09
β handphone louis ? β
- chia.
°°°
"Punya siapa nih?"
Chia mengajak sahabatnya ke rumah. Tetapi Jules, Lauren, Shay, dan Jayden sedang sibuk. Jadilah Anna yang datang.
Anak perempuan berambut coklat itu memandang handphone yang terletak di meja Chia dengan bingung dan penasaran.
"Mungkin punya Louis," jawab Chia, menopang dagunya dengan kedua tangannya. Dia sama bingungnya dengan Anna.
"Kok bisa ketinggalan di paperbag?" Anna mengambil handphone tersebut, lantas menelitinya. "Dia kelupaan ya?"
"Iya mungkin," jawab Chia. "Gue juga bingung."
Anna menghidupkan handphone itu dan mencoba untuk membuka homescreen nya tetapi tidak bisa. "Yaelah, ada kuncinya."
Anna menatap Chia. "Lo tau pin nya?"
Chia mengangkat bahu. "Enggak tau."
Anna menghela napas kecewa dan meletakkan handphone itu kembali di meja.
Sebuah ide pun muncul di benak Chia. "Aha!"
"Kenapa?" Anna meliriknya.
"Tanya sama Will aja yuk. Siapa tau dia tau." Chia menyebutkan idenya. Anna terbelalak, lalu mengangguk setuju.
°°°
Chia dan Anna berjalan ke rumah William yang tepat berada di sebelah rumah Chia. Tetapi, belum sampai sepuluh langkah, Anna berhenti. Chia bingung dan ikut berhenti.
"Tunggu." Anna mengangkat tangannya, bermaksud untuk memberhentikan perjalanan sebentar.
"Kenapa?" Chia mengernyit bingung. "Tali sepatu lo lepas?"
Anna menggeleng. "Bukan."
"Jadi?"
"Kita harusnya buat rencana dulu." Anna berkata dengan serius. "Jadi, kita jalan diem-diem ke jendela dapur Will yang terbuka. Terus, kita letakkan handphone ini di jendela itu."
"Terus?"
"Will bakal lihat handphone ini dan bakal tau kalau ini handphone Louis." Anna mengecilkan suaranya perlahan.
Chia berpikir sebentar, mencerna perkataan Anna, lalu mengangguk setuju.
Alhasil, mereka mengendap-endap ke dapur Will. Chia mengira kalau Anna adalah peramal. Jendela dapur Will benar-benar terbuka, seperti perkataan Anna. Anna mengedipkan sebelah matanya, lalu menjulurkan tangan kepada Chia. Meminta handphone tersebut.
Chia memberi handphone itu kepada Anna. Anna pun meletakkan handphone itu di jendela Will. Dia bergumam, semoga handphone itu tak jatuh ke semak-semak tempat mereka bersembunyi.
Setelah meletakkan handphone Louis, Anna membungkuk di balik semak-semak, sama seperti Chia. Mereka menunggu Will muncul di dapurnya.
Lima menit kemudian, William muncul di dapurnya. Dia membawa mangkuk bekas camilannya lalu mencuci tangan di wastafel. William terkesiap saat melihat sebuah handphone yang terletak di jendela dapurnya sekarang.
Punya siapa? batin William sambil mengernyit bingung. Dia melihat casing handphone tersebut, dan langsung mengenali pemilik handphone itu.
"Louis?" Will bergumam. Dia menggaruk-garuk kepalanya, bingung. Bagaimana bisa handphone Louis ada di sini? Begitu pikirnya.
Will mengintip keluar jendela. Tak ada siapapun di halaman belakangnya. Tepat di depan jendela, ada semak-semak lebat.
"Louis?" Will berseru. Chia dan Anna mendengar suaranya. Mereka menahan napas, saling pandang, menunggu saat yang tepat.
Tak mendapat jawaban apapun, Will pun menyalakan handphone itu. Dia tahu password handphone itu. Chia dan Anna saling berpandangan, bersiap untuk keluar dari persembunyian mereka. Tapi, belum sempat mereka berdiri, seorang anak laki-laki di jalanan berteriak.
"Woi! Kalian ngapain di situ??"
Chia dan Anna serempak menoleh. Anak laki-laki yang tak asing bagi Chia dan Anna itu, menatap mereka dengan bingung.
Will yang mendengar suara anak laki-laki tadi, segera menjulurkan kepalanya keluar jendela. Dia terkejut saat melihat Chia dan Anna yang bersembunyi di balik semak-semak itu.
"Chia?! Anna?!"
Chia dan Anna menoleh kepada Will. Kemudian mereka berdiri dan mendengus sambil memandang anak laki-laki tadi.
"LO BISA DIEM GAK SIH, MACE?!" teriak Chia dan Anna kepada anak laki-laki tersebut. Will menatap mereka bertiga bergantian.
"Lagian kalian ngapain di situ coba? Nanti digigit serangga tau." Mace mengoceh.
Chia memutar bola mata, malas melawan anak bernama Mace Coronel itu.
"Bocor banget sih!" Anna marah-marah. "Ganggu aja."
"Hei!" Will memanggil Chia dan Anna yang memasang tampang kusut. "Dari tadi kalian sembunyi di situ?"
"Ya." Chia menjawab singkat. "Dan jadi hancur gara-gara si Mace."
"Ya maaf! Kan gue gak tau apa tujuan kalian sembunyi di situ!" teriak Mace.
Will melotot kepada Mace. "Mace! Lo ribut banget astaga! Nanti lo dimarahin sama geng kucing garong!"
Mace hanya nyengir lebar. "Hehe, maaf maaf." Lalu dia pergi. Chia, Anna, dan Will menggeleng-gelengkan kepala.
Mace merupakan salah satu teman mereka di sekolah. Sifatnya random. Hobi nyengir, gangguin orang, dan tidur. Dia satu komplek dengan Chia dan Will.
Sebenarnya, banyak anak sekolah Chia di komplek ini. Tapi Chia tak mengenal banyak. Dia hanya mengenal William, Mace, Diego, dan Addison.
Will melihat handphone yang ada di tangannya. Homescreen handphone itu sudah terlihat. Will sudah memasukkan pin yang diberitahu Louis.
Walaupun diberitahu Louis, Will tak pernah berniat membajak handphone sahabatnya itu.
"Handphone ini... kok bisa sama kalian?" Will memandang Chia dan Anna dengan curiga. Kedua anak perempuan yang dipandang Will itu menghela napas.
"Gue kan tadi pulang sama Louis. Gara-gara kalian dikejar preman." Chia menatap Will dengan datar. "Terus, sebelum gue pulang, Louis ngasih paperbag yang isinya kue dari Millie, adiknya. Eh, ternyata ada handphone dia di dalamnya."
Will mengangguk mengerti setelah mendengar penjelasan Chia. Dia mengulurkan handphone itu pada Chia. "Nih, balikin sama Louis."
Chia melotot kaget. "Eh, lo aja lah!"
"Kok gue?"
"Kan lo yang paling deket sama Louis. Ya kan?" Chia memandang Anna yang langsung mengangguk.
"Yaelah. Tinggal balikin, kak. Gampang kok."
Chia pun akhirnya menerima handphone itu dengan bersungut-sungut. Dia kembali ke rumah. Anna mengikutinya dari belakang.
°°°
Keesokan harinya.
Hari ini libur. Chia berencana untuk berolahraga di taman pada sore hari.
Dia sudah memakai kaus putih yang dilapisi jaket berwarna abu-abu. Celana training nya berwarna hitam-putih. Rambutnya dikucir rapi.
Chia pergi ke taman menaiki sepedanya. Dia pergi sendiri, tak ada teman. Semua sahabatnya berbeda komplek dengannya. Dan itu membuat Chia kesal.
Chia melihat orang-orang yang bersepeda berdua dengan sahabatnya, ataupun pacarnya. Chia lumayan iri melihat mereka. Dia hanya bisa melakukan itu dalam halu.
"Coba kalau Val ada di sini." Chia bergumam, sampai tak fokus pada jalannya.
KRING! KRING! KRING!
"WOI!"
"APAAN SIH?!" Chia refleks berseru. Dia menoleh ke belakang, melihat orang yang hampir menabraknya. Diego dan temannya, Thomas. Mereka adalah kakak kelas Chia.
"Lo naik sepeda tapi ngelamun." Diego tertawa. Chia menggeram kesal. Dia kembali melajukan sepedanya.
Satu jam pun dihabiskan oleh Chia untuk bersepeda keliling. Dia akhirnya lelah. Karena minumannya sudah habis, terpaksa dia membeli minuman di minimarket dekat taman.
"Selamat sore, Chia." Piper, kasir minimarket yang mengenal Chia, menyapa anak perempuan itu.
Chia menoleh dan membalas sapaan Piper. "Sore, Piper. How's your day?"
"Nothing special. How about you? Wajahmu lumayan kusut. "Kenapa?" tanya Piper yang peka terhadap sekeliling.
"Diego." Chia menjawab dengan getir. "Dia ngagetin gue pas lagi naik sepeda."
"Owh, pantesan." Piper mengangguk-angguk.
Chia mengambil minuman di kulkas minimarket. Kemudian, dia berkeliling sebentar. Untuk melihat-lihat barang-barang yang dijual. Tujuannya ke sini, selain membeli minuman, ya ngadem. Walaupun udara sore segar, AC minimarket lebih dingin bagi Chia.
Chia meletakkan minumannya di kasir. Piper mengambil minuman itu dan mengecek harganya. Saat Piper menyebutkan harga minuman itu, Chia merogoh sakunya, ingin mengambil uangnya. Tetapi...
DEG!
Uangnya tidak ada.
Chia terkejut dan semakin mencari dengan lebih teliti. Orang yang mengantri di belakang Chia membuat Chia semakin tergesa-gesa. Piper menunggunya.
Chia mendongak, menatap Piper dengan wajah bersalah. "G-Gue lupa bawa uang."
Piper sedikit terbelalak. Dia mengangkat minuman yang dibeli Chia tadi.
"Enggak-"
"Gue yang bayar."
Orang yang mengantri di belakang Chia berkata kepada Piper. Chia terkejut dan menoleh.
Val.
"Val? Tumben lo." Piper menyeringai.
"Biar cepet. Lama banget dari tadi." Val menatap Chia dengan dingin. Dia memberikan selembar uang kepada Piper. Piper menerima uang tersebut dan memberikan kembaliannya.
Piper memberikan minuman Chia kepada anak perempuan berambut cokelat itu-yang hanya nyengir. Piper tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Membuat Chia semakin malu.
Chia memandang Val dengan terpesona dan penuh rasa berterima kasih. Val tak melihatnya. Dia sedang meletakkan belanjaannya dengan serius.
"Val..." Chia tersenyum manis. "Makasih ya."
Dan tahu apa reaksi Val?
Tidak ada.
Chia masih berbicara pada Val. Mencari kesempatan. Jarang-jarang dia bertemu dengan Val di luar sekolah.
"Kapan-kapan Chia ganti duit Val ya. Chia janji." Chia mengangkat jari kelingkingnya.
Val membayar belanjaannya kepada Piper. Kemudian, dia berjalan ke pintu minimarket. Chia masih di tempatnya.
Sebelum pulang, Val berbisik kepada Chia dengan seringaiannya yang membuat Chia bisa mimisan.
"Lain kali jangan lupa bawa uang."
Val pun berjalan pulang, masih menyeringai.
Parah, cakep banget, batin Chia. Wajahnya merah. Jantungnya berdegup kencang. Dia berbalik badan, memandang Val yang baru saja menarik pintu minimarket.
"Sampai jumpa di sekolah, Val!!" seru Chia, seraya melambaikan tangannya.
Tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya. Membuat Chia menoleh kaget.
"Dasar bucin."
Chia memutar bola mata.
"Bisa diem gak sih?"
William tertawa sambil menyeringai. Chia menggeleng-gelengkan kepala dan berjalan pergi.
"Woi! Chia!" Will memanggil Chia. Anak perempuan itu mendengus dan membalikkan badan lagi.
"Apa??"
"Lo udah ngembaliin handphone Louis?"
Chia berpikir sebentar, mengingat letak handphone itu. Lalu menggeleng. "Belum."
"Yaelah. Kapan lo balikin jadinya?" tanya Will. "Gue jadi gak bisa chat sama dia."
"Besok dah, di sekolah." Chia berkata dengan santai. "Siapa suruh lo nyuruh gue."
Will mencibir dan meletakkan barangnya di kasir. Chia keluar dari minimarket dan melanjutkan jalan-jalan sorenya.
°°°
Chia berbaring di kasurnya dengan senang. Dia memutuskan untuk mengirim pesan pada El.
L
el !
gue mau cerita
TING!
Chia terduduk. Dia kaget saat mendengar bunyi notifikasi itu.
Dari handphone Louis yang terletak di meja belajar Chia.
Β·
Β·
Β·
don't forget to vote n comment !
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: Truyen247.Pro