oleh sesuatu yang bersembunyi dalam bayangan, tambahan menyedihkan dari paranoia abadi di kegelapan tidak membantu memperpanjang hidupmu.

'Bangun [name]!'

Benar, ini bukan waktunya untuk kewarasan menipis. Mengabaikan sengatan dan rasa dingin di tanganmu, kau bangun dan kembali berlari. Melemparkan senjata dan beberapa bahan peledak yang tersisa disana sini untuk memperlambat pergerakan makhluk itu, bersamaan mengurangi beban yang kau bawa. Makhluk yang bersembunyi di balik kegelapan, diam dan sunyi seperti predator nokturnal.

'Tidak apa, masih ada kesempatan untuk keluar dari hutan ini dan kembali ke markas'

Usaha kecil untuk tidak membiarkan rasionalitas hilang, seakan akan ada secercah harapan di ujung labirin pohon. Membohongi diri sendiri, betapa tidak jujurnya manusia ketika mereka putus asa. Sekali lagi upaya meyakinkan dirimu, kau akan selamat malam ini, tidur di kasur jelek itu lagi dan menghirup udara esok. Kau akan keluar dari hutan terkutuk ini, teman-temanmu yang gugur akan sangat bangga padamu. Benar, mereka akan bangga. Setidaknya salah satu dari kalian selamat. . . K̶a̶u̶ ̶p̶e̶n̶g̶e̶c̶u̶t̶.

Fajar hampir tiba, mengabaikan hujan dan badai serta beberapa kali menabrak pohon, kesadaranmu harus bertahan hingga kau aman. Luka yang masih segar, mungkin meneteskan beberapa darah.

'Tidak apa, aku masih bi-'

Nafasmu tertahan saat sulur hitam mengelilingi pergelangan kakimu, secara alami kau tergelincir dan memeluk bumi untuk kedua kalinya. Insting bertahan hidup menendang untuk membebaskan dirimu, meninggalkan sepatumu untuk makhluk itu, entah apa yang mereka mampu lakukan, tidak ada lebih banyak detik untuk mengkhawatirkan hal-hal trivial. Sedikit mendesis karena tanpa sengaja ada sensasi tidak nyaman di telapak kakimu, agak terabaikan dengan adrenalin yang sedang mengalir.

Tetapi anehnya sulur itu tidak menarikmu, hanya sedikit tenaga disana. Kau berhasil berdiri dan berniat melanjutkan pelarianmu, benda itu mungkin sudah melemah akibat seranganmu. Di ujung pandangmu langit sudah membiru akan terbitnya matahari, pada kejauhan kau melihat sebuah jalan terbuka. Makhluk itu lemah pada cahaya juga tempat lapang tetapi-

"Eh-?"

Dibalik semak belukar tebal yang kau kira ada tanah untuk melangkah, disana tidak lebih udara yang menyambutmu. Sebuah jurang dengan ujung kegelapan dibawahmu, menunggu kau untuk datang kedalam cengkraman mereka. Tanganmu otomatis berusaha meraih segalanya untuk bertahan. Seperkian detik, sebuah pikiran muncul di benakmu. Benda itu... mengetahui ada jurang disini dan segaja mempermainkanmu, karena itu cengkraman dikakimu begitu lemah. Itu sialan mempermainkanmu.

"Bajingan-!"

Ada sebuah pepatah yang sering kau dengar tentang keburukan dan dosa manusia. Ketika kejahatanmu begitu kejam, karma instan akan lansung mendatangimu juga pada hari yang sama.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tunggu, seperti inikah rasa kematian? Ini masih sakit, sama seperti jatuh tetapi tidak begitu dramatis hingga kau bisa merasakan otakmu berantakan di tanah dengan kepalamu hancur berkeping-keping. Jika dipikir, bukankah kau dihutan sebelumnya? Tanah harusnya tidak lebih sesuatu yang berlumpur, dedaunan atau rumput. Mengapa terasa seperti semen? Jari-jarimu meraba bidang kasar seakan jalanan di balik semak-semak yang kau lalui sebelum jatuh. Kau terlungkup dengan pipi menyentuh tanah, basah dan lembab. Sungguh ironis, hujan masih merintik diwajahmu.

Apakah kau sebenarnya jatuh di sebuah jalan tetapi tidak begitu tinggi? Tidak, pandangan terakhirmu sebelum terjun bebas kedalam jurang adalah kegelapan, hitam. Dengan kau yang tidak tahu ada apa didasarnya, kau percaya tubuhmu akan remuk ketika kau menyetuh dataran. Tetapi Bagaimanapun juga kau berusaha membuka matamu, begitu buram tetapi tidak gelap. . .

'Huh? Ada lampu?'

"Bersyukurlah nak, aku tidak membunuhmu" suara seorang laki-laki, dia mendengus kasar tetapi kata-katanya tidak membawa emosi kemarahan. Kau cukup yakin kau paham maksud dari kalimatnya, tetapi bahasa yang dia gunakan tidak terdengar seperti yang kau gunakan.

Satu dua detik terlewati, pandanganmu mulai terkumpul dan tubuhmu sekarang merasakan nyeri hebat terutama di bagian perut, rasa sakit samar masih ada di kaki juga telapak tanganmu. Kau berusaha menyentuh daerah tersebut, rasa dingin dan terbuka disana, tetapi ketika kau melihat telapak tanganmu yang kau lihat selanjutnya adalah merah tetapi hampir hitam, berbau besi yang berkarat. . . Apakah ini darah? Aroma yang sudah familiar.

Kau harusnya lebih dari tau kalau ada lubang diperutmu dan kemungkinan besar pria didepanmu ini penyebabnya. Seorang pria dengan topeng di berdiri dengan angkuh, dagu terangkat tinggi merendahkanmu seperti seekor serangga kotor. Dia berjaket hitam, namun seketika memutuskan untuk berjongkok, bukan untuk membantumu melainkan menarik rambutmu hingga kau menatap matanya yang berkilat dingin, membuatmu mendesis kesakitan.

"Dengarkan aku, dan berhentilah melawan. Gubuk jelek itu bersama pelayan yang membawamu kesini telah terbakar habis. Mayatnya akan ditemukan para penyelidik besok. Kau, jangan mencoba kembali ke Jepang jika tidak ingin dihabisi lagi oleh keluargamu" Dengan itu dia menjatuhkan kepalamu.

"Aku akan mengatakan kau sudah mati, jadi berterima kasihlah padaku" setelahnya dia berjalan pergi menjauh darimu. Menjauh dan terus melangkah tanpa memberimu pandangan terakhir. Kau tidak mampu menanyakan atau mengucapkan apapun, tenggorokanmu begitu kering bahkan untuk bernafas.

Beberapa hal yang kau perhatikan setelah orang itu meninggalkanmu yaitu, kau berada di sekitar tempat yang cukup sempit untuk menjadi jalan luas. Orang itu pasti membuangmu di gang kecil di perumahan yang kumuh? Setidaknya itulah yang kau simpulkan melihat sampah dan jalan rusak disekitar. Tidak melupakan toko kecil yang menonjol seperti ibu jari yang sakit dimalam hari. Berada beberapa meter didepan gang dengan cahaya dari dalam toko melalui jendela mereka masih menampilkan produk. Memperhatikan nama toko tersebut... agak gelap tetapi cukup untukmu memastikan apa yang tertulis.

"Huruf? Karakter apa itu?"

Kau mempertanyakan nama toko tersebut. Sebenarnya kau bisa mengidentifikasi jenis huruf yang digunakan, hanguel. Bahasa korea pernah cukup terkenal hingga orang sepertimu setidaknya bisa membedakan karakter uniknya. Apakah ini deja vu? Kau cukup yakin pernah melihat toko ini di suatu tempat, bukan hanya otakmu yang mulai serius pusing. Tidak pernah kau menderita kehilangan darah sebanyak ini.

"Membiarkan hidup apanya, brengsek? Pada akhirnya kalau begini terus, aku akan mati"

Melalui semua rasa sakit seperti dipukuli hingga hampir mati, kau susah payah membalikkan badanmu. Langit malam yang tertutup oleh awan, atap rumah seseorang yang terlalu ketakutan untuk terlibat pertengkaran dan dinding tinggi yang sama dengan jalan buntu. Kau menutup matamu dengan punggung tanganmu, berniat menghalangi lebih banyak air hujan masuk kematamu.

"Bahkan bahuku juga terasa sakit? Betapa payahnya" menghela nafas dan membiarkan semua rasa dingin membungkus dirimu, rasanya percuma untuk bertahan hidup sekarang terlepas kebingungan dengan semua hal yang tiba-tiba terlibat denganmu.

'Betapa cepatnya kau berubah pikiran [name]... Benar, kau sungguh menyedihkan.'

Ah, akhirnya suara itu sampai padamu. Bisikan mencemooh dari mereka, suara dengan nada yang memarahi dari orang-orang yang kau khianati. Dulunya mereka dengan bangga menyebut diri mereka temanmu, sekarang pasti amarah yang membara itu telah sampai pada dirimu.

"¿ɥnɥ 'uɐʇnqıɹǝʞ ʇɐnqɯǝɯ ɓuɐʎ ıuı ɐʎuɐdnᴚ" laki-laki? Kalimat orang asing itu mengalihkan benakmu ke asal suara, menyingkirkan tanganmu untuk menengadah melihat sosok baru ini.

Suara langkah kaki terdengar dan derap sepatu menginjak genangan air bergerak kearah kau berbaring. Semakin dekat hingga kau bisa melihat wajahnya, berkaca mata. Tetapi kau tidak bisa melihat matanya, begitu terhalang kacamata yang terkena pantulan sinar sekitar. Seorang pria, tapi kau ragu dia adalah orang yang sama dengan yang bertopeng, dia menggunakan baju yang berbeda darinya. Seragam. Dia mungkin adalah pemilik toko di ujung jalan.

Dengan dia menggunakan payung, air hujan yang jatuh untukmu terhalang olehnya. Pria itu berkacamata dan memasang senyum kecil di wajahnya. "nɯnʇuɐqɯǝɯ nʞɐ uɐʞɹɐıᙠ ˙uɐʇıʞɐsǝʞ uɐp ɹɐɯǝɯ 'ɓuɐlɐɯ ɥɐɔoq nɐʞ 'ɥO." Kau tidak mengerti apa yang dia katakan tetapi dia menggunakan nada yang... ramah? Mungkin? Atau dia mengejekmu.

"...apa yang kau bicarakan?" Kau berbicara pendek, sedikit terbatuk karena kerongkonganmu yang kering.

"-ɐʞıɾ ɐuɐɯıɐɓɐq 'ɥ∀ ˙nʇı ɐıɹd ıʇɹǝdǝs ɐɹɐɔıqɹǝq ʞɐpıʇ nɐʞ 'ıdɐʇǝ⊥ ˙ɓuɐdǝɾ ɐsɐɥɐq uɐʞɐunɓɓuǝɯ ɐɹɐɔıqɹǝq uɐʞɥɐq ıpɐʇ ɐıɹd 'ɐʇɐʎuɹǝʇ ıuıs ılsɐ uɐʞnq nɐ⋊" dia terlihat seperti memiliki ide, dan kau hanya bisa mengeluarkan beberapa suara kebingungan. Dia berjongkok

"Halo, bisakah kau mengerti aku sekarang? Berkediplah kalau kau mengerti" begitu... entah mengapa dia berusaha seperti saat ini untuk berkomunikasi denganmu. Sekarang dia menggunakan bahasa inggris, setidaknya tidak menggunakan kata-kata formal sehingga kosakata yang kau miliki cukup untuk memahaminya.

'Atau hanya dia yang tidak cukup berbicara secara formal?'

Tetap saja, agak mencurigakan melakukan ini ketika warga sekitar lainnya memilih untuk menghindari keributan terlepas siapa korbannya. Dan pegawai toko ini jelas memiliki maksud tertentu menolongmu atau hanya kamu yang terlalu memikirkannya. Dia mungkin menolongmu atas dasar kemanusiaan yang masih ada.

Dan kau tidak cukup bodoh untuk mengikuti petunjuk menyedihkan ini. "Aku bisa..." jawabmu dengan bahasa yang sama dengan dia gunakan.

"Kalau begitu, izinkan aku membantumu", dia meletakkan payungnya dan mengulurkan tangannya. Secara naluri kau menampar tangan itu menjauh, berusaha untuk bangkit dan menjauh dari orang itu. Pengalamanmu sudah cukup lama untuk tidak mempercayai orang asing tanpa tujuan yang pasti.

'Bagaimana kalau orang ini salah satu pemasok organ tubuh ilegal di pasar gelap?'

Bersandar dengan dinding terdekat namun sejauh mungkin dari pria itu. Apakah semua pria dewasa selalu memancarkan aura mencurigakan seperti ini? Tidak, mungkin karena matanya yang tidak terlihat dibalik kacamatanya.

Apa ini? Apakah waktumu sudah mulai habis? Dengan bistik hitam yang mulai berkumpul di sekitar pandanganmu. Kali ini ada sosok lain yang mendekat, lebih pendek dari pria itu. Anak-anak?

"¡¿ɐɾɐs ʞıɐq-ʞıɐq nɐʞ ɐd∀ ¡ɐɓɐʇs∀ ¿uɐʇnqıɹǝʞ ɐpɐ ɐdɐɓuǝW ˙ıpɐʇ ʞɐɾǝs ılɐqɯǝʞ ɯnlǝq nɐʞ 'ɥɐʎ∀" Sekarang didepanmu ada seorang anak kecil. Dia menutup mulutnya, wajahnya meringis sambil melihatmu.

"ɐʇıʞ ɐsɐɥɐq ɯɐɥɐd ʞɐpıʇ ɐıp ɐʎuıʇɹǝdǝs 'ɓunɾooS ɥɐlɓuɐuǝ⊥"

"Ah, kebetulan karena anakku ada disini kurasa kau akan lebih nyaman jika dia yang membantumu"

Anak kecil itu sepertinya terlihat lebih muda darimu, kau tidak bisa melihat wajahnya terlalu jelas karena gelapnya jalan kecil ini tetapi dari suaranya itu jelas feminim(atau hanya anak laki-laki dengan suara kecil). Anak itu berjalan mendekatimu dan menawarkan tangannya.

"Uhh... tangan?" Sepertinya dia gugup karena tidak bisa membuat kalimat yang konkret.

Kau menghela nafas mempertimbangkan bantuan mereka. Kalau dipikir lagi, mengapa bersusah payah mendapatkan persetujuanmu jika mereka ingin membahayakanmu. Posisimu saat ini lemah dan rentan, mereka bisa saja langsung membongkar isi perutmu.

Akhirnya kau memutuskan untuk meraih tangan itu. Anak itu tampaknya cukup senang mendengar dari seruan kecil yang dia buat. Dia meraih tanganmu dan menempatkannya di bahunya, tangannya yang lain berusaha menyeimbangkan dirimu di pinggangmu. Tepat ketika jarinya menyentuhmu, nyeri luar biasa muncul disana. Kau mengeluarkan erangan tersedak dan membungkuk tanpa sadar.

"A-a ah ɟɐɐW!" Dia tergagap.

Kau memberinya tatapan kesal, meski begitu kau tidak mengucapkan apapun. Kau tidak mengigit tangan yang menyelamatkanmu... setidaknya belum. Mengigit sedikit pipimu untuk mempertahankan kesadaran.

• • •

Ruangan ini, sangat sederhana. Bahkan bisa dibilang menyedihkan untuk standar normal hunian yang baik. Setelah dilihat lebih jelas lagi, penampilan toko didepan sebelumnya juga tidak berbeda jauh. Mereka mungkin hidup dengan standar penghasilan menengah kebawah. Kau menggelengkan kepalamu, memikirkan penampungan militer sementara lebih buruk dari ini.

Apabila dipikirkan lagi, saat anak itu membantumu, rasanya kalian hampir memiliki tinggi yang sama. Kecuali kau tinggi beberapa inci darinya. Juga kaki ini, lebih pendek. Disini tidak ada cermin atau sesuatu yang bisa digunakan berkaca, jika adapun kau sudah tidak sanggup lagi menggerakkan tubuhmu. Juga baju ternoda darah ini bukan baju yang sama dengan seragam keamanan militer.

'Anak sialan itu mengikat perbannya terlalu kencang!'

Untuk kesekian kalinya kau menghela nafas lagi, bukankah ini sulit di proses? Kau jelasnya tadi di kejar oleh monster itu, meski secara teknis kau telah ditipu dan di pojokkan, tetap saja kalau ini tidak masuk akal. Mengenai kau berada di tempat yang tidak seharusnya. Kegelapan yang menunggumu itu nyata, meski kau memilih untuk menutup mata dibandingkan yang tersembunyi dibaliknya.

'Jadi aku harusnya dimana, bodoh? Neraka?'

Mungkin ini neraka? Tidak, masih ada manusia yang entah menolongmu. Benar, bukankah nama anak tadi, Soojung? Apakah ini kebetulan kau berada di korea dan pria itu sebelumnya menyebut anaknya dengan nama salah satu tokoh komik yang kau kenal? Kalau dipikir-pikir...

"Ah, per-permisi... apakah kau sudah merasa lebih baik?" Kau menoleh ke asal suara, tidak menyadari kalau ada derak pintu terbuka. Gadis itu masih terbata-bata menggunakan bahasa inggris. Kau hanya membalas dengan anggukan.

"Ini, tadi tasmu. Ayahku mengambilkannya"

"Terima kasih"

"Sama-sama!" Huh, coba lihat betapa cerahnya senyumannya, hampir seperti ada bunga imajiner mengelilinginya.

Kau membawa tas tersebut ke genggamanmu dan membukanya, cukup yakin kau sebelumnya tidak membawa tas apapun saat berlari di hutan. Di dalamnya terdapat berkas penting, setidaknya cukup untuk memiliki identitas. Juga ada buku panduan bahasa korea jepang? Yang ini cukup mengejutkan. Sebelum kau membuka dan membaca lebih banyak, pria tadi datang bersama membawa air dan sup.

"Sementara, hanya ini yang bisa kami berikan" dia tersenyum kecil yang kau balas anggukan.

"Sebelumnya saya lupa memperkenalkan diri. Saya Choi Dongsoo dan ini putri saya Soojung" Ah, ternyata benar dugaanmu. Kau berpindah dunia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro