ChΓ o cΓ‘c bαΊ‘n! VΓ¬ nhiều lΓ½ do tα»« nay Truyen2U chΓ­nh thα»©c Δ‘α»•i tΓͺn lΓ  Truyen247.Pro. Mong cΓ‘c bαΊ‘n tiαΊΏp tα»₯c ủng hα»™ truy cαΊ­p tΓͺn miền mα»›i nΓ y nhΓ©! MΓ£i yΓͺu... β™₯

14

❝ maaf chia, tapi gue di tim louis. ❞
- jules.

Β° Β° Β°

Louis dan William menatap Jules dengan tajam. Sedangkan anak perempuan yang masih terbalut dalam seragam sekolah, masih bersedekap tangan sambil memandang Louis.

"Jules, lo tau siapa..." William menatap Jules, "El?"

"Iya, gue tau." Jules mengangguk santai. "Louis kan?"

"Ssst!!" William dan Louis serempak mendesis, dengan jari telunjuk di depan bibir. Jules menutup mulutnya, masih menyeringai.

"Gimana lo tau soal itu?" tanya Louis.

"Udah gue selidiki seharian ini, di sekolah," jawab Jules. Ya, dia menyelidiki soal sosok El di kafetaria tadi. Dia sengaja tak memberitahukan sahabat-sahabatnya.

"Jadi, lo tau kalau gue...?" Louis saling berpandangan dengan William.

"Lo suka sama Chia, kan?!" Jules berseru.

"Hei!!!" Louis dan William beranjak untuk menutup mulut Jules, tetapi anak perempuan itu sudah lebih dulu mundur dan menutup mulutnya.

"Gue bener kan? Louis suka sama Chia." Jules mengangkat kedua alisnya.

Louis menghela napas. William masih menatap Jules dengan tajam.

"Iya. Lo benar."

"Tuh kan!" Jules mengepalkan tangannya. "Udah gue duga dari awal lo datang ke sekolah!"

"Tapi jangan lo kasih tau sama yang lain." Louis memelas. "Cukup lo sama Will aja yang tau. Oke?"

"Emm, oke! Tapi gimana kalau gue kasih tau sama Chia?"

"JULES!"

"Hehe, maaf maaf. Bercanda." Jules nyengir dan menggeleng. "Tapi jujur, gue lebih nge-ship lo sama Chia, haha."

"Eh." Pipi Louis sedikit memerah.

"Salting." William terkekeh dan menepuk pundak Louis. Dia sudah tak setegang tadi. "Makanya, Louis. Cepat kejar Chia sebelum diambil sama si Beruang Kutub."

"Beruang Kutub?"

"Iya, si Val. Siapa lagi kalau bukan dia." William memutar bola matanya.

"Beruang Kutub." Jules menahan tawa.

"Emang bener kan? Si dingin gak tentu arah, ih." William bergidik.

"Kayaknya lo musuhan banget sama dia." Jules mengernyit. William hanya menyeringai.

Β° Β° Β°

"CHIAAAA!!!"

Jules, Lauren, Anna, Shay, dan Jayden langsung menghampiri Chia yang baru tiba di sekolah.

"Eh-"

"AKHIRNYA LO HADIR JUGA, AAAAA." Kelima sahabatnya itu memeluk Chia serempak. Mereka pun segera menjadi perhatian para murid di koridor.

"Aduh! Gue gak bisa napas." Chia meringis. "Kita dilihatin tauu.."

"Biarin!" kata Jules. Tak lama kemudian, mereka melepas pelukan mereka.

"Lo tau gak, Chia? PR sekolah banyak banget lho! Lo mau ngerjain? Salin punya gue aja ya!" Shay yang paling rajin mengerjakan tugas, langsung menawari Chia. Sedangkan Chia, mendengar kata "banyak PR" saja sudah ingin pingsan rasanya.

"Chia, ada berita baru lho semalam! Si Val berantem sama si Max, cowo kekar ngeri itu!" kata Jayden heboh. "Ngeri banget tau! Awalnya mereka debat, terus tiba-tiba jadi berantem hebat!"

"HAH?! Serius?!?!" Chia terbelalak. Jayden mengangguk-angguk mantap. "Gue jujur sumpah!" Jayden mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya-membentuk tanda swear atau peace.

"Terus?? Gimana Val?" tanya Chia yang bucinnya-entah kenapa-semakin menjadi-jadi.

"Terus, Val sama si Max masuk kantor. Dan tau yang paling bikin mereka kesal?? Murid-murid pada ngerubungin tuh kantor!" Jayden mulai menunjukkan gaya gosipnya. Lauren menahan tawa melihatnya.

"Heboh banget tuh murid-murid. Cuman berantem doang, hebohnya satu dunia," kata Anna. "Heran gue."

"Emm, masalah mereka apa memangnya? Kok mereka bisa berantem?" tanya Chia yang penasarannya tingkat dewa.

"Gue denger-denger sih, si Max yang ngajak Val berantem. Gak tau gara-gara apa." Jayden mengangkat bahu. Chia menghela napas, kecewa karena belum mendapat jawaban.

"Chia, yang penting inget ya. Lupain Val, oke? Dia gak baik buat lo," kata Jules, mulai berbicara.

"Enggak, Jules. Val baik, walaupun dingin begitu," kata Chia. "Gue pernah dibantunya kok."

Jules menghela napas.

Maaf Chia, tapi gue di tim Louis.

Β° Β° Β°

"Jadi, Louis? Gimana perasaan lo pas Jules ngedukung lo?" tanya William saat mereka berdua telah tiba di dalam kelas.

"Hmm, gimana ya... Bingung gue." Louis menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil nyengir. William menyeringai.

"Kok bingung."

"Ya.. bingung lah."

"Tapi gak heran sih kalau dia ngedukung lo. Dia emang gak suka sama Val dari dulu," kata William, mengangkat bahunya. "So, apa rencana lo hari ini?"

"Emm, sebenernya gue sedikit bimbang. Gue pengen langsung ungkapin dan gak nyamar lagi. Tadi malam gue pikirin ini terus, jujur." Louis menghela napas.

William menatapnya. "Jadi? Gimana? Masih mau nyamar atau langsung ungkapin?"

"Hmm.." Louis berpikir keras.

"Diperpanjang atau tidak?" batinnya bimbang. Dia menggigit bibirnya.

William memilih untuk memainkan handphone nya seraya menunggu sahabatnya menjawab.

"Masih nyamar aja deh." Louis akhirnya menjawab mantap.

"Yakin?" tanya William, menoleh.

Louis mengangguk.

BRAK!

Pintu kelas terbuka dengan keras. Masuklah seorang anak perempuan yang amat mereka kenal.

"Jules! Lo bikin kaget aja!" kata William getir. Untung saja kelas sepi. Jika tidak, mungkin Jules sudah dibicarakan anak-anak sekelas.

"Maaf. Eh, Louis!" Jules menghampiri Louis dengan cepat. "Lo hari ini ada rencana baru gak? Mumpung si Val enggak datang."

William menoleh kepada Louis dengan mata berbinar. "Wah kebetulan nih Lou! Si dingin gak jelas itu gak datang. Lo ada rencana gak?"

"Gak ada," jawab Louis.

Jules dan William membelalak. "Gak ada? Yakin lo?"

"Iya. Kan gue udah ngasih roti ke Chia tadi pagi. Di lokernya," ujar Louis, membuat Jules dan William saling berpandangan.

"Louis emang penuh kejutan ya," kata Jules. William mengangguk. "I know right," kata William.

"Jadi, rencana lainnya apa?" tanya Jules, yang entah kenapa, terlalu semangat.

"Emm, lo tau sesuatu tentang Chia? Sesuatu yang baru dari dia? Eh, apa ya... Gitulah." Louis nyengir bingung.

"Emm, apa ya.." Jules berpikir. "Setau gue, dia ulang tahun-Eh, iya. Dia ulang tahun. Lusa."

Perkataan Jules pun berhasil membuat Louis dan William saling bertatapan. Beberapa detik kemudian, mereka menyeringai.

"Telepati," kata William, kembali menjatuhkan seringaiannya.

Β° Β° Β°

"Aku pulang!"

Chia masuk ke dalam rumah dengan wajah murung. Dia melepas sepatunya dan meletakkannya di rak, lalu berjalan ke kamar dengan gontai. Chia murung karena Val tidak hadir. Jadi, semangat hidupnya tak ada hari ini.

"Chia, kamu kenapa?" tanya Mum, yang sedang duduk menonton televisi di sofa.

"Chia gapapa, Mum." Chia menghempaskan dirinya di sofa, duduk di sebelah Mum. "Oh iya. Mum ingat sesuatu gak?"

"Sesuatu apa?" tanya Mum bingung.

"Itu lho, Mum..." Chia mengetuk-ngetuk sofa. "Ulang tahun Chia."

"Oh iya. Lusa kan?"

Chia mengangguk semangat.

Mum tertawa. "Terus kenapa? Chia mau dikasih kado apa?"

Val, Mum.

"Novel kesukaan Chia, Mum," jawab Chia. "Chia gak mau dirayain lagi. Pengennya dikasih kejutan aja."

"Dikasih kejutan sama siapa?"

"Temen mungkin..? Atau sama-eh, gak jadi."

"Sama siapa?"

"Anaknya Tante Genevieve yang pernah ketemu sama Chia," celetuk Chia. Tadinya dia ingin menjawab "Val" sebenarnya.

"Aduh, kamu masih ingat aja ya sama dia. Emang kamu tau kabarnya gimana?" tanya Mum usil.

"Enggak tau. Dianya kurang kabar sih," jawab Chia cengengesan. "Coba Mum tanya sama Tante Genevieve."

"Mum udah gak punya nomor Tante Genevieve. Mum juga udah gak tau kabarnya gimana." Mum menghela napas.

Chia mengangguk mengerti.

Mum tersenyum dan kembali menonton acara TV kesukaannya. Sementara itu, Chia pergi ke kamarnya, menaiki tangga.

Tak lama kemudian, handphone Mum berdering, memutar lagu Spice Girl kesukaannya. Mum pun segera mengambil handphone nya dan mengangkat telepon dari mama Patricia, adik iparnya.

Lima menit pun terlewati. Setelah selesai berbicara lewat telepon dengan mama Patricia, Mum menghela napas gelisah dan memandang Chia yang sekarang sudah mengambil makan siangnya.

Β° Β° Β°

"Lo mau beli apa?"

"Dia sukanya apa?"

"Yang ini lucu. Dia pasti suka."

"Ih gelap banget yang ini."

Louis, William, dan Jules pergi berbelanja sepulang sekolah, membeli kado untuk Chia. Jules yang paling bersemangat.

"Dia sukanya apa?"

"Novel, skincare, makanan, minuman, handphone, rebahan, belanja, ngehalu, dengar lagu-"

"Kalau barang?"

"Ya tadi. Novel. Terus-emm, dia suka barang yang lucu gitu. Kalau bisa yang warna pink atau biru. Terus, katanya, akhir-akhir ini, dia pengen seri novel kesukaannya yang baru."

"Judul novelnya?"

"Emm, bentar. Yang ini kalau gak salah."

William memandang Jules dengan kaget. Dia bingung kenapa Jules tahu segalanya soal Chia.

"Dia kan sahabatnya Chia," kata Louis saat William bertanya.

"Ya, tapi... kok bisa sih dia ingat sedetail itu?" tanya William.

"Tanya aja sama dia," kata Louis, mengangkat kedua alisnya.

Β° Β° Β°

"Jules, lo kenapa semangat banget sih?" tanya William saat mereka bertiga makan di restoran mall.

"Gue pernah jadi secret admirer. Suka sama abang kelas. Eh ternyata abang kelas itu udah punya pacar," terang Jules. "Jadi gue tau gimana rasanya, plus caranya jadi secret admirer."

"Dulu gue juga kayak Louis. Sering ngasih barang ke crush diam-diam, sering chat-an juga. Bedanya, Louis lebih beruntung daripada gue. Louis ngechat Chia yang sama sekali gak pernah pacaran. Lah gue? Ngechat abang kelas yang ternyata udah punya pacar. Padahal dia friendly banget tau."

"Terus? Lo udah move on dari crush lo itu?" tanya William.

"Ya udahlah. Udah dari lama," jawab Jules. Dia pun beralih memandang Louis. "Jadi, gimana nih? Kita bikin kejutan buat Chia?"

"Iya. Maksud gue, kalian yang bikin kejutannya-lo, Lauren, Anna, Shay, sama Jayden. Gue sama William-"

"Kalian gak ikut?"

"Emm, enggak."

"Tapi kalian datang kan?"

"Datang."

"Kado dari lo-maksudnya, dari El?" tanya Jules.

"Gue udah punya rencana sendiri." Louis menjawab, mengulum senyumnya.

Β° Β° Β°

"Chia!"

Mum mengetuk pintu kamar Chia.

"Masuk aja, Mum!" sahut Chia, yang sedang melihat-lihat Pinterest.

CKLEK.

"Kenapa, Mum?" tanya Chia, menoleh kepada Mum nya. Mengalihkan pandangannya sejenak dari laptop.

"Emm, Chia. Mum mau ngasih tau sesuatu sama kamu," ujar Mum, duduk di kasur Chia. Chia pun duduk di sebelahnya, dengan raut penasaran.

"Ngasih tau apa, Mum?" tanya Chia yang sudah menyimpan beribu pertanyaan di benaknya.

Mum menghela napas.

"Lusa, Mum sama Dad harus ke rumah Nenek."

Chia terkejut. "Nenek kenapa, Mum?"

"Sakit Nenek makin parah. Mum sama yang lain harus ngurus Nenek di sana," ujar Mum. "Kamu mau ikut?"

Chia terdiam. Lusa, hari ulang tahunnya. Pupus sudah harapan Chia diberi kejutan oleh sahabatnya.

"Kalau Chia gak mau ikut, gapapa kok. Mum sama Dad aja yang pergi," kata Mum, membelai rambut Chia.

Chia menghela napas. Dia menunduk.

"Chia gak ikut pergi pas lusa, Mum. Chia pergi pas besoknya aja," kata Chia.

"Eh?"

"Chia bisa kok, Mum. Sendiri di rumah. Chia juga bisa pergi sendiri, naik kereta api mungkin," ujar Chia, menatap Mum.

"Kamu yakin, Chia?" tanya Mum yang sangat khawatir.

Chia mengangguk mantap.

"Emm, yaudah. Mum balik ke kamar dulu ya," kata Mum, mengelus punggung Chia. Chia kembali mengangguk. Mum pun beranjak dari kasur Chia dan keluar dari kamar.

Β·
Β·
Β·

haii, sorry for slow update πŸ˜”πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

bener-bener ga ada ide bgt soalnya. sekali lagi, maaf yaa πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

don't forget to vote and comment ! thank you β™‘β™‘

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: Truyen247.Pro