20
β penampilan teater? β
- chia, louis, dkk.
β β β
Hari 'back to school' bagi Chia pun tiba. Pukul 05.30, Chia sudah terbangun dari tidurnya dan membereskan tempat tidur. Dia juga membangunkan Patricia yang masih tidur terlelap, tenggelam dalam alam mimpi. Patricia tidur lama tadi malam, karena hari ini dia tak akan sekolah. Tapi, mempunyai sepupu seperti Chia, membuatnya harus terbangun pagi-pagi sekali juga.
"Hhhoahmmm..." Patricia tak berhenti menguap saat Chia membawanya ke bawah untuk memasak sarapan.
"Cuci muka dulu makanya," ujar Chia. "Biar seger kaya gue."
"Sama aja, entar ngantuk lagi," kata Patricia, seraya berbaring di sofa ruang TV dan kembali tidur.
"Pat! Kok tidur lagi sih."
"Lo bangunin gue kecepetan sih. Gue masih ngantuk tau," ujar Patricia merengek. "Bangunin gue lima menit lagi."
"Ck." Chia menggeleng-geleng. Jarang sekali dia menjadi orang yang membangunkan Patricia. Biasanya, Patricia yang membangunkan Chia sampai menyiram seember air, ataupun memainkan gitar listrik yang memekakkan telinga.
DRRRT!
Chia yang baru saja memasukkan dua potong roti ke dalam toaster, mengeluarkan handphone nya dari saku lalu membuka notifikasi yang masuk.
Louis
chia
mau kapan?
"Kapan apanya?" gumam Chia. Dia pun membalas chat Louis.
Louis
eh kapan apa ya, louis?
lo lupa?
pr?
eh bntar..
oh iyaa
maaf gue lupa ππ»ππ»ππ»ππ»
terserah lo
hari ini?
abis pulang sekolah?
bisa?
bisa
ooh ok ok
di rumah gue ya
oke
Chia menghela napas, lalu kembali memasak sarapan.
β β β
Pukul 07.15.
Chia turun dari mobil yang dikendarai oleh sopir kepercayaan keluarganya, lalu masuk ke dalam kawasan sekolah. Patricia tinggal di rumah. Katanya, dia akan ikut menjemput Chia nanti sepulang Chia sekolah.
Chia berjalan di halaman sekolah yang sangat ramai. Beberapa murid mengobrol dengan temannya (seperti biasa), belajar, dan ada juga yang makan. Chia berjalan ke koridor sekolah dan mencari lokernya.
CKLEK.
Chia membuka pintu loker kesayangannya itu. Dia memasukkan buku-bukunya ke dalam loker. Kemudian, dia menutup lokernya dan menguncinya. Baru saja bergegas ke kelas, Chia melihat sebuah amplop berwarna putih di dekat sepatunya.
Chia menatap amplop itu dengan sedikit bingung. Dia membuka amplop itu, dengan setengah berharap kalau isinya uang.
Tidak, tidak mungkin. Jangan kebanyakan berharap.
Chia pun mendapati selembar surat di dalam amplop itu. Dia membaca surat itu dengan penasaran.
LOOK BEHIND YOU.
Chia terkejut dan menoleh ke belakang, lalu..
"CILUPBAA!"
"IHH! Astaga, gue kira siapa." Chia yang terkejut, mengelus dadanya. Jules, Lauren, Anna, Shay, dan Jayden tertawa puas setelah menjahili Chia dengan surat yang agak mengerikan itu. Chia merengut kesal karena tadi sempat ketakutan.
"Akhirnya lo balik juga, Chiaa." Kelima sahabatnya itu memeluk Chia dengan erat. Entah sudah ke berapa kalinya mereka begini saat Chia kembali ke sekolah. Ini tradisi mereka dari dulu. Memeluk sahabat yang baru kembali.
"Gimana, Chia, pengalaman lo di rumah nenek?" tanya Jules.
"Emm enak sih. Lumayan seru. Gak ngebosenin banget," ujar Chia.
Sahabat-sahabatnya saling berpandangan, lalu Lauren pun berbicara. "Lo ketemu sama Val dan Ryan ya, Chia?"
"Eh." Chia menoleh kepada Lauren. "Iya, bener. Tau dari mana?"
"Dari vc lo sama kami," jawab Lauren.
"Oh iyaa, maaf gue lupa." Chia menepuk dahinya dan nyengir. "Kenapa?"
Lauren berpandangan dengan empat sahabat Chia yang lain. Kemudian, Shay pun berbicara. "Lo beruntung, Chia."
Chia mengangkat kedua alisnya, lalu tersenyum dan mengangguk. "Iya. Beruntung banget. Gue sendiri heran sebenarnya. Gue bingung kok Val sama Ryan bisa di sa-"
"HALO SEMUANYA!"
Chia refleks menutup kedua telinganya. Begitupun sahabat-sahabatnya. Mereka berenam menoleh ke belakang bersamaan. Terlihat Noah Cameron Schnapp dalam layar televisi sekolah yang biasanya digunakan untuk pengumuman. Kalau mau mengumumkan sesuatu lewat televisi itu, harus izin kepada kepala sekolah dulu.
"PERHATIAN KEPADA SEMUANYA!!" ucap anak laki-laki yang bernama Noah tersebut dengan lumayan keras. Jules memejamkan matanya, terlalu lelah mendengar suara televisi yang memekakkan telinga, juga padatnya murid murid di koridor.
"Perkenalkan, nama saya Noah Cameron Schnapp. Panggil Noah aja. Panggil sayang juga boleh-"
"NOAHH!"
"Eh iya sorry. Oke, to the point aja deh. Lusa, pada jam pelajaran fisika kelas 10, akan diadakan audisi untuk pemilihan pemeran teater yang berjudul 'Harley and Harry' karangan teman saya, Sadie Sink yang cantik jelita seperti Cinderella-"
"Noah.."
"Eh iya maaf. Bercanda ya gaiss hehe, tapi Sadie beneran cantik kok. Nah, back to the topic. Buat kalian yang berminat untuk ikut serta dalam penampilan teater itu, silakan daftar di aula sekolah pada pukul dua siang nanti, sebelum pulang sekolah. Pendaftarannya dari jam dua siang nanti, sampai hari audisi. Daftar pemerannya akan diberitahu oleh temen saya yang gak kalah cantik juga, yaitu Millie!"
Dari layar, terlihat Noah yang berpindah dan muncullah seorang anak perempuan berambut cokelat. Millie Bobby Brown.
"Hai semua. Saya Millie Bobby Brown. Dan sebelum saya memberitahu apa saja perannya, saya ingin meminta maaf atas kelakuan teman saya, Noah-"
"Gue salah apa-"
"Ssst! Diem!"
"Oke. Maaf ya. Ada suara Noah dan Sadie di belakang hehe. Baiklah, langsung saja. Inilah daftar karakternya, beserta ciri-cirinya."
Layar pun berhenti menunjukkan Millie, dan menunjukkan sebuah tabel berisi nama-nama karakter 'Harley and Harry' itu. Sesuai sinopsis yang telah dibaca Chia, cerita Harley and Harry itu mengisahkan tentang sepasang saudara kembar yang sedang menjalani kamp musim panas mereka.
Suatu hari, mereka bertengkar dan membuat masalah, sehingga mereka harus tinggal di sebuah pondok yang jauh dari kawasan kamp. Di satu malam, Harry keluar dari pondok dan berjalan-jalan di sekitar. Harley yang terbangun dari tidurnya, langsung menyadari kalau Harry tak ada di kasur. Dia pun menyusul Harry. Dan saat mereka bertemu, mereka sudah terjebak di dalam sebuah desa aneh yang mustahil untuk keluar dari dalamnya.
"Wow." Jules menyeringai setelah memotret tabel karakter-karakter itu. Dia memandang Chia dan bertanya, "Lo gak mau ikut?"
"Enggak lah." Chia menggeleng. "Gak pandai akting."
"Gue mau," ujar Anna. "Mau jadi tokoh perempuan cerewet dari desa yang namanya Poppy."
"Gue pengen ikut, tapi mau jadi karakter yang nari-nari di desanya aja," ujar Jules, nyengir. "Jayden, lo mau gak? Entar kita bilang sama yang ngumumin tadi."
"Emm, gue mau. Ayo aja. Nari doang kan?" kata Jayden. Jules mengangguk.
"Gue gak ikut ya, hehe." Lauren cengengesan.
"Emm gue mau ikut. Jadi pemain musik teater nya aja. Gue bisa main piano. Pasti ada scene sedih dan romantisnya," ujar Shay dengan pelan.
"Oke deh kalau gitu. Nanti kita daftar ya sama tiga serangkai tadi," kata Jules, mengacungkan jempolnya. Jayden, Anna, dan Shay mengangguk.
Sementara itu, di sisi koridor yang lain, Louis dan William berbincang soal pengumuman audisi pemeran teater tadi.
"Lo mau ikut gak, Loui?" tanya William. "Menurut gue, lo cocok jadi Harry."
"Eh." Louis mendelik kepada William. "Emm, enggak mau."
"Kenapa?" tanya William. "Takut karena ada itu...?"
"Itu apaan?" tanya Louis.
"Itu lah. Lo ngerti pasti."
"Enggak, gue gak ngerti. Emang apaan?"
"Astaga! Kiss scene lhoo.." William menghela napas. Louis pun langsung terbelalak setelah mendengar jawaban William yang mengejutkan itu.
"Lo tau dari mana?" tanya Louis. "Kan alur ceritanya belum dikasih tau."
"Gue tau dari Johnny. Johnny tau dari Noah. Noah tau dari Sadie," jawab William, merincikan spoiler cerita itu. Louis melongo saat mendengarnya.
"Gue mau ikut ah. Jadi karakter cowok petunjuk ini," kata William, menunjuk salah satu karakter yang tertulis di tabel. "Karakternya gampang diperanin. Lo yakin gak mau ikut, Louis? Ini penampilan teater setahun sekali lho, Louis. Belum tentu tahun depan ada."
"Hmm, gimana ya. Ada karakter lain gak? Jangan Harry," tanya Louis.
"Ada sih. Ini, Brook Man. Karakternya gampang diperanin. Lo cukup dayung perahu di sungai aja," jawab William, menunjukkan salah satu karakter yang berkumis dan memakai topi cokelat. Louis langsung menggeleng.
"How about this?" tanya William, menunjuk salah satu karakter lagi. "Mr Q. Pasangan Mrs Q. Lo bisa berpasangan dengan satu murid cewek. Dan karakter ini gak ada kiss scene nya kok."
"What?! Seriously?? Gue jadi bapak-bapak? Enggak mau," kata Louis, menggeleng-gelengkan kepala.
"Jadi? Lo mau peranin siapa?" tanya William.
"Gak mau sebenarnya, tapi demi lo.." Louis berpikir keras. William menatap Louis dengan penuh harap.
"Gue mau jadi Harry aja deh."
"Yess!"
"Tapi tunggu dulu. Kiss scene nya sama siapa?" tanya Louis agak panik.
"Emm, sama ini.." William menunjuk salah satu karakter yang tertulis di tabel. "Allegra. Perempuan cuek dan ceroboh dari desa yang disukai oleh Harry."
"Scene itunya lama gak?"
"Lumayan lama. Kenapa? Lo mau lama-lama?"
"Enggak lah, ih." Louis bergidik. "Gue takut sebenarnya, dan terpaksa juga. Bisa gak scene itunya dihilangin? Coba bilang sama Johnny, biar Johnny bilang sama Noah, terus Noah bilang sama Sadie."
"Emm kayanya gak bisa deh, Louis. Maaf banget," jawab William. "Kata Noah, Sadie suka banget sama scene ini. Soalnya bikin baper banget. Latarnya juga keren. Di bukit dengan langit malam berbintang."
Louis terdiam. Pandangannya tertuju ke depan. Dia membeku setelah mendengar pernyataan William.
"Oke, nanti kita daftar ke aula yaa," kata William. Louis pun dengan pasrah, mengangguk.
β β β
"Lo yakin gak mau ikut, Chia?" tanya Jules saat mereka berenam ke kantin.
Chia mengangguk. "Yakin."
"Sumpah, ya, Chia. Ada satu karakter yang cocok lo peranin," kata Jules dengan mata berbinar. "Ini."
Chia menghela napas. Jules tak menyerah sama sekali untuk mengajaknya. Benar-benar sangat niat. Chia curiga Jules sudah mengetahui soal pemilihan pemeran teater ini dari beberapa hari yang lalu.
Chia memandang satu karakter yang ditunjuk oleh Jules.
"Ini?" tanya Chia. "Anak perempuan yang cuek dan ceroboh dari desa?"
"Iya. Allegra. Lo cocok peraninnya."
Chia mendelik. "Cocok?"
"Iya. Lo kan ce-"
Chia mengangkat kedua alisnya kepada Jules, meminta Jules melanjutkan perkataannya yang terpotong. Jules nyengir setelah mendapat tatapan Chia, dan mengubah perkataannya.
"Cecan maksudnya," kata Jules. Chia menggeleng-geleng. Dia tahu apa yang ingin dikatakan Jules. Sahabatnya itu sudah tahu sekali apa salah satu sifat Chia : ceroboh.
"Jadi, lo mau peranin dia gak?" tanya Jules.
"Hmm, enggak deh," jawab Chia.
"Yakin? Ini penampilan teater setahun sekali lho, dan belum tentu tahun depan diadakan lagi. Lo mau buang kesempatan dengan sia-sia?" kata Jules. "Lo bisa jadi famous lho, Chia."
"Gue kan udah famous..," kata Chia dengan muka lugu nya.
"Famous gara-gara suka ngejar Val kan." Jules menggeleng-geleng. Chia mengangguk seraya cengengesan.
"Oke, gini aja deh. Siapa yang setuju kalau Chia bakal peranin Allegra?" Jules bertanya pada Lauren, Anna, Shay, dan Jayden.
Tanpa Chia sangka, Lauren, Anna, Shay, dan Jayden mengangkat tangan. Chia meringis. Dia sangat bingung sekarang.
"Setuju semua? Oh my God." Jules tersenyum. Dia memandang Chia. "So..?"
"Yaudah iya. Gue mau," ucap Chia dengan pasrah. Dia tak mau mengecewakan sahabatnya. Mereka semua ikut. Lauren? Dia ikut menjadi designer juga ternyata. Yang menata kostum para pemeran.
"YES!"
Β·
Β·
Β·
hii, don't forget to vote and comment!
maaf kalau ada kesalahan. koreksi aja yaa, dengan tulis di comment. tysm!!
stay safe, and have a nice day! sys <33
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: Truyen247.Pro