ChΓ o cΓ‘c bαΊ‘n! VΓ¬ nhiều lΓ½ do tα»« nay Truyen2U chΓ­nh thα»©c Δ‘α»•i tΓͺn lΓ  Truyen247.Pro. Mong cΓ‘c bαΊ‘n tiαΊΏp tα»₯c ủng hα»™ truy cαΊ­p tΓͺn miền mα»›i nΓ y nhΓ©! MΓ£i yΓͺu... β™₯

11

❝ kalau lo tau gue El, lo tetap bakal suka sama gue ? ❞
- louis

Β° Β° Β°

Hari libur pun tiba. Chia, Jules, Lauren, Anna, Shay, dan Jayden tak berhenti video call sejak pagi.

"Berapa malam, Lau?" tanya Jules yang sedang menyusun baju-bajunya di koper.

"Satu malam. Kalau mau nambah lagi, dua malam." Lauren menjawab. Terdengar suara Johnny yang sedang bernyanyi.

"Chia! Makan duluu!" teriak Mum dari bawah. Chia langsung menyahut dan berhenti menyusun barang-barang dalam tas, "Iyaa, Mum!"

Chia turun ke bawah, menghampiri Mum yang tengah mengambil makanan.

"Makan dulu. Jangan main hp terus," omel Mum. Chia mengangguk dan ikut mengambil makanan. Terlihat Dad yang sedang menikmati makanannya.

"Chia telponan sama siapa?" Dad bertanya.

"Sama Jules, Lauren, Anna, Shay, sama Jayden," jawab Chia.

"Wah, banyak." Dad tertawa. "Yaudah, kamu makan dulu ya."

"Iya, Dad." Chia mengangguk. Tak lama kemudian, Chia dan kedua orangtuanya menikmati makan siang mereka sambil berbincang-bincang.

"Mum, Chia nanti mau ke rumah Lauren," ujar Chia. Mum mendongak.

"Ha? Ke rumah Lauren?" Mum mengernyit.

"Iya, Mum. Kan udah Chia bilang semalam. Chia mau nginap di rumah Lauren." Chia kembali menjelaskan.

"Oh iya. Mum lupa." Mum memasang cengiran lebarnya.

"Berapa malam, Chia?" tanya Dad.

"Satu malam, Dad." Chia menjawab. "Gak lama kok."

"Yaudah. Manfaatin waktunya ya. Jaga diri baik-baik, jangan nakal-nakal." Dad berpesan. "Nanti, Dad pesanin makanan untuk kalian."

Chia langsung terkejut dan berseri-seri. "Makasih, Dad!"

Dad tersenyum dan mengacak rambut Chia.

Β° Β° Β°

Pada sore hari, Chia di antar oleh Mum ke rumah Lauren. Sekalian ketemu sama mamanya Lauren, kata Mum.

TOK! TOK! TOK!

CKLEK!

"Lauren!"

"Chia!"

Chia dan Lauren berpelukan. Mum tersenyum melihat mereka, dan masuk ke dalam setelah diajak oleh Lauren. Mum mengobrol dengan mamanya Lauren terlebih dahulu, sebelum pulang. Sementara Chia dan Lauren, menonton televisi sembari menunggu Jules, Anna, Shay, dan Jayden yang belum datang.

Tak lama kemudian, sahabat-sahabat mereka mulai datang. Saling nyusul menyusul. Pertama Anna, kemudian Shay, dan yang terakhir Jules dan Jayden.

"Kok lama banget?" tanya Lauren pada Jules dan Jayden.

"Coba tanya sama Jayden. Gue ngaret satu jam nih, gara-gara dia kelupaan jemput gue." Jules mendelik kepada Jayden yang hanya nyengir lebar.

Lauren membawa seluruh sahabatnya ke dalam kamarnya. Mereka menyusun barang masing-masing, kemudian mengobrol dan merencanakan aktivitas mereka nanti.

"Eh, nanti kita tidur jam berapa?" tanya Jules.

"Emm, mungkin jam 12 malam?" tanya Lauren. "Atau lebih?"

"Oke." Jules mengangguk.

Sementara anak perempuan mengobrol di dalam kamar Lauren, Johnny membuka pintu untuk Louis dan William.

"Hei, Will! Louis!" Johnny menyapa mereka. "Ayo masuk!"

Louis dan William tersenyum dan masuk ke dalam rumah. Mereka duduk bertiga di meja bar dapur, berbincang-bincang. Johnny dan Louis semakin akrab.

"Eh, ke kamar gue yuk. Barang-barang kalian juga belum disusun kan." Johnny nyengir, mengajak William dan Louis ke kamarnya.

"Oke." William dan Louis mengangguk. Mereka bertiga dituntun oleh Johnny ke kamarnya. Di kamar Johnny, Louis dan William menyusun barang-barang mereka. Tiba-tiba, Louis teringat dengan hp nya yang lagi-lagi ketinggalan.

"Eh, John, Will. Gue balik dulu ya ke bawah. Sebentar doang." Louis berjalan keluar kamar.

"Ngapain, Loui?" tanya William bingung.

"Hp gue!" Louis menjawab, tak sempat menoleh karena sudah berlari.

"Ya ampun. Tuh anak ketinggalan hp mulu dah." William menggeleng-gelengkan kepala, sementara Johnny tertawa.

Di bawah, Louis sudah sampai di meja bar dapur. Ia mencari-cari hp nya yang ketinggalan itu.

"Sial, kok enggak ada sih?" gumam Louis.

"Hp siapa sih ini?"

Louis segera menoleh saat mendengar sumber suara. Dia terkejut melihat sosok orang yang ada di hadapannya.

"Chia?!"

Chia sama terkejutnya dengan Louis. Dia tak menyangka kalau dia akan bertemu dengan Louis di rumah ini.

"Loui?!" Chia membelalak. Dia melihat handphone yang ada di tangannya. "Ini hp lo?"

Louis melihat handphone tersebut dengan teliti. "Iya. Ini hp gue."

Tak menunggu lama, Louis segera merebut handphone tersebut. Nanti kejadian yang sama terulang lagi.

"Lo nginap sini juga?" tanya Louis, menatap Chia.

"Iya. Lo juga?" Chia bertanya balik.

"Iya." Louis mengangguk.

"Lah, gue kira cuman kami yang cewe-cewe doang yang nginap di sini." Chia mengernyit.

"Sama. Gue juga ngira yang cowo-cowo doang." Louis ikut mengernyit.

"Yaudah. Gue minum dulu." Chia berjalan pergi dan mengambil gelas dari dapur Johnny. Ia mengisi air putih ke dalam gelas tersebut. Sementara itu, Louis kembali duduk di kursi bar, mengecek handphone nya yang baru saja kembali ke tangan pemiliknya.

"Kok lama banget sih di-eh?!"

Louis dan Chia menoleh bersamaan. Terlihat William dan Johnny yang baru menuruni tangga. Dan di belakang mereka, terlihat Jules, Lauren, Anna, Shay, dan Jayden yang sedang berbicara. Mereka berhenti saat melihat Chia dan Louis.

"Kalian ngapain?" tanya William.

"Gak ngapa-ngapain. Napa emangnya?" Louis menyeringai.

"Kok berduaan? Lama banget lagi."

Chia nyaris tersedak. Dia segera menghabiskan minumannya dan menjawab pertanyaan William dengan cepat.

"Hp Louis ketinggalan di sini. Untung gue temuin," jawab Chia. "Gue turun ke sini tadi, karena mau minum."

"Oh gitu." William manggut-manggut.

"Lau, lo gak bilang kalau ada anak cowo..." Jayden melirik Lauren.

"Hehe, maaf. Gue lupa bilang. Si Johnny ngajaknya dadakan sih." Lauren nyengir lebar.

"Hai." Johnny menyapa sahabat-sahabat Lauren yang masih terkejut.

"Hai..." Mereka yang di sapa hanya nyengir.

Β° Β° Β°

Rumah Johnny dan Lauren sangat sepi. Hanya ada mereka dan teman-teman mereka di rumah itu. Kedua kakak dan kedua orang tua Johnny sedang pergi. Jadilah mereka yang di rumah itu.

"Makan malam!"

Mendengar seruan Johnny, Lauren dan teman-temannya turun ke bawah. Terlihat Johnny, William, dan Louis sedang menyiapkan bahan masakan.

"Gak kerasa udah malam." Jules melihat jam tangannya.

"Siapa yang masak?" tanya Lauren.

"Gue?" Johnny menunjuk dirinya sendiri.

"Gue aja."

Tiba-tiba, Louis dan Chia mengangkat tangan bersamaan. Mereka terkejut dan saling berpandangan.

"Emm, kalian berdua?" Johnny nyengir melihat mereka. Sedangkan William menyeringai.

"Gue sendiri aja."

Louis dan Chia kembali berpandangan.

"Oww." William bergumam. "Kalian berdua aja yang masak." Dia masih memasang seringaiannya.

"Bener." Jules menambahi. "Kalau lo sendiri, Chia, entar lo kesusahan. Kan makanannya banyak."

Jules bertujuan untuk menyatukan Chia dan Louis.

"Hmm." Chia bergumam, tak memandang Louis. Dia memandang sahabat-sahabatnya yang menatapnya dengan meyakinkan.

Chia menghela napas. "Oke."

Alhasil, Chia dan Louis memasak makan malam-berdua. Sedangkan yang lainnya duduk di ruang TV.

Louis deg-degan sendiri. Baru kali ini dia memasak berdua dengan Chia. Pipi Louis mulai memerah. Stay cool, Louis. Kau Louis, bukan El.

"Loui, itu potongannya gimana?" Chia melihat sayur yang dipotong Louis.

"Eh, maaf." Lamunan Louis buyar. Pipinya sekarang memerah total.

"Sini biar gue bantu." Chia mengambil pisau yang dipegang Louis, lantas mulai melanjutkan memotong sayuran itu.

"Lo apain yang di situ aja dulu," kata Chia.

"Oke." Louis mengangguk.

Satu jam berlalu. Louis dan Chia selesai memasak. Mereka menyusun makanan-makanan itu di meja makan. Sahabat-sahabat mereka pun beranjak dari ruang TV, ke meja makan.

"Wah, siap juga. Perut gue udah bunyi dari tadi soalnya." William nyengir. Louis mengacak rambutnya.

Mereka semua duduk di meja makan, menikmati makan malam yang istimewa itu.

"Hei, Chia." Jules menyenggol lengan Chia yang duduk tepat di sebelah kanannya.

"Apa?" sahut Chia, berbisik.

"Gimana tadi? Lo masak sama Louis?" tanya Jules, mulai menggoda Chia.

"Jules!" Chia melotot. Jules hanya tertawa puas.

"Kalian kayak suami-istri tau-"

"Jules!" Chia semakin melotot, memandang Jules dengan kesal.

Seusai makan, mereka berdiskusi, siapa yang akan mencuci piring.

"Gue udah masak, berarti gak cuci piring lagi." Louis berkata dengan cepat. "Berarti sekarang giliran...?"

"Lo aja lagi sama Chia." William menyeletuk. Tampaknya dia sangat senang melihat Louis berdua dengan Chia.

"Enak aja lo." Chia melotot pada William. "Lo sekarang yang nyuci piring."

"Sama Jules," tambah Louis, melirik Jules.

"Eh, kok gue??" Jules terbelalak tak terima.

"Ih, kalian dendam ya? Karena kami tadi ngegodain kalian terus?" William menatap Louis dan Chia.

"Kalau iya gimana? Sana gih, cuci piring." Chia menyeringai puas, menatap wajah kesal Jules dan William.

"Gini amat punya temen." Jules melengos ke tempat cuci piring dengan bersungut-sungut. William pun mengikutinya.

Β° Β° Β°

Sebelum tidur, Chia dan sahabat-sahabatnya menghabiskan waktu bersama. Mereka menonton film horor sampai berteriak riuh, mengobrol, tukar camilan, dan bermain.

"Sumpah, filmnya ngeri banget. Pas hantunya kayang itu lho." Shay mengelus dadanya.

"Lupakan soal hantu kayang, mending kita tukar camilan. Gue udah lapar lagi, hehe." Anna mengeluarkan camilannya dengan cengiran lebarnya.

"Astaga. Lapar aja lo, Anna. Yaudah yuk, kita tukeran camilan." Jayden ikut mengeluarkan camilannya.

"Ayooo!!" Lauren bersemangat. Mereka semua pun mengeluarkan camilan masing-masing. Kemudian, mereka mulai menukar camilan mereka.

Sedangkan itu, di dalam kamar Johnny, ketiga anak laki-laki itu sedang bermain game di play station milik Johnny dengan serius.

"Will! Ih parah lu. Ini gue woi!" Louis kesal sendiri.

"Gue tau itu lo, hahaha." William menyeringai.

Pada pukul satu malam, mereka semua pun berhenti beraktivitas. Satu per satu mulai tertidur.

Kecuali Chia dan Louis.

"Astaga. Tolong ngantuk." Chia membatin, tak berhenti memejamkan matanya agar tertidur. Tapi sama sekali tak berhasil.

Di kamar yang berbeda, Louis pun melakukan hal yang sama. Berusaha tertidur, dengan membayangkan hal-hal yang random.

"Kok gak bisa tidur sih. Perasaan tadi udah ngantuk," batin Louis kesal. Terlihat William dan Johnny sudah tertidur lelap.

Akhirnya, karena tak kunjung tidur, Louis pun keluar dari kamar Johnny. Ia pergi ke dapur Johnny, mengambil minum, lalu berpikir apa yang akan dia lakukan setelah ini.

Matanya segar, tak berat sama sekali. Beda dengan tadi, sebelum berbaring. Louis bingung ke mana dia sekarang. Akhirnya, dia memutuskan untuk duduk di balkon rumah Johnny.

Baru saja ia membuka pintu balkon, Louis sudah melihat Chia yang duduk sambil menatap langit malam. Chia menoleh, memandang Louis yang masuk ke dalam balkon dengan kaget.

"Lo belum tidur juga?" tanya Chia pada Louis yang duduk di sisi kirinya, berjarak lumayan dekat.

"Belum." Louis menjawab. Dia melihat Chia yang memakai jaket. Mungkin kedinginan, pikir Louis.

"Tadi gue udah ngantuk, eh pas mau tidur, malah gak bisa." Chia berujar.

"Sama." Louis mengangguk. Suasana pun lengang sejenak.

Mereka memandang langit malam yang gelap, diterangi bulan dan bintang-bintang. Chia memeluk tubuhnya yang kedinginan.

"Louis."

"Hm?" Louis menyahut, tanpa menoleh. Masih memandang langit.

"Cara luluhin orang yang dingin gimana sih?"

Sekarang, Louis pun menoleh. Dia menatap Chia yang juga menatapnya.

"Emm, orang dingin kayak gimana?" tanya Louis. Dia sedikit bingung dengan pertanyaan Chia.

"Ya, dingin. Cuek, gak banyak bicara... you know," kata Chia, mengangkat bahu.

"Oh, gitu." Louis bergumam. "Emang siapa?"

"Lo tau pasti." Chia mengangkat kedua alisnya, "Val."

"Oh."

"Lo tau gimana cara luluhin dia?" tanya Chia lagi.

Louis berpikir keras. Dia tak berpengalaman dalam hal meluluhkan hati orang dingin.

"Emm, maaf. Gue enggak tau gimana caranya." Louis nyengir.

"Yaudah deh kalau gitu." Chia menghela napas. "Gue tanya sama El aja."

"Astaga, sial! Gue harus nyari jawabannya." Louis terdiam.

Suasana balkon kembali lengang. Chia tenggelam dalam lamunannya, sedangkan Louis masih berpikir-pikir soal pertanyaan Chia.

"Kenapa lo suka sama Val?" tanya Louis, berhasil membuat lamunan Chia buyar. Anak perempuan berambut cokelat itu pun menoleh.

"Dia..." Chia bergumam, "auranya dingin, dan entah kenapa, gue jadi suka."

"Terus? Lo mau luluhin dia?"

"Ya." Chia mengangguk. "Entah berhasil atau enggak, lihat nanti aja. Kalau Val emang gak cocok sama Chia, Chia bakal mundur."

Louis terdiam sebentar. "Kalau El? Yang lo bilang tadi?"

"El." Chia tertawa kecil. "Dia moodboster Chia. Dan ya, Chia suka sama El. Walaupun Chia enggak tau real nya dia gimana."

Louis bertanya lagi. "Kalau lo tau real nya?"

"Emm, Chia bakal tetap suka sama El." Chia nyengir lebar.

Louis tertawa kecil melihat cengiran Chia yang sangat khas. Louis memikirkan perkataan Chia tadi.

Kalau lo tau gue El, lo tetap bakal suka sama gue?

Β·
Β·
Β·

hiii !

don't forget to vote and comment ! thanks <3

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: Truyen247.Pro