22
β allegra dan harry...? β
- chia.
β β β
Akhirnya, seleksi pemeran Harry dimulai. Chia duduk dengan tenang, tak sabar untuk menonton Louis yang akan tampil. Tapi, tanpa diduga, Val juga ikut dalam seleksi pemeran Harry itu. Chia terdiam. Hanya Louis dan Val yang memilih peran itu. Satu ruangan pun hening.
"Louis? Val?" Anna memandang Louis dan Val. Dia melirik kepada Chia. "Gak salah nih? Calon pemerannya cuman dua orang?"
Chia mengangkat bahunya, sama bingungnya dengan Anna. Chia belum tahu kalau karakter Harry diperebutkan banyak orang, tapi banyak yang takut untuk tampil. Hanya kedua remaja laki-laki itu saja yang tak takut dan mengikuti audisi itu. Itupun karena semangat sahabat mereka.
Sejauh ini yang Chia dengar, banyak yang mendukung Val. Mungkin Val dulu juga pernah ikut audisi teater. Atau, karena dia terkenal, jadi banyak pendukungnya.
Chia sejujurnya juga mendukung Val. Tapi, tak boleh mengacuhkan orang yang lain. Chia memilih untuk melihat skill akting mereka terlebih dahulu.
Seleksi dimulai dari Val. Dia yang pertama tampil. Dengan wajah datar, dia mulai mengucapkan dialog-dialognya. Tapi, yang membuat Chia terdiam tak berkata-kata adalah, perubahan ekspresi dan karakter Val. Dia yang tadinya beraut wajah datar, langsung berubah ekspresinya saat bagian scenenya. Chia menatap Val dengan tak berkedip. Jantung Chia berdebar kencang. Akting Val benar-benar bagus. Dengan sekejap saja, Val sudah merubah ekspresinya. Dia pun benar-benar seperti Harry yang asli, bukan Val si dingin lagi.
Semua orang bertepuk tangan saat Val selesai tampil. Termasuk Chia dan Anna yang merasa sangat kagum. Val membungkuk berterima kasih, kemudian mendengar komentar-komentar para juri. Semua juri memberikan komentar yang bagus untuk Val. Bagaimana tidak? Akting Val sangat bagus dan membuat orang-orang kagum.
Setelah penampilan Val, tibalah saatnya Louis untuk tampil. Satu ruangan hening. Langsung berbeda suasananya dengan saat Val ingin tampil tadi. Chia memandang Louis, tak sabar untuk menonton aktingnya. Saat Chia dan Louis berkontak mata, Chia mengepalkan dan mengangkat tangan kanannya, lalu berkata 'semangat!' tanpa suara. Louis diam, lalu tersenyum kecil. Dia menghela napas, lalu memulai adegannya.
Sama seperti Val, ekspresi wajah Louis berubah. Tetapi, adegan mereka berbeda. Val memilih adegan saat masuk ke desa, sedangkan Louis memilih adegan saat dihukum di kabin. Louis mendalami peran Harry, sama seperti Val tadi. Kepribadian Louis pun berubah. Dia seperti Harry sekarang. Dengan pelafalannya yang bagus, dialog yang semuanya disebutkan tanpa melihat, suaranya, juga gerak-geriknya, semuanya patut diapresiasi. Chia kembali menatap tanpa berkedip. Ternyata, Louis sudah menyiapkan semua ini dengan sempurna.
Penampilan Louis hampir mirip dengan Val. Skill akting mereka mirip. Benar-benar berbakat. Sebelum Louis selesai, dia memainkan dialog yang terakhir dari adegannya, yaitu dialog 'bapak-bapak'.
Sesuai karakter Harry, adegan-adegannya tak jauh dari kata 'komedi'. Harry adalah karakter yang usil, lucu, nakal, tetapi setia dan perhatian kepada saudaranya. Dia seorang anak laki-laki yang tsundere. Makanya, tak heran kalau ada adegan lucu untuk peran Harry ini, juga adegan dingin dan perhatian.
Louis berhasil memainkan dialog 'bapak-bapak' itu. Dia meniru suara bapak-bapak, lebih tepatnya pak satpam sekolah Harry dan Harley yang suka marah-marah. Para orang-orang di aula pun tertawa saat Louis meniru sambil memakai propertinya, kumis. Chia tertawa sekaligus kaget. Louis benar-benar menyiapkan semuanya. Itu semua juga dibantu oleh William yang benar-benar sangat ingin sahabatnya terpilih. Mereka berdua membeli kumis-kumisan mainan, lalu membawa properti kumis itu saat audisi.
Emang boleh pakai properti? Tentu saja boleh. Itu juga termasuk ke dalam penilaian para juri. Tetapi itu tak wajib. Dan nilainya juga tak terlalu besar. Semuanya tergantung skill akting pesertanya.
Louis pun akhirnya selesai tampil. Dia membungkuk, dan semua orang bertepuk tangan. Sekarang, situasi berubah. Semuanya bingung ingin mendukung siapa. Keduanya benar-benar berbakat.
Para juri pun mulai memberikan komentar-komentar yang bagus. Louis berterima kasih dan tersenyum. Tak ada komentar yang membuat deg-degan. Berbeda dengan komentar Mrs Mal kepada Chia tadi.
Setelah seleksi pemeran Harry, tibalah seleksi pemeran Harley. Saat turun dari panggung, Louis dan Val berjalan beriringan. Louis melirik Val sebentar. Tampak dengan jelas wajah dingin Val yang entah kenapa membuat banyak siswi tergila-gila.
Val, yang tahu kalau dia dilirik oleh Louis, balas melirik, lalu mengalihkan pandangan dan pergi ke tempat duduknya. Noah Schnapp, si MC, memanggil nama-nama siswi yang mengikuti seleksi pemeran Harley ini. Beberapa siswi yang memilih peran Harley pun naik ke atas panggung. Ada 3 orang perempuan. Ketiganya adalah siswi-siswi populer di sekolah. Shelby, Lillian, dan.. Millie? MC audisi ini?
"Loh?" Shelby, kakak kelas populer yang dekat dengan Val, memandang Millie dengan bingung. Shelby pun memandang Mrs Mal. "Mrs? Dia kok bisa ikut?"
"Tentu dia bisa dong, Shelby. Semuanya berhak ikut audisi, termasuk host audisi ini juga," ujar Mrs Mal. Shelby tampak tak terima. Ia terus memandang Millie dengan sinis.
"Dia iri," kata Anna pelan. Chia menoleh. "Iri kenapa?" tanya Chia.
"Millie itu cantik dan berbakat. Aktingnya keren, dan dia famous juga. Coba deh lihat aktingnya nanti," jelas Anna, menyeringai.
Dahi Chia berkerut. "Loh? Kalau Millie famous, kenapa Shelby harus iri? Kan dia famous juga," kata Chia bingung.
"Ya kan Shelby orangnya gak mau kalah. Makanya dia marah kalau ada yang lebih terkenal dari dia. Apalagi, Millie terkenalnya karena bakat, sedangkan Shelby karena dia orang kaya dan cantik," jawab Anna. Chia pun mengangguk-angguk mengerti.
Sama seperti seleksi pemeran Harry tadi, semua calon pemerannya berbakat. Tetapi, sampai selesai seleksi, hanya Millie yang menurut Chia paling bagus aktingnya. Dua orang yang lain juga bagus, tetapi ada sedikit kekurangannya. Shelby, yang dalam kondisi badmood, tampil tanpa senyum. Dia pun diceramahi oleh Mrs Mal. Sedangkan Lillian, berakting bagus tetapi suaranya tak terlalu keras, sehingga ia mengulang adegannya lagi setelah dikomentari.
Akhirnya, audisi pun selesai. Mrs Mal memberitahukan tanggal pengumumannya, dan kami semua pun kembali ke kelas.
β β β
"Eh, eh, gimana nih audisi kalian tadi?" tanya Jules saat dia dan kelima sahabatnya berkumpul di kafetaria sepulang sekolah.
"Baikk," jawab Anna. Chia mengangguk menanggapi. "Kalau kalian gimana?" tanya Anna pada sahabat-sahabatnya.
"Baik juga," jawab Jules. "Gue sama Jayden terpilih jadi main dancer."
"Gue berhasil dipilih jadi pemain piano," ujar Shay.
"Kalau gue diterima jadi desainer." Lauren nyengir.
"Wah, hebat!! Selamat yaa!" ucap Chia dan Anna serempak. Mereka berenam tersenyum dan kembali mengobrol.
Sementara itu, di dekat gerbang sekolah, Louis dan William sedang duduk berdua. Mereka berbincang sambil menikmati minuman yang baru mereka beli tadi.
"Eh, Louis. Si Chia jadi Allegra ya?" kata William, memulai percakapan.
Louis terdiam sebentar, lalu menjawab, "Iya."
"Aduh. Berarti dia bisa kiss sama lo?" William terperangah.
Louis menggeleng. "Belum tentu lah, Will. Belum tentu gue sama Chia kepilih."
"Iya sih. Tapi menurut gue, Chia aktingnya bagus. Pasti dia kepilih."
"Hmm, iya." Louis mengangguk pelan.
"Akting lo juga bagus. Kalian bener-bener cocok dah. Ayo jadian."
Louis mendelik.
"Lo pasti kepilih, Louis. Gue yakin. Kalau lo gak kepilih, gue jungkir balik 10 kali di kantin." William berkata dengan yakin. Louis pun langsung tersedak setelah mendengar perkataan William. William menoleh dengan kaget. "Kenapa lo?"
"Nekat banget lo jungkir balik 10 kali hahaha." Louis tertawa terbahak. William menautkan alisnya.
"Ya kan gue udah yakin banget. Gimana sih lo," kata William.
"Belum tentu gue kepilih, Will. Lo gak lihat saingan gue siapa?" ujar Louis, berhenti tertawa.
"Siapa? Si Val? Alah, dia mah kecill." William mencibir.
"Eh, gila. Diem, Will. Entar orangnya denger."
"Kalau misalnya si Val terpilih, pasti dia bakal kiss sama Chia dong. Emang lo mau lihatnya? Entar lo malah patah hati 7 hari 7 malam," ucap William.
Louis diam. Benar juga sih kata William. Tapi kan--
"Makanya, Louis. Lo harus yakin," kata William, menepuk-nepuk bahu Louis. Louis hanya cengengesan tak tahu ingin mengatakan apa. Tiba-tiba, terdengar suara dari kejauhan.
"Serius Pak, sumpah. Saya lagi nyari sepupu saya Pak. Dia sekolah di sini."
"Bohong kamu. Pasti kamu mau berbuat jahat kan? Ngapain tadi kamu foto-foto sekolah ini? Coba keluarin benda tajam yang ada di dalam kantong kamu."
Louis dan William mendengarkan pembicaraan itu dengan jelas. Mereka pun penasaran dan mendatangi sumber suara. Mereka pergi ke pos satpam sekolah, dan melihat pak satpam sekolah yang sedang berdebat dengan seorang anak perempuan.
"Eh?" William terkejut saat melihat anak perempuan yang memakai hoodie hitam dan celana hitam tersebut. Dia juga memakai masker hitam yang telah dibuka. Dia adalah Patricia, anak perempuan yang bertemu dengan William saat itu.
"Lo sepupunya Chia kan?" tanya William. Patricia menatap William dengan tak berkedip, lalu mengangguk.
"Kalian kenal sama dia?" tanya Mr Troy, si pak satpam sekolah. "Si penculik ini?"
"Iya, kami kenal, Pak. Dia--eh?! Penculik?!"
"Iya, dia penculik. Tuh lihat. Semuanya hitam, dan dia pakai masker hitam juga. Tadi dia rekam sekolah ini. Pasti mau bikin bahaya," kata Mr Troy, menatap Patricia dengan galak.
"Astaga, Pak. Bapak udah nuduh saya yang gak bener. Saya beneran mau jemput sepupu saya, sumpah. Tadi saya fotoin sekolah ini buat kasih tau sepupu saya, kalau saya udah sampai di sini," terang Patricia, berusaha sabar. Dia tak mau marah-marah lagi. Nanti direkam dan malah viral lagi, pikirnya.
Mr Troy menggeleng, tak percaya. Ia menatap Louis dan William. "Kalian beneran kenal dia? Siapa dia?"
"Iya, Pak. Kami kenal dia. Dia sepupunya Alychia Valerie," jawab Louis dan William. Patricia menghela napas. Untung saja ada yang membelanya.
"Kalian yakin?" tanya Mr Troy, masih tak percaya. Louis dan William mengangguk.
"Yaudah kalau gitu. Silahkan masuk. Maaf saya tidak sopan tadi," ucap Mr Troy, membungkuk. Patricia nyengir dan mengangguk, "Makasih Pak."
Patricia pun masuk dengan Louis dan William. Saat Louis dan William ingin kembali ke tempat mereka tadi, Patricia berkata, "Tunggu!"
Louis dan William menoleh bersamaan. Patricia tersenyum kikuk. "Makasih udah bantu gue masuk tadi. Emm, kalau boleh tau, kafetaria ada dimana ya?"
Louis mengangkat alisnya. "Kafetaria? Ada di dekat taman sekolah."
Patricia diam. Dia berpikir keras. Dia tak tahu dimana taman sekolah ini.
"Yaelah, Louis. Dia kan belum pernah masuk ke sekolah ini. Ya mana dia tau taman sekolah ada di mana," kata William.
Louis menepuk dahinya. "Oh iya, lupa. Maaf."
"Gapapa." Patricia tersenyum kecil.
William memandang Patricia. "Lo mau diantar kami ke kafetaria?"
Patricia menoleh kepada William yang lebih tinggi darinya. "Emm, boleh."
"Oke. Yuk."
β β β
William dan Louis memandu Patricia menuju kafetaria. Mereka menyusuri koridor sekolah, lalu melewati lapangan olahraga sebelum tiba di taman. Saat berjalan di pinggir lapangan, mereka melihat sekelompok anak laki-laki yang sedang bermain basket. Ada geng yang pernah dibicarakan oleh Chia dkk, yaitu geng losers club. Mereka sedang bermain basket dengan serius dan sesekali bercanda.
Tiba-tiba, sebuah bola terlempar ke arah Patricia. Anak perempuan yang sedang fokus dengan lamunannya soal sekolah Chia itu, terkejut dan tak sempat menghindar. Bola itu akan mengenai wajahnya. Tetapi, beruntungnya, William yang menyadari soal bola itu, menahan bola tersebut dengan tangannya. Sehingga bola itu tak mengenai wajah Patricia.
"Eh, maaf! Gue gak sengaja!" Seorang anak laki-laki berambut putih lurus, menghampiri Patricia, William, dan Louis. Dia mengambil bola tersebut dari William.
"Hati-hati ya. Untung gak kena wajahnya," ucap William. Anak laki-laki yang bernama Jaeden tersebut mengangguk dan kembali ke lapangan. William menoleh kepada Patricia. "Lo gapapa?"
"Gue gapapa. Lo sendiri? Tangan lo sakit gak?" tanya Patricia.
"Enggak sakit kok. Eh, lain kali lo jangan melamun ya," ucap William. Patricia mengangguk seraya berkata, "Maaf.. and makasih udah bikin bola tadi gak kena gue." Dia tersenyum kikuk.
"Sama-sama," balas William. Dia menatap Patricia. "Nama lo siapa?"
"Patricia."
"Nama lo bagus. Salken, gue William. Panggil Will aja," ucap William, mengulurkan tangannya. Patricia tersenyum dan menjabat tangan William. "Salken juga, Will. Gue udah tau nama lo kok."
"Oh iya." William menyengir lebar. Louis memandang William dan Patricia dengan bingung. "Jadi, kapan kita ke kafetaria?"
"Eh, sekarang," jawab William. Dia berhenti berjabat tangan dengan Patricia. Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan ke kafetaria.
β β β
Beberapa hari kemudian.
Chia duduk dengan Jules di kafetaria sekolah. Lauren sedang ada urusan dengan Madam Gizelle, guru desainernya. Jayden sedang mengerjakan tugas kelompok sains nya di lab, sedangkan Shay dan Anna sedang membeli makanan. Alhasil, Chia dan Jules duduk berdua saja.
"Eh, Chia. Tau gak, hari ini hari apa?" tanya Jules.
"Hari Rabu?"
"Enggak. Hari ini kamu cantik banget."
"Aelah, bisa aja lo Jules." Chia tertawa. "Kayak si dia."
"Dia siapa?"
"Ya dia. Orang yang gue suka."
"Siapa? Val?"
"Enggak. Kamu lah."
"Ciaa, sa ae lo, Chicin."
"Chicin apaan?" tanya Chia bingung.
"Chia Bucin," jawab Jules.
"Ih, parah lo, Jul."
"Jul, Jul. Apaan dah." Jules tertawa. Begitupun Chia. Padahal tak ada yang lucu, tapi entah mengapa, setiap mereka bertatapan, mereka langsung tertawa. Emang tak jelas, tapi begitulah persahabatan mereka. Tak pernah saling menusuk, dan keduanya tulus. Begitupun dengan sahabat mereka yang lain.
"Lagi asik nih."
Chia dan Jules berhenti tertawa dan menoleh. Seorang anak laki-laki duduk di hadapan mereka.
"Lo siapa?" tanya Jules.
"Hayo, tebak."
Jules menautkan kedua alisnya, sedangkan Chia mengamati wajah anak laki-laki itu. "Lo Noah Schnapp ya?" tanya Chia.
"Seratus buat lo, Alychia," kata Noah, tersenyum. Jules pun menepuk dahinya, baru ingat siapa anak tersebut.
"Oalah. Lo cowo yang muncul di TV sekolah kan? Gue lupa, maaf," ujar Jules.
"Gapapa." Noah meneguk minumannya. Chia dan Jules memandangnya tanpa henti.
"Gue izin duduk di sini ya. Tempat lain udah pada penuh," kata Noah. "Gue belum sarapan, makanya lapar banget pengen makan. Boleh ya gue duduk di sini?"
"Ooh, boleh. Duduk aja, gapapa. Kami juga ga butuh banyak tempat kok," jawab Jules, tersenyum kecil. Noah membalas senyumnya dan menikmati makanannya di meja Chia dan Jules.
"Eh, Alychia." Noah menyebut nama Chia.
"Apa?" sahut Chia, mendongak. "Oh iya. Panggil gue Chia aja."
"Oke, Chia. Ituu.. tadi gue mau bilang apa ya.." Noah mengingat-ingat dengan keras.
"Bilang apa?"
"Aduhh.. lupa lagi. Itu lhoo emm- oh iya! Gue mau nanya, kenapa lo pengen jadi Allegra?" Noah akhirnya ingat apa yang ingin dikatakannya.
"Ooh itu. Gue pengen jadi Allegra karena..." Chia memikirkan apa alasannya. "Emm, gue pengen jadi Allegra cuman karena iseng doang sih sebenarnya. Jules yang ngusulin, yaudah deh gue coba aja."
"Iseng doang?" Noah terlihat kaget. "Oalah. Gue kira karena kiss scene Allegra sama Harry nya."
Chia menggeleng. Beberapa detik kemudian, dia pun terdiam kaget.
"K-kiss scene??" Chia menatap Noah dengan tak percaya.
"Iya. Kenapa?"
Chia menatap Noah dengan bingung. Dia tak menjawab perkataan Noah.
"Oh iya. Pengumuman hasil audisi nya udah ditempel di mading tuh. Coba lihat," ujar Noah. Chia pun langsung beranjak pergi dari meja, membuat Jules terheran-heran. Sedangkan Noah melanjutkan makannya dengan santai.
TAP! TAP! TAP!
Chia menyusuri koridor sekolah, bergegas ke mading yang sudah ramai. Dia menerobos kerumunan siswa di depan mading. Chia pun melihat hasil audisi itu, dengan kata-kata Noah yang terngiang-ngiang di kepalanya.
"Kiss scene?" batin Chia, gelisah. Dia membaca hasil audisi itu dengan teliti. Chia pun diam tak bergeming setelahnya.
DAFTAR PEMERAN TEATER 'HARLEY & HARRY'
1. Millie Bobby Brown as Harley
2. Louis Partridge as Harry
3. Alaska Daintree as Zoya
4. William Franklyn Miller as Zack
5. Alychia Valerie as Allegra
6. Ezra Clyde as Azriel
7. Ansendio Hale as Lucian
8. Luke Carter as Jasper
9. Isla Cameron as Elena
10. Anna Cathcart as Poppy
11. Dawn Gray & Raquel Gray as Mr. & Mrs. Q
12. Ronald Vieck as Brook Man
13. Pandora Skye as Madam Milburn
14. Dexter Edison as Madman
15. Sierra Pierce as Mrs Cindy
Chia bingung sekarang. Apa seharusnya ia senang karena mendapat peran, atau gelisah?
Β·
Β·
Β·
don't forget to vote and commentt!
kalau ada kesalahan, tolong dikoreksi di comment aja yaa thankss
bye bye!
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: Truyen247.Pro