ChΓ o cΓ‘c bαΊ‘n! VΓ¬ nhiều lΓ½ do tα»« nay Truyen2U chΓ­nh thα»©c Δ‘α»•i tΓͺn lΓ  Truyen247.Pro. Mong cΓ‘c bαΊ‘n tiαΊΏp tα»₯c ủng hα»™ truy cαΊ­p tΓͺn miền mα»›i nΓ y nhΓ©! MΓ£i yΓͺu... β™₯

15

❝ i wish, i know who is El. ❞
- chia

Β° Β° Β°

Mentari bersinar cerah. Cahayanya masuk ke dalam kamar Chia melalui jendela yang dibuka oleh Mum.

"Chia! Bangun! Udah jam setengah sembilan lho! Untung kamu gak sekolah hari ini," kata Mum, seraya membuka gorden jendela Chia dengan cepat.

Chia yang baru setengah sadar, langsung terkejut dan merasa silau. "Mum! Silau banget!"

"Lihat tuh. Matahari nya udah terang banget. Sekarang, kamu mandi ya," kata Mum. "Enggak boleh bangun lama-lama. Pasti kamu nonton film kan tadi malam?"

"Enggak kok, Mum. Tadi malam aku cuman nonton anime."

"Sama aja, Chia."

Chia cengengesan dan beranjak dari kasurnya, meraih handuknya yang tergantung di dekat kamar mandi, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Mum keluar dari kamar Chia dan turun ke dapur.

"Jangan ketiduran di dalam kamar mandi ya!" pesan Mum sebelum keluar.

"Iya, Mum!" sahut Chia yang baru saja menguap.

Chia menghela napas sebelum mulai mandi.

Hhh, lazy to start the day...








Tapi, Chia baru teringat sesuatu. Dia memandang dirinya di cermin. Senyum pun langsung muncul di wajahnya.

"It's my birthday!"

Β° Β° Β°

"Pagi, Mum! Dad!" Chia menuruni tangga dan masuk ke ruang makan, untuk sarapan dengan kedua orangtuanya. Tetapi, Mum dan Dad sama sekali tak terlihat di ruang makan.

"Mum? Dad?" Chia mengernyit bingung. Ada sepiring roti selai di meja makan. Mungkin untuknya.

Chia pun duduk di meja makan sendirian dan mulai melahap sarapannya. Tiba-tiba...

"Happy birthday, Chia!" Mum dan Dad muncul ke ruang makan, dengan membawa kue. Mereka bernyanyi dengan senyum ceria di wajah. Chia menoleh dengan kaget, lalu meringis.

"Mum, Dad, ihh, bikin kaget aja. Chia kira tadi kalian kemana," ucap Chia yang nyaris tersedak rotinya sendiri.

Mum tertawa mendengar perkataan Chia. "Kami gak mungkin kemana-mana, Chia. Lagian, ini kan masih pagi. Oh, iya. Selamat ulang tahun ya, Chia. Mum sama Dad kasih kejutan buat kamu pagi ini aja. Kamu tau kan kalau nanti..."

"Iya, Mum. Chia ngerti kok." Chia tersenyum lebar. "Makasih ya, Mum, Dad." Mata Chia berkaca-kaca.

"Selamat ulang tahun ya, Chia. Kami doain, Chia jadi anak yang baik, pintar, sopan, rajin, dan cantik. Maaf, kami gak bisa rayain ulang tahun Chia kayak dulu lagi. Lain kali ya," ujar Dad, tersenyum pada Chia.

"Aduh, Dad. Gapapa kok. Chia juga gak mau dirayain lagi sebenarnya." Chia tertawa.

"Yaudah, sekarang, kamu tiup lilinnya ya," kata Mum, meletakkan kue tersebut di meja. Chia mengangguk.

"Make a wish!" ucap Mum dan Dad sebelum Chia meniup lilin itu.

Chia tersenyum dan memejamkan matanya. Dia mengucapkan impiannya dalam hati.

I wish, I know who is El.

Chia pun meniup lilin tersebut.

Mum dan Dad bertepuk tangan. Chia memeluk mereka berdua dengan erat.

"Makasih ya, Mum, Dad. Chia gak nyangka dikasih kejutan pagi-pagi gini," ujar Chia, menahan air matanya. Ah, dia tak boleh cengeng lagi. Dia sudah berumur 16 tahun sekarang.

"Gak mungkin kami enggak ngasih Chia kejutan," kata Mum, tersenyum tulus. "Iya kan, Dad?"

"Iya." Dad mengangguk. Chia tertawa bahagia. Keluarga kecil tersebut pun memulai sarapan mereka sambil berbincang-bincang dengan seru.

Β° Β° Β°

Mum dan Dad berangkat pada jam 11. Mereka memberi banyak pesan pada Chia sebelum berangkat.

"Chia, karena kamu sendirian di rumah, ingat ya. Jangan buka pintu untuk orang yang gak dikenal. Kalau kamu butuh bantuan, minta tolong sama keluarga Will aja. Jaga rumah, dan jaga diri kamu juga. Kamu jadi ke rumah nenek kan, besok?" kata Mum panjang kali lebar kali tinggi.

"Jadi, Mum."

"Oke. Besok, kamu berangkat naik kereta api aja biar cepat. Hati-hati ya. Jaga diri kamu lagi. Kabarin Mum terus ya," pesan Mum lagi. Chia mengangguk menurut.

Sama seperti Mum, Dad juga memberi banyak pesan. Rata-rata sama dengan Mum.

Setelah itu, mereka berdua pun berangkat dengan mobil, meninggalkan Chia yang sendirian di rumah.

Chia menghela napasnya dan masuk ke dalam rumah.

Setidaknya, hari ini ada satu kejutan.

Β° Β° Β°

Setengah hari itu, Chia menghabiskan waktu dengan menonton series. Dia sudah membereskan rumah, dan mengerjakan tugas. Entah apa lagi yang harus dilakukannya selain menonton series.

Sendirian di rumah itu merupakan surga dunia, bagi Chia. Yaa, walaupun kadang dia ingin keluar juga-dengan teman.

Sekarang sudah jam lima sore. Chia sudah mandi setelah tidur sejam tadi. Seriesnya masih berjalan saat dia ketiduran tadi, sampai akhirnya baterai laptop nya pun habis.

"Huh, ngapain lagi gue." Chia duduk di sofa ruang keluarga dan menyalakan televisinya.

TOK! TOK! TOK!

Chia menoleh dengan bingung. Dia beranjak dari sofanya dan pergi ke pintu rumah.

Sebelum membuka pintu, Chia mengintip keluar lewat jendela. Dia tak tahu siapa yang ada di luar itu. Entah mungkin seorang pembunuh yang membawa kapak..?

Chia bergidik sebentar. Dia mengintip lewat celah jendela dengan gemetar.

"Hah?"

Chia mengernyit bingung saat melihat tak ada seseorang pun di luar. Dengan perlahan, Chia membuka pintu rumah. Dia melihat sekeliling. Benar-benar tidak ada orang.

Tapi ada sebuah kotak yang diletakkan di atas keset kaki. Pertanyaan pun memenuhi benak Chia.

Siapa yang mengantarnya?

Chia meraih kotak itu dan membawanya masuk ke dalam rumah, setelah menutup pintu.

"Punya siapa ya ini? Coba gue cek dulu," gumam Chia, seraya duduk di sofa dan mengamati kotak itu.

Kotak itu dihiasi dengan kertas kado berwarna biru dan pink. Chia yakin, kalau ini merupakan kado.

Sikap percaya dirinya pun muncul. Chia tersenyum. Dia merasa kalau kado ini untuknya.

Dia pun membuka kotak tersebut, dan melihat isinya.

"What-"

Betapa kagetnya Chia ketika melihat sebuah buku di dalam kotak itu. Buku novel terbaru yang diimpikannya.

"ASTAGA! SIAPA NIH YANG NGASIH??" seru Chia kaget bukan main. Dia mengambil buku itu dan mengamatinya dengan mata berbinar. "B-beneran gue megang nih buku..?! Astaga! Ada tanda tangan penulisnya lagi-KYAAA!!"

Chia kembali melihat isi kotak itu. Ada garlic bread kesukaannya juga biskuit kesukaannya. Orang yang mengirim ini benar-benar tahu apa kesukaan Chia.

"Siapa sih yang ngasih... baik banget," gumam Chia, meringis senang.

Chia mengeluarkan hadiah lainnya. Dan terakhir, dia mengambil beberapa surat yang berada di paling bawah isi kotak.

Chia membaca surat itu, berharap ada jawaban atas siapa yang mengirim ini.

Dear Chia,

HAPPY BIRTHDAY! YOU ARE SIXTEEN NOW! I HOPE YOU ALWAYS BE THE BEST!

El
( somewhere you don't know )

Chia terbelalak. Ternyata El yang mengirim ini semua. Baru saja dia tadi berdoa semoga dia tahu wujud El bagaimana, dan El sekarang sudah memberinya kado.

"El.." Mata Chia berkaca-kaca. Mode cengengnya pun kembali muncul. "Thank you. Gue harap, gue bisa ngucapin terima kasih nya langsung ke lo. Tapi... mana bisa."

Chia memeluk kado itu dengan hati berbunga. Dia merasa kalau... El lebih membuatnya bahagia daripada Val.

"Eh.. Val?!" Chia terbelalak. "Val lagi ngapain ya?"

BRAK!

Chia refleks menoleh ke sumber suara. Ada yang mendobrak pintu belakang.

Chia kembali terbelalak. Dia bergidik sejenak.

"Siapa sih, ganggu aja," batinnya kesal, dan takut. Chia pun beranjak ke belakang rumah dengan hati-hati. Dia membawa tongkat pemukul kasti-berjaga-jaga siapa tahu ada maling yang masuk ke rumahnya.

"HEI! SIAPA DI SANA?!" teriak Chia, waspada. Bayangan film series psikopat yang ditontonnya menghantui benaknya.

Saat Chia tiba di dekat pintu belakang yang terbuka, Chia melihat sekeliling. Tak ada tanda-tanda orang yang masuk ke rumah.

Chia berpikir keras. Siapa yang mendobrak pintu? Dan, untuk apa dia mendobrak pintu padahal dia tidak ingin masuk?

Dengan berjalan perlahan, Chia keluar dari rumah. Dia berjalan ke halaman belakang yang...

"Hah?!" Chia terbelalak saat melihat beberapa meja tertata di halaman belakang. Ada banyak makanan yang diletakkan di atas meja tersebut.

Chia menutup mulutnya. Dia merasa sangat bingung hari ini.

"Apaan ini? Surprise-eh?!"

Dan tiba-tiba...

"HAPPY BIRTHDAY, CHIA!!"

Chia memekik kaget dan membalikkan badannya, seraya mengacungkan pemukul kastinya. Terlihat Jules, Lauren, Anna, Shay, Jayden, William, Louis, dan Johnny. Mereka yang mengucapkan "happy birthday, Chia!" tadi. Jules yang memegang kue.

"Eh, jangan! Kami gak ngebahayain lo kok, Chia." Lauren tertawa. Chia menurunkan pemukul kastinya dan menunduk, sementara sahabat-sahabatnya menyanyikan lagu selamat ulang tahun sambil mendekati Chia.

"Happy birthday to you... happy birthday to you..."

Air mata Chia jatuh. Dia benar-benar terharu. Dia kira, dia hanya mendapat kejutan dari keluarganya.

"Chia? Kenapa nangis?" Shay memegang bahu Chia.

"Kalian..." Chia mendongak. "MAKASIH BANYAK YAA!"

Chia memeluk mereka semua. Termasuk Jules yang langsung panik, takut kue yang dipegangnya jatuh.

"Sama-sama, Chia! Lo pasti ngira kita gak ngasih lo kejutan kan?" kata Anna. "Salah besar!!"

Chia tertawa. "Tapi gue udah curiga sama kalian pas lihat meja-meja ini tadi. Oh iya, siapa yang ngedobrak pintu?"

"Ck." Anna mendecak sambil menyeringai. "Si William."

Chia menoleh, mencari-cari sosok William. William pun melambaikan tangannya dengan raut wajah usil. Chia menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia bersyukur pintu rumahnya tak rusak.

"Happy birthday, Chia!" ucap William dan Johnny dari jauh. Louis hanya mengangguk dan tersenyum.

"Thank you!" balas Chia, tersenyum. William, Johnny, dan Louis pun menghampirinya.

"Happy birthday, Chia! Wish you all the best. We love you so so much! And remember, be yourself!" ucap Johnny, tersenyum manis. Membuat pipi Chia memerah.

"Thank you, Johnny," ucap Chia, tersenyum lebar.

"Nah, Chiaa! Ayo tiup lilinnyaa!" kata Jules, bersemangat. Chia mengangguk. Teman-temannya mengerubunginya.

"Oke, make a wish!" ucap Jayden. Chia memejamkan matanya, dan kembali mengucapkan impiannya dalam hati.

"Semoga... aku selalu bersama mereka."

Chia pun meniup lilin itu. Teman-temannya bertepuk tangan.

"Sekarang, potong kuenya!"

Β° Β° Β°

Acara pun berlangsung sampai malam tiba. Teman-teman Chia meramaikan acara kecil itu. Johnny bernyanyi, Anna, Jules, dan Jayden menari, Shay memainkan piano, dan lain-lainnya.

"Chia."

Chia menoleh. Louis menghampirinya.

"Happy birthday ya." Louis tersenyum kecil.

"Makasih, Louis." Chia membalas senyuman Louis. Louis pun pergi dan menghampiri William.

"Chia!" Sekarang Jules yang menghampiri Chia.

"Hai, Jules. Oh iya, lo tau gak?"

"Tau apa?"

"El. Ngasih kado buat gue."

"El? Temen cowo lo yang lo gak tau wujudnya?" tanya Jules, mengernyit. Chia mengangguk sebagai jawaban.

"Iya! Dia ngasih gue kado!"

"Hah?! Beneran??"

"Iya! Novel yang gue pengen, sama snack-snack kesukaan gue!"

"Kok dia tau?"

"Taulah. Kan gue yang ngasih tau waktu itu," jawab Chia.

"Ooh." Jules manggut-manggut.

Chia berpikir. "Tapi... gue juga pengen dia ke sini."

"Siapa?"

"Val."

Jules menatap Chia. "Hhh, Chiaa. Kalaupun dia diundang, dia gak bakalan datang."

"Hmm, iya juga sih. Tapi, siapa tau lho," kata Chia, mengangkat alisnya. Jules menggeleng-geleng.

Tak lama kemudian, William dan Louis menghampiri Jules yang sedang menikmati cupcake sendirian.

"Hei, Jules!" William berdiri di sebelah Jules. "Akting lo bagus."

"Thanks." Jules tersenyum. "Gue gak mau Louis ketahuan."

"Makasih ya," ucap Louis. Jules mengangguk.

"Berarti..." William mengulum senyum, "rencana kita berhasil, kan..?"

Jules dan Louis mengangguk. "Iya, berhasil."

"Yes!" seru William. Tiga serangkai itu pun melakukan tos bertiga, lalu tertawa.

Β·
Β·
Β·

don't forget to vote and comment ! thanks β™‘

maaf kalau ada kesalahan. komen aja yaa πŸ™πŸ»

stay safe yaa <3

see you soon !

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: Truyen247.Pro