ChΓ o cΓ‘c bαΊ‘n! VΓ¬ nhiều lΓ½ do tα»« nay Truyen2U chΓ­nh thα»©c Δ‘α»•i tΓͺn lΓ  Truyen247.Pro. Mong cΓ‘c bαΊ‘n tiαΊΏp tα»₯c ủng hα»™ truy cαΊ­p tΓͺn miền mα»›i nΓ y nhΓ©! MΓ£i yΓͺu... β™₯

17

❝ val? ryan? sama chia?? ❞
- jules dkk.

━ ━ ━

TAP! TAP! TAP!

Chia menuruni tangga istana. Tamu-tamu pesta sudah berdansa. Sementara Chia masih menunggu pasangannya.

"Putri Chia."

Chia menolehkan kepalanya dan melihat seorang pangeran yang menghampirinya.

Val!

Chia tertegun. Sedangkan Val tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Maukah kau berdansa denganku?"

Wajah Chia memerah. Dia tak menyangka kalau pasangan dansanya adalah Val.

"Ya, tentu," jawab Chia, menerima uluran tangan Val dengan senyum manis.

TIK! TIK! TIK!

"Ah." Chia mendongakkan kepala. Dia terkejut saat melihat rintik-rintik hujan turun lewat langit-langit istana.

"Bagaimana bisa ada hujan di sini??" Chia heran. Dia menoleh kepada Val.

"Eh? Val!"

Sekeliling Chia kosong. Val menghilang, begitupun tamu-tamu istana yang lain.

"Ada apa ini?! Halo! Kemana kalian sem-"

BYUR!

"AAA!!"

"Chia! Bangun juga lo akhirnya!"

Chia membuka matanya. Kasurnya basah, begitupun pakaiannya.

Eh? Sebentar.

"D-dimana gue sekarang?" gumam Chia, berusaha mengingat-ingat.

"Di rumah nenek."

Chia mendongak. Terlihat Patricia, sepupu perempuannya, yang memegang ember kosong.

"Patty?!" Chia membelalak.

"Heh! Enak aja lo manggil gue gitu. Kan udah gue bilang, jangan panggil gue Patty." Patricia melotot sewot. Chia tertawa melihatnya.

"Aduh, Patty. Lo masih cerewet aja," ledek Chia, mencubit pipi Patricia yang lumayan chubby.

"Ih! Lo baru bangun aja udah bikin orang kesel ya. Cepetan sarapan! Mama lo udah nunggu tuh," omel Patricia, mengetuk-ngetuk embernya.

"Iya iyaa. Lain kali jangan siram gue kayak gitu ya. Basah tau kasurnya," kata Chia. "Baju gue juga."

"Ya makanya lo jangan tidur mulu. Jadi gak sadar kan lo dimana," kata Patricia, berjalan keluar kamar.

"Eh iy-Patricia!" Chia memanggil Patricia, tepat sebelum sepupunya itu keluar dari kamar.

"Hah? Apa?"

"Gue kok bisa tiba-tiba di sini?" tanya Chia yang sedari tadi bertanya-tanya soal itu di dalam benaknya.

"Tuh kan." Patricia menggeleng-geleng. Dia berjalan ke dekat Chia. "Lo diantar sama pacar lo."

Chia langsung membulatkan matanya. "Hah?! Pacar?! Maksud lo?"

"Iya, pacar lo yang ganteng itu."

"Gue gak punya pacar..," ujar Chia, menggeleng-geleng. "Siapa si-eh.."

Chia pun ingat semuanya setelah itu. Dia berangkat dengan Louis dan William semalam. Lalu mereka bertiga terjebak macet, dan Chia pun tertidur. Setelah itu, Chia tak tahu lagi.

"Dua cowo cakep yang ngantar lo ke sini tadi malam lho. Masa lo lupa?" Patricia mengernyitkan dahi.

"Gue udah inget kok. Mereka temen gue," ujar Chia.

"Ooh, temen ternyata.." Patricia mengangguk-angguk. "Gue kira-"

"Apaan? Kira apa??" Chia langsung melotot. Dia tahu maksud Patricia.

Patricia menyengir dan tertawa. "Serius amat lo."

"Lo juga," balas Chia. "Oh iya, Pat. Mereka ngantar gue ke sini ya?"

"Ya iyalah. Kalian sampai jam setengah sebelas kalau gak salah. Gue sama papa lo yang bangun. Papa lo ucapin terima kasih sama mereka berdua, terus bawa lo ke kamar ini. Dan mereka pulang deh."

"Ooh." Chia mengangguk-angguk. "Makasih udah ngasih tau."

"Sama-sama. Eh, Chia. Nama mereka siapa sih?" tanya Patricia penasaran.

"Louis sama William," jawab Chia. "Kenapa?"

"Mereka cakep bangett," kata Patricia dengan mata berbinar. "Ya kan? Pasti banyak yang suka sama mereka. Lo juga pasti."

"Dih sok tau," kata Chia. "Emang banyak yang suka sama mereka. Salah satunya lo."

Patricia mengangguk.

"Oh iya. Pacar lo yang waktu itu gimana, Pat?" tanya Chia kepo.

"Pacar yang mana?" Patricia menautkan kedua alisnya dengan bingung.

"Pacar vir-"

"Hei! Ssstt!" Patricia menutup mulut Chia dengan sigap. Chia tertawa terbahak.

"Itu kan udah lama!"

"Ya kan sama aja. Gimana kabar dia?"

"Lah mana gue tau. Lo tanya aja sendiri."

"Aduh, Patty, Patty..."

"Heh! Jangan panggil gue pakai nama itu lagi!"

"Sip, Patty."

"Chia!"

━ ━ ━

Chia mengayuh sepedanya. Chia dan Patricia diajak oleh Tante Wendy, mama Patricia, bersepeda keliling kawasan rumah nenek yang asri.

Di sini tenang. Jalanannya juga bersih. Hampir setiap rumah memiliki kebun. Rumah-rumahnya juga tak berdempetan seperti di komplek biasanya.

Pohon-pohon rindang tumbuh di pinggir jalan, membuat udaranya semakin sejuk.

"Kalian harus beraktivitas setiap hari. Entah bersepeda, atau berolahraga. Pokoknya, jangan main handphone terus. Tuh Patricia udah dapat ancaman, handphone-nya bakal disita kalau main handphone terus." Tante Wendy tak berhenti mengoceh, membicarakan tentang hidup sehat.

Chia menoleh kepada Patricia yang tampak bersungut-sungut karena ancaman dari mamanya.

"Rasakan udaranya. Hmm.. sejuk sekali." Tante Wendy memejamkan matanya. Sampai tak fokus pada jalan.

"Mum! Awas ketabrak semak-semak!"

"Astaga! Iya iya! Mum kelepasan, hehe."

Mereka berhenti tak lama kemudian. Tante Wendy katanya ingin membeli minum. Chia dan Patricia disuruh tunggu sebentar, atau berkeliling dulu berdua.

"Lo mau gimana, Chi?" tanya Patricia, meminta pendapat Chia.

"Emm, terserah," jawab Chia. Patricia tersenyum masam dan berpikir.

"Keliling berdua aja yuk," kata Patricia. Chia mengangguk, "Oke."

Patricia pun meminta izin pada Tante Wendy. Kemudian, Chia dan Patricia pergi bersepeda berdua. Sedangkan Tante Wendy mengobrol dengan pemilik minimarket.

Biasalah. Kalau kata Patricia, mamanya tak bisa diam. Sangat terbuka dan selalu senyum. Dia sangat menyayangi Patricia, dan suka mendengar anak perempuannya curhat.

"Keliling kemana nih?" tanya Chia.

"Sekitar sini aja. Gak usah jauh-jauh," jawab Patricia. "Oh iya, Chia. Lo masih inget sama sepupu cowo kita yang waktu itu gak?"

"Masih lah. Gak pernah gue lupain," jawab Chia.

"Hahaha, oh iya. Lo kan suka sama dia," kata Patricia. "Bener kan kata gue. Dia cakep."

Chia mengangguk. "Tapi dia gak pernah datang lagi ya.."

"Iya," tanggap Patricia, menghela napas berat.

Mereka sibuk mengobrol dan tertawa. Tak fokus bersepeda. Sampai akhirnya...

"CHIA!"

CIIT!

BRAK!!

━ ━ ━

"Sorry."

Chia menatap orang yang hampir ditabraknya dengan sayu. Lututnya berdarah. Tangannya luka, dan lainnya. Kacau sekali pokoknya.

Dia hampir menabrak orang yang sedang menyeberang saat dia dan Patricia mengobrol tadi. Karena tak mau menabrak orang tersebut, Chia pun menghindar, mengayuh ke arah yang lain, dan... terjatuh.

"Maaf, gue tadi gak lihat-lihat pas mau nyeberang."

Chia menggeleng. "Gapapa. Gue yang salah karena gak fokus ngayuh."

Chia benar-benar sangat kaget saat pertama melihat orang yang hampir di tabraknya tadi. Orang itu sangat familiar baginya.

"Val?!" Chia membelalak saat memandang orang tersebut. Dia merintih pelan setelahnya karena luka-lukanya.

"Eh.." Val terkejut. "Chia..??"

"Iya, ini Chia. Apa kabar, Val?"

"Lo udah luka begini, masih sempat-sempatnya nanyain gue." Val menggeleng-gelengkan kepala. "Sini gue obatin."

"Hah? Gak usah, hehe." ujar Chia, beranjak bangkit. Tetapi, baru saja berdiri, dia sudah merintih lagi. Lukanya benar-benar perih.

Perasaan Chia sekarang campur aduk. Kesakitan, malu, senang karena bertemu dengan Val, semuanya bercampur aduk. Membuatnya salah tingkah.

"Sini gue obatin." Val mengulang kata-katanya lagi. Chia diam dan berusaha tak memandang Val karena salah tingkah.

"Nih, Val." Seorang laki-laki datang menghampiri Val dan memberikan sekotak P3K. Chia mengenalnya, tentu saja. Dia Ryan.

"Kak Ryan?" Chia memandang Ryan dengan kaget.

"Ryan aja." Ryan tersenyum kecil.

"Eh iya, Ryan." Chia nyengir. Ia memandang Val dan Ryan dengan penasaran, "Kalian kok bisa di sini?"

"Lo sendiri kenapa di sini?" tanya Val balik. Dia mulai mengobati luka Chia dengan iodin povidon.

"Chia ke sini buat bantu orangtua Chia ngurus nenek-ah, pedih.." Chia merintih di akhir bicaranya. Iodin povidon itu membuat lukanya semakin perih, tapi lama-lama tidak akan perih lagi dan lukanya akan cepat sembuh.

"Ngurus nenek?" tanya Val, tanpa memandang Chia.

"Iya. Nenek Chia lagi sakit. Nah, kalau Val sendiri kenapa di sini?" tanya Chia.

Sekarang Val mendongak menatap Chia. Tangannya berhenti mengobati luka Chia.

"Gue.. liburan."

"Liburan?" Chia kaget. "Bukannya masih hari sekolah ya?"

"Gapapa," jawab Val singkat. "Ada urusan."

"Ooh," Chia mengangguk.

"Sakit, Chi?" tanya Patricia yang sedari tadi berdiri diam, memperhatikan Chia dan Val.

"Sakit lah. Oh iya, jangan panggil gue kayak gitu dong," kata Chia, sedikit cemberut.

"Iya iya deh. Jangan panggil gue Patty juga ya," balas Patricia.

"Oke."

"Kalian sepupuan?" tanya Ryan pada Chia dan Patricia. Kedua perempuan itu mengangguk.

Kemudian, Ryan memandang Val. Val memandangnya sambil mengernyitkan dahi. "Kenapa lo natap gue kayak gitu? Ngeri tau."

"Emm, gapapa," jawab Ryan, berdeham setelahnya, lalu tersenyum kecil. Val menatapnya sekilas, lalu kembali mengobati luka Chia.

━ ━ ━

"Huh, capek. Baru pelajaran pertama padahal."

"Iya. Gue udah ngantuk."

Louis dan William beranjak dari kursi mereka. Waktunya istirahat pertama. Mereka berdua pergi ke kantin sekolah.

"Gue juga ngantuk," ujar William. "Gara-gara tadi malam."

"He'em." Louis mengangguk.

"Kalau gak macet, pasti kita bakal pulang lebih cepat kan," kata William.

"Iya." Louis kembali mengangguk. "Kira-kira Chia lagi ngapain ya?"

William melirik Louis, lalu tersenyum kecil.

"Hei, William!"

William menoleh dan mendapati Jules yang baru saja memanggilnya dari deretan kursi pinggir lapangan.

"Hei, Jules." William dan Louis menghampiri Jules, Lauren, Anna, Shay, dan Jayden. "Kenapa?" tanya William pada Jules.

"Kalian semalam ngantar Chia ya?" tanya Jules.

"Iya," jawab William, mengangguk.

"Sampai jam berapa?" tanya Lauren.

"Jam setengah sebelas kayanya," ujar William, mengingat-ingat.

"Astaga, lama bener." Lauren dan Shay terperangah.

"Gue kangen Chia," ujar Jayden, menopang dagunya dengan satu tangannya, dan menatap lurus ke depan dengan murung.

"Gue juga. Padahal belum sampai sehari. Tapi serasa sepi banget kalau gak ada Chia," kata Jules.

"Vidcall dia yuk," ajak Anna.

"Yuk," jawab teman-temannya. Louis dan William melihat mereka.

Anna menelepon Chia, mengajak Chia melakukan panggilan video. Tak lama kemudian, panggilan itu terangkat.

"Diangkat!"

"Mana?"

Terlihat Chia di layar handphone Anna. Dia sedang memandang handphone nya. Rambutnya sedikit berantakan.

"Haii," sapa Chia, melambaikan tangannya dengan senyum manis.

Louis, yang sedari tadi memperhatikan anak-anak perempuan itu menelepon Chia, mengulum senyumnya. Melihat Chia tersenyum saja sudah membuat jantungnya berdegup kencang.

"Chiaaa!! Apa kabar??" Jules langsung menanyakan Chia.

"Baik. Kalau kalian gimana?" Chia balas bertanya.

"Baikk. Eh tau gak Chia?? Kami kangen banget sama lo!" Giliran Lauren yang berbicara.

"Bener! Sepi banget tau kalau gak ada lo," tambah Shay.

"Ahaha, masa sih. Gue gak percaya," kata Chia, tertawa di seberang telepon.

"Aduh, masih gak percaya." Lauren menepuk dahinya.

"Cepet balik ya, Chia. Jayden udah galau sendiri tuh," kata Anna.

"Anna!" Jayden mendelik kepada Anna yang tertawa kecil.

"Hahaha, mana Jayden?" tanya Chia, kembali tertawa.

"Tuh." Anna mengarahkan handphone nya kepada Jayden.

"Jayden! Hai!" sapa Chia.

Jayden tersenyum. "Hai Chiaa!"

"Oh iya. Chia-"

"Chia! Patty! Ini minumannya!"

"Makasih, Ryan."

"Makasih, Ryan. Jangan panggil gue Patty dong."

"Hehe, maaf. Sama-sama, by the way. Val! Sini!"

Refleks, Jules, Lauren, Anna, Shay, dan Jayden mematung. Begitupun Louis dan William.

Ryan??

Val?!

Di layar handphone Anna, terlihat Chia yang sedang menyeruput minumannya.

"Oh iya, tadi Chia mau ngomong apa ya.. Chia lupa." Chia nyengir. "Kalian kenapa diem semua?"

"Gapapa, Chia. Tadi-"

Baru saja Jules berbicara, bel sekolah sudah berbunyi. Menunjukkan waktu istirahat yang habis.

"Yah, gak jadi makan dong kita," keluh William. Louis mengangguk.

"Aduh, maaf, Chia! Istirahatnya udah habis, kami harus masuk kelas. Nanti kita lanjut ya!" ucap Anna.

"Eh? Oke. Dadah!"

Panggilan itu pun ditutup. Jules, Lauren, Anna, Shay, Jayden, Louis, dan William bergegas ke kelas, meninggalkan kantin dengan banyak pertanyaan tentang Chia di benak mereka.

Val? Ryan? Sama Chia??

Β·
Β·
Β·

ahh sorry for slow update :((

don't forget to vote and comment!

maaf kalau ada kesalahan. tolong di comment aja yaa, ty πŸ™πŸ»

bye! sys <3

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: Truyen247.Pro