08
โ coba lihat instagram lo. โ
- chia.
ยฐยฐยฐ
Chia terkejut. "Kenapa gak ke rumah gue?"
"Nanti gue bolak-balik," kata Louis. "Maless."
Chia mendengus. "Yaudah. Kita ke rumah lo."
Louis menyeringai dan berjalan, dengan Chia di sebelahnya.
ยฐยฐยฐ
Louis menekan bel rumahnya. "Haloo!!"
CKLEK!
Pintu dibuka oleh seorang perempuan yang lebih muda dari Louis dan Chia.
"Louis!" kata anak perempuan tersebut.
"Hai," kata Louis. Anak perempuan tadi memandang Chia. "Haii."
Chia tersenyum. "Hai."
"Gue Millie, adik Louis." Anak perempuan tadi memperkenalkan dirinya. "Nice to meet you." Dia mengulurkan tangannya.
"Gue Chia, teman Louis." Chia menjabat tangan Millie dengan senyum manis.
"Ayo, masuk!" ajak Millie. Chia memandang Louis dan Louis langsung mengangguk.
Mereka masuk. Chia diajak Millie untuk duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Louis pergi ke kamarnya. Millie mengobrol sebentar dengan Chia.
"Ini kedua kalinya gue ketemu sama temennya Louis," kata Millie dengan wajah berseri-seri.
"Yang pertama siapa?" tanya Chia.
"Cowo yang mata biru itu, si..." Millie berpikir-pikir. "Oh, si William!"
"Owh, si Will." Chia mengangguk-angguk.
"Louis gimana di sekolah barunya?" tanya Millie penasaran.
"Hmm, biasa aja sih," jawab Chia. "Dia baik, terus ngeselin."
Millie tertawa. "Kalian gak dekat ya?"
Chia mengangguk sambil menyengir. Seorang perempuan datang bergabung ke ruang tamu.
"Eh, halo," sapa perempuan itu saat melihat Chia.
"Hai," balas Chia, tersenyum.
"Gue Issie Partridge, kakak Louis," ucap perempuan tersebut, mengulurkan tangannya.
"Gue Chia." Chia menjabat tangan Issie. "Nice to meet you."
"Nice to meet you too, Chia," balas Issie, tersenyum manis. Issie ikut mengobrol dengan Chia dan Millie. Kemudian, pembantu keluarga Partridge datang dengan membawa minuman.
"Louis sahabatan sama siapa, Chi?" tanya Issie saat Chia sedang meneguk sirupnya.
"Emm, Will sih," jawab Chia. "Mereka berdua terus."
"Will siapa?" tanya Issie, mengernyitkan dahi.
"William Frankyn-Miller yang datang waktu itu," jawab Millie. "Panggilannya Will."
"Ooh, gue kira siapa." Issie cengengesan. "Yaudah. Gue mau pergi sebentar. Dadah!"
"Dahh." Millie dan Chia melambaikan tangan.
Saat sedang mengobrol, Louis datang dan memeluk Millie.
"Loui!" pekik Millie, melepaskan pelukan Louis yang manja. "Ngagetin lo!"
Louis menyengir. "Hehe, maaf."
"Gue belum makan," ujar Millie. "Gue ke ruang makan dulu ya. Dadah."
"Dahhh," balas Louis. Chia menghabiskan tehnya dan meletakkan cangkirnya di meja.
"Enak?" tanya Louis, memulai percakapan. Chia mengangguk.
"Loui," panggil Chia.
"Hm?" sahut Louis yang memandang sekeliling.
"Lo anterin gue pulang nanti?" tanya Chia.
"Iya," jawab Louis. "Tapi nanti aja ya."
"Kapan?"
"Sore."
Chia memandang jamnya. "Ouh, oke."
Chia mengeluarkan handphone-nya dan membuka Instagram. Dia berniat untuk mengirim DM pada El.
L
el !
Sudah lima belas menit Chia menunggu jawaban El. Biasanya, El langsung menjawab. Tapi sekarang tidak.
"Dia kemana ya," gumam Chia. Ternyata, Louis mendengar gumamannya.
"Dia siapa?" tanya Louis.
"Ih kepo," kata Chia. "Ini, sahabat online gue."
"Siapa?" Louis mengintip layar handphone Chia.
DEG.
"Sial." Louis membatin. Dia meninggalkan handphone nya di kamarnya. Tapi bagus juga. Karena jika handphone-nya ada di tangannya sekarang, Chia akan curiga padanya.
"Ngintip lo!" kata Chia, menjauhkan handphone-nya. "Eh, tapi kebetulan juga ada lo."
Louis menatapnya dengan bingung. "Kenapa?"
"Lo tau siapa dia?" tanya Chia, memicingkan matanya.
Louis tertegun. Dia menatap ke arah lain. Sedangkan Chia melirik Louis dengan bingung.
"Kok diem aja?" Chia curiga. Dia mengira kalau Louis melamun atau...
"Coba lihat Instagram lo." Chia mengulurkan tangannya kepada Louis, membuat laki-laki berambut cokelat gelap itu terkejut.
"Ih ngapain?"
"Lihat Instagram lo." Chia memejamkan matanya, serius.
"Enggak. Kepo lu." Louis mengacak rambut Chia, membuat perempuan tersebut kesal.
"Ih, yaudah." Chia merengut dan kembali sibuk dengan handphone-nya.
ยฐยฐยฐ
Waktu berlalu. Sekarang sudah pukul lima sore. Louis sudah tertidur, masih di tempatnya tadi. Sedangkan Chia sekarang melamun sambil menikmati minumannya.
"Loui!" Chia menepuk tangan Louis. "Bangun. Gue mau pulang."
Louis masih belum bangun. Chia mengernyit melihat anak laki-laki tersebut. Perlahan, tangan Chia mulai menggelitiki tangan Louis. Dia menahan tawa.
Dan itu berhasil membuat Louis terbangun dengan kaget. "Eh?!"
Chia tertawa. "Ayoo. Kok lo malah tidur sih? Katanya mau-"
"Ngantar lo pulang." Louis yang masih mengantuk, beranjak dari sofa dan pergi ke dapur. "Bentar, gue siap-siap dulu."
Chia yang sudah berdiri, kembali diam untuk menunggu Louis. Tak lama kemudian, Louis muncul dengan jaketnya. "Ayo."
"Ayoo." Chia bersemangat.
"Eh, tapi tunggu dulu." Louis menahan Chia. Dia menyodorkan sebuah paperbag. "Kue untuk lo, dari Millie."
"Oh, makasih ya." Chia menerima paperbag tersebut dengan senyum manisnya. Louis membuka pintunya dan keluar, ke garasinya.
Chia membuntuti. Louis mengambil motornya dan memakai helmnya.
"Lo sering ke rumah Will ya?" tanya Chia, basa-basi sebelum pulang.
"Iya." Louis menjawab seraya menghidupkan mesin motornya.
"Lo tau anak losers club?" tanya Chia lagi.
Louis menghela napas, berusaha sabar. "Tau kok."
"Siapa aja?"
"Jaeden, Finn, Jack, Wyatt kan? Siapa yang gak tau?" Louis mengangkat alisnya.
"Gue, sebelum dikasih tau sama Anna dan Lauren." Chia naik ke motor Louis, duduk di belakang Louis yang akan memboncengnya. Dia sedikit khawatir terhadap berat badannya yang sudah naik karena kebanyakan makan.
"Eh, enak ya manggil lo Loui." Chia kembali mengoceh.
"Hmmm."
Chia menarik napas panjang, mengerti kalau Louis tak mau berbicara dengannya. "Yaudah ayo jalan."
Louis mengangguk dan mulai membonceng Chia.
Selama di boncengan Louis, Chia memandang jalanan dan menikmati angin sore yang segar. Louis hanya diam dan sesekali melihat pantulan diri Chia dari kaca motor. Chia tak mengoceh lagi. Dia lebih memilih diam.
"Tumben gak ngomong." Louis bersuara, memecahkan keheningan di antara mereka berdua.
Chia mendengus pelan. "Enggak mau."
Louis tertawa pelan. Lucu rasanya melihat anak perempuan berambut cokelat gelap itu merajuk.
Tangan Louis bergerak ke belakang, meraih tangan Chia. Chia kaget dan memandang Louis tanpa bersuara. Sedari tadi dia memang tak memeluk Louis. Walaupun dia takut jatuh dari motor ini.
"Ngapain sih," batin Chia bingung. Louis meletakkan tangan Chia yang dipegangnya, ke perutnya. Ia juga meraih tangan Chia yang satunya lagi, lalu meletakkan tangan Chia ke perutnya juga.
Dan sekarang, Chia memeluk Louis. Dia berusaha tak menyender kepada Louis. Tetapi ketika Louis mengerem tiba-tiba, kepala Chia refleks bersandar ke punggung Louis. Louis menahan tawa dan kembali fokus agar tak kecelakaan.
"Lo kok ngerem tiba-tiba?" tanya Chia dengan wajah merengut jengkel.
"Maaf, gak hati-hati gue tadi." Louis menyengir lebar. Chia menggeleng-gelengkan kepala.
Sesampainya di rumah, Chia turun dari motor dan menatap Louis. "Makasih yaa," ucap Chia, tersenyum.
"Iya, sama-sama," balas Louis. "Jangan lupa dimakan kuenya."
"Iyaa." Chia mengangguk. Dia melambaikan tangannya, "Dadah!"
"Dahh!" balas Louis. Chia masuk ke dalam rumahnya dan Louis pun kembali mengendarai motornya.
ยฐยฐยฐ
They don't know about the things we do
They don't know about the I love you's
But I bet you if they only knew
They would just be jealous of us
They don't know about the up all nights
They don't know I've waited all my life
Just to find a love that feels this right
Baby, they don't know about, they don't know about us
Chia bernyanyi sendiri di dapur. Dia sudah mandi, berganti baju, dan lain-lainnya. Yang sekarang dia lakukan adalah ngemil.
Chia membuka paperbag yang diberikan Louis tadi dan mengeluarkan kue yang diberi Millie. Chia tersenyum. Dia sudah berterima kasih kepada Millie lewat chat. Ya, tak membutuhkan waktu lama untuk mereka agar menjadi akrab.
Setelah mengeluarkan kue itu, Chia merasakan sesuatu yang janggal. Dia mengernyit dan mengecek isi paperbag itu.
Sedetik kemudian, Chia terbelalak. Dia sedikit mundur.
Ada sebuah handphone di dalam paperbag itu. Chia berpikir-pikir, siapa pemilik handphone itu. Tak mungkin ini punya Millie. Apa Issie? Tapi Issie sedang pergi tadi.
Tangan Chia pun terulur mengambil handphone tersebut. Dia menghidupkan benda itu dan melihat wallpaper nya. Hanya sebuah wallpaper biasa. Bukan wajah orangnya.
Chia menarik napas panjang. "Siapa sih pemiliknya? Apa jangan-jangan..."
Chia terkejut. Dia segera naik ke atas, meninggalkan kuenya sebentar.
Sementara itu, Louis di rumahnya, sudah merasa panik. "Handphone gue ada di dalam paperbag!"
ยท
ยท
ยท
don't forget to vote + comment !
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: Truyen247.Pro