ChΓ o cΓ‘c bαΊ‘n! VΓ¬ nhiều lΓ½ do tα»« nay Truyen2U chΓ­nh thα»©c Δ‘α»•i tΓͺn lΓ  Truyen247.Pro. Mong cΓ‘c bαΊ‘n tiαΊΏp tα»₯c ủng hα»™ truy cαΊ­p tΓͺn miền mα»›i nΓ y nhΓ©! MΓ£i yΓͺu... β™₯

06

❝ Bedanya gue sama El apa ya ? ❞
- louis.

°°°

"Hai, Chia!!"

Jules, Anna, Lauren, dan Shay menyambut Chia setibanya anak perempuan berambut cokelat itu di sekolah. Chia tersenyum manis dan melambaikan tangannya.

"Haii!!" balasnya. Keempat sahabatnya tersenyum. Chia duduk di sebelah Lauren. Jules duduk dengan Anna di depan Lauren dan Chia, sedangkan Shay duduk di belakang Lauren dan Chia, dengan Sophie.

"Eh, tau gak?" Anna mulai berbalik. Chia mencondongkan tubuhnya.

"Apa?" tanya Chia, Jules, Lauren, dan Shay. Sophie menulis di bukunya dengan serius.

"Geng nya si Val deket banget sama geng Shelby," kata Anna. Chia membelalak. Dia berpandangan dengan Lauren yang langsung peka.

"Shelby bukannya-"

Chia menunduk. Jarinya bertaut. Ada rumor yang mengatakan kalau Shelby menyukai Val. Shelby Lincoln, anak perempuan terpopuler di sekolah Chia. Dia cantik, tapi soal sifat, dia kalah.

Chia pernah sekali di permalukannya di kantin. Gara-gara dompet Chia ketinggalan di loker, Shelby berteriak di kantin. Awalnya, dia berpura-pura ingin membantu Chia, tetapi dia berbohong.

Dan hal itulah yang membuat Chia membenci Shelby.

"Val gak mungkin suka sama Shelby," kata Lauren. "Val gak suka siapa-siapa."

"Val gak suka sama Shelby? Tapi kan-"

Anna memandang Chia. Dia pun berhenti berbicara.

"Chia?"

"Gapapa," jawab Chia. Anna memandangnya dengan penuh rasa bersalah.

"Tenang, Chia." Lauren memegang tangan Chia. "Gue yakin, Val gak suka sama Shelby."

"Yeah, maybe." Chia mengangguk. "Tapi yang pasti, dia gak suka sama gue."

"Jangan gitu dong. Lo udah berusaha, pasti dia bakal peka," kata Lauren. Chia meringis.

"Gimana dia mau peka. Nomor telepon aja gak dikasih-kasih," kata Chia, merasa putus asa.

"Abang gue punya nomor Val. Nanti gue kasih, oke?" kata Lauren. Chia pun langsung membelalak dengan mata berbinar.

"Serius?!" Chia menatap Lauren dengan kaget. "Kenapa baru bilang??"

"Johnny dapatnya baru semalam. Mereka mutualan. Mau gue kirim? Biar gue minta nomornya Val sama Johnny," kata Lauren, mengeluarkan handphone dari sakunya dengan wajah berseri-seri. Chia mengangguk dengan semangat.

"Mau!" kata Chia. Lauren tertawa pelan, lalu dia mengirim pesan pada abangnya, Johnny. Setelah mendapatkan nomor Val, Lauren membagikan nomor itu pada Chia.

"Syukurlah! Doa Chia dikabulin juga!" Chia tersenyum bahagia. Keempat sahabatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

°°°

Pelajaran olahraga. Pelajaran yang tidak disukai oleh Chia. Dia dan keempat sahabatnya pergi ke ruang ganti untuk memakai baju olahraga. Chia terus mengeluh sedari tadi.

"Cuacanya panas banget sih. Mana enak olahraga kek begitu," keluh Chia. Shay yang mendengarnya, menggeleng-gelengkan kepala.

"Chia, Chia. Doain aja semoga pelajarannya seru," hibur Shay. Chia mengangguk.

Setelah mengganti baju, mereka pergi ke lapangan. Matahari bersinar terik di langit.

"Tumben masih sepi. Apa kita kecepetan?" tanya Jules, melihat sekeliling dengan bingung.

"Palingan mereka lagi ngambil bola," kata Chia. Dia menatap sahabat-sahabatnya dengan mata berbinar. "Ambil bola yuk!"

"Belajar dulu dong. Entar aja ambilnya," kata Lauren.

"Tapi kalau keburu di rebut orang gimana?"

"Ya nanti kita gercep ngambilnya."

Pembicaraan mereka terhenti saat sekelompok anak laki-laki melewati koridor.

"Eh! Lihat tuh!" Anna menepuk pundak mereka. Chia, Jules, Lauren, dan Shay menoleh.

Para anak perempuan langsung heboh.

"WAH! GANTENG!"

"CAKEP BANGET! SIAPA SIH MEREKA?"

"YANG PALING DEPAN-EH ENGGAK! SEMUANYA PUNYA GUE!"

"GAK! MEREKA PUNYA GUE!"

"Gue kok baru lihat mereka ya?" tanya Jules bingung.

"I know!" Mata Anna berbinar. "Mereka tuh anak losers club!"

"Losers club apa?" tanya Shay, mengernyitkan dahi.

"Geng anak losers lah! Bukan anak pecundang sih. Tapi geng nya si Michael namain mereka begitu. Padahal mereka bukan geng awalnya," jelas Anna.

"I know! Johnny pernah ceritain mereka." Lauren berseri-seri.

"Yang di depan itu, yang rambut putih, mirip Draco Malfoy gak sih?" kata Chia.

"Iya! Namanya Jaeden Martell, kalau gak salah. Dia udah sold out sih," kata Lauren, berpikir-pikir. "Gue rada lupa."

"Yang keriting dua gue tau tuh. Yang di sebelah si Jaeden tadi, namanya Wyatt Oleff, iya kan? Yang jalan di sebelah rambut keriting-eh! Ada tiga rupanya yang keriting. Yang jalan di sebelah si keriting tinggi, namanya Jack Dylan Grazer kalau gak salah," oceh Anna. "Mereka juga udah punya pacar."

"Yang itu? Yang rambut keriting tinggi kayak tiang listrik? Namanya siapa? Udah punya pacar gak?" tanya Jules.

"Finn Wolfhard kalau gak salah. Dia temannya teman abang gue," kata Lauren.

"I know. Noah Schnapp kan? Yang sering live sama abang lo?" kata Anna. Lauren mengangguk.

"Dia udah punya pacar?" tanya Jules.

"Kabarnya sih belum," kata Anna, mengangkat bahu.

Mereka terus memperhatikan sekelompok anak laki-laki itu, sampai tiba-tiba, William dan Louis memasuki lapangan. Semua pandangan langsung tertuju kepada mereka.

Chia tidak bohong. Louis tampak menarik pada pelajaran ini. Penampilannya berbeda dengan yang biasanya.

Jules menyenggol lengan Chia sambil menyeringai. "Dia cakep kan? Lo gak suka?"

Chia tersenyum paksa. "Enggak."

"Kenapa? Masih setia sama si Val yang gak peka itu?" tanya Jules. Chia mengangguk.

"Chia udah dapat nomornya, tinggal Chia chat!" Giliran Chia yang menyeringai. Jules menggeleng-gelengkan kepala.

Pelajaran dimulai tak lama kemudian. Mr Josh mengajar dengan tegas. Mereka disuruh pemanasan. Para anak perempuan terus memandang Louis dan William yang paling menarik di antara para anak laki-laki di lapangan ini.

Masih pemanasan, Chia sudah pusing. Tak heran. Dia lupa sarapan tadi pagi. Mum pergi ke rumah nenek selama tiga hari, dan Chia ditinggal sendirian.

Saking pusingnya, Chia jadi tak fokus. Tubuhnya mulai oleng. Dan...

BRUK!

Chia terjatuh dan pingsan. Bukan pura-pura. Semuanya pun langsung melihatnya dan mengerubunginya. Termasuk Jules, Lauren, Anna, dan Shay yang sangat bingung.

"Permisi." Mr Josh menerobos kerumunan. Dia melihat Chia dengan bingung. Lalu Mr Josh melihat sekeliling. Pandangannya pun tertuju kepada Louis yang sedang berdiri diam di tempatnya.

"Louis Partridge!" panggil Mr Josh. Louis menoleh. "Bawa Miss Valerie ke ruang perawatan sekolah!"

Louis menghela napas, lalu dia berjalan ke arah Chia. Dia menggendong anak perempuan itu dan berjalan ke ruang perawatan sekolah. Membuat semua murid memandangnya.

Jules, Lauren, Anna, dan Shay saling pandang. Seperti telepati. Sedangkan itu, William menghela napas dan berkacak pinggang. Dia sudah mengetahui apa rahasia Louis. Ataupun El.

"Louis, Louis..."

°°°

Louis membaringkan Chia di kasur ruang perawatan. Madam Eliza menghampiri kasur Chia dan langsung mengecek kondisi anak perempuan itu.

"Dia belum sarapan sepertinya. Pantas saja dia pusing dan pingsan di pagi-pagi terik begini," kata Madam Eliza. Louis menatap Chia.

"Dia pacar kamu ya?"

Louis mendelik kepada Madam Eliza yang bertanya kepadanya. Louis langsung menggeleng.

"Enggak, Madam. Mr Josh nyuruh saya buat ngantar dia ke sini," ujar Louis, tersenyum gugup. Madam Eliza tertawa.

"Ooh, begitu. Yaudah, saya tinggal dulu ya, buat bikin teh. Paling sebentar lagi pacar-eh, teman kamu siuman," kata Madam Eliza, tersenyum. Louis mengangguk, memandang Madam Eliza yang sudah pergi ke mejanya.

Louis menarik sebuah kursi dan duduk di sebelah kasur Chia. Dia memandang Chia yang matanya terpejam.

"Dia beneran pingsan?" batin Louis kurang yakin. Karena Chia tak tampak seperti sedang pingsan.

Meskipun begitu, Louis memandang Chia dengan sedikit deg-degan. Baginya, Chia cantik, walaupun dia sedang tidur.

Louis mendekat. Tangannya terjulur dengan pelan ke kepala Chia. Dia mulai mengelus rambut Chia. Senyum pun terukir di wajahnya.

"Bedanya gue sama El apa ya?" batin Louis, cengar-cengir tak jelas. Jujur saja, Louis takut ketahuan Chia, kalau dia sedang mengelus rambut anak perempuan itu.

Dan ternyata terjadi. Beberapa saat setelah Louis membatin tadi, mata Chia terbuka dan dia melihat sekeliling. Pandangannya pun tertuju kepada Louis.

"EH!" Chia langsung terduduk dan mundur. Louis terbelalak dan dengan sigap menurunkan tangannya.

"Lo ngapain disini?! Gue dimana ini?!" Chia melihat seisi ruang perawatan dengan kaget.

"Lo tadi pingsan. Mr Josh nyuruh gue ngantar lo kesini," jawab Louis tenang. Chia terus menatapnya dengan waswas.

"Jules, Lauren, Anna, sama Shay mana?" tanya Chia, mulai tenang.

"Olahraga," jawab Louis.

"Lo gak olahraga?" tanya Chia. Louis menggeleng.

"Kan gue disuruh bawa lo kesini, sekalian jagain lo," ujar Louis. Memang Mr Josh tak menyuruhnya menjaga Chia, tetapi Madam Eliza menyuruhnya.

Ketika Chia ingin berbicara lagi, Madam Eliza datang sambil membawa secangkir teh di sebuah nampan.

"Untung kamu udah siuman. Ini tehnya ya," kata Madam Eliza, tersenyum sembari meletakkan cangkir teh itu di meja sebelah ranjang Chia.

"Terima kasih, Madam," ucap Chia, tersenyum. Madam Eliza membalas senyumannya dan pergi.

Tangan Louis bergerak mengambil cangkir itu. Dia memberikan teh itu kepada Chia.

Chia tersenyum tipis. "Thanks."

Louis mengangguk. Chia menikmati teh itu. Tapi dia tak tahan ingin bicara.

"Eh, Loui," panggil Chia. Dia merasa lebih enak jika memanggil Louis dengan nama panggilan itu.

"Apa?" Louis menoleh dan menyahut dengan singkat.

"Lo anak ke berapa?" tanya Chia. Bingung mencari topik apa. Jadinya dia menanyakan itu.

"Kedua," jawab Louis. "Kalau lo?"

"Anak tunggal," jawab Chia. "Lo kenapa pindah kesini?"

"Gapapa. Keluarga gue pengen pindah kesini," jawab Louis.

"Enak gak, punya kakak atau adik?" tanya Chia penasaran. Louis mengangkat bahu.

"Kadang enak, kadang ya gitu," jawab Louis. "Kalau lo? Enak gak jadi anak tunggal?"

"Gak terlalu enak menurut gue," ujar Chia, menyeruput tehnya. "Gak ada teman main."

Louis mengangguk-angguk mengerti.

"Loui."

"Hm?"

"Lo punya secret admirer?"

Β·
Β·
Β·

hii smuaaa ! maaf aku baru upload :((

don't forget to vote n comment !

ini gue bingung bgt akhir chap ini gmn , jadinya begitu 😩

maaf kalau ada typo. bye !

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: Truyen247.Pro