Chร o cรกc bแบกn! Vรฌ nhiแปu lรฝ do tแปซ nay Truyen2U chรญnh thแปฉc ฤ‘แป•i tรชn lร  Truyen247.Pro. Mong cรกc bแบกn tiแบฟp tแปฅc แปงng hแป™ truy cแบญp tรชn miแปn mแป›i nร y nhรฉ! Mรฃi yรชu... โ™ฅ

05

โ lo itu... el? โž
- william.

ยฐยฐยฐ

Chia sudah menyerah untuk mencari wujud El. Dia benar-benar sangat bingung dengan wujud laki-laki tersebut.

Minggu pagi. Chia bangun lama pada hari liburnya, dan melakukan rutinitas seperti biasa. Hari ini benar-benar surga bagi Chia. Dikarenakan dia bebas maraton film, tak mengerjakan tugas, dan bebas jalan-jalan kemana saja.

Chia mengambil handphone-nya dan membuka Instagram nya. Sudah tampaklah notif dari El. Dia segera membuka DM itu dan membalas pesan El.

L

pagi chia

pagii el !
udah sarapan belum ?

udah
kalau chia?

udah kok
el libur juga kan

iyalah
masa engga

el

apa?

ga jadi

astaga.

maaf maaf
el

apa lagi

el suka sama siapa ?

kamu

eh

engga lah
el belum suka siapa-siapa
emang kenapa?

ooh
el jomblo ?

udah taken kok
sama guling

sa ae lo el

chia jomblo?

iyalah
pengennya sama val :((
tapi dia ga peka-peka

lama-lama dia bakal peka kok

el

apa

first love el siapa ?

hmm
siapa yaa . . .
perempuan pastinya
tapi gue ga mau kasih tau

yaudah gapapa
desc dia dong

baik
agak manja
keknya pinter
cantik ofc

woww

kalo chia
first love nya siapa?

sepupu

ha??

iya , sepupu

kok bisa??

sini chia ceritain

ยฐยฐยฐ

Throwback.

"Chia!" Mum memanggil anak perempuannya yang masih berumur lima tahun itu.

"Sebentar, Mum! Chia belum selesai sisir rambut!" seru Chia dari kamarnya. Anak itu menyisir rambutnya dengan sangat pelan, berharap rambutnya akan menjadi sangat rapi.

Dia telah memakai gaun kesayangannya yang berwarna pink. Anak perempuan berambut coklat itu juga sudah menyiapkan barang-barangnya di dalam ransel putih miliknya.

Hari ini, ia dan keluarganya akan pergi ke rumah neneknya. Karena adanya rapat keluarga, jadi mereka harus ke sana. Chia sangat tak sabar untuk bertemu dengan sepupu-sepupu dari ibunya.

Sepupu Chia lumayan banyak. Kebanyakan dari ayahnya. Chia dekat dengan sepupu-sepupunya. Maupun dari ayahnya, atau ibunya.

Chia memilih-milih sepatunya. Dia memilih sepatu berwarna putih. Baginya sepatu ini cocok dengan warna apa saja. Tapi ada satu kekurangan dari sepatu putih ini : cepat kotor.

Chia harap, tak ada kotoran yang bisa mengotori sepatunya. Dia naik ke mobil, di bagian tengah, dan menutup pintunya. Anak perempuan itu benar-benar sangat bersemangat.

"Berapa jam perjalanannya, Dad?" tanya Chia. Dad menoleh dan menjawab, "Tiga jam, Chia."

Chia pun mengangguk-angguk dan mulai mengkhayal, yang berujung tertidur.

3 jam kemudian. Mobil terparkir di depan sebuah rumah yang lumayan besar dan bercat putih cokelat. Mum membangunkan Chia, yang sudah tertidur pulas.

Mereka bertiga pun disambut dengan senang oleh nenek dan keluarga yang lain. Mum menyuruh Chia untuk pergi dari ruang tamu.

"Chia, kamu ke halaman belakang aja ya. Sama sepupu yang lain," kata Mum, seraya memegang pundak Chia. Chia pun mengangguk dengan wajah berseri-seri, "Oke, Mum!"

Chia pergi ke halaman belakang rumah neneknya tersebut. Di halaman yang lebar itu, terdapat banyak bunga, air mancur, perosotan dan ayunan, dan alat pemanggang barbeque.

Chia bertemu dengan sepupu-sepupunya yang sangat banyak. Dia bermain dengan Patricia, sepupu yang sebaya dengannya. Patricia berambut merah, dengan mata biru, dan lebih tinggi daripada Chia yang terbilang pendek.

Chia mempunyai dua sepupu yang sebaya dengannya. Patricia, dan satu orang lagi. Sepupunya yang satu lagi itu jarang bertemu dengannya. Bahkan tak pernah.

"Hei, Chia!" panggil Patricia saat mereka bermain ayunan. Chia menoleh, "Apa, Pat?"

"Tau gak? Anaknya Bibi Genevieve, bakal datang ke sini!" kata Patricia dengan wajah berseri-seri. Chia mengernyitkan dahi dengan bingung.

"Bibi Genevieve siapa?" tanya Chia. Patricia terbelalak setelah mendengar pertanyaan Chia.

"Astaga, Chia! Bibi Genevieve lhoo, yang anak nya sebaya sama kita!" kata Patricia. Sekarang, giliran Chia yang terbelalak.

"Anaknya sebaya sama kita?? Berarti yang sering kita omongin itu kan??" kata Chia. Matanya berbinar.

"Iyalah! Katanya, dia mau datang." Patricia mengangguk dengan wajah berseri-seri. Sama senangnya dengan Chia. Tak sabar bertemu dengan sepupu mereka yang seumuran itu.

"Ngomong-ngomong, Bibi Genevieve itu anak kedua dari nenek, alias kakaknya mama kamu," ujar Patricia. "Dan kakaknya papa aku."

"Oohh." Chia mengangguk-angguk mengerti.

Tak lama kemudian, datanglah seorang perempuan yang sepertinya lebih tua dari Mum. Dia masuk ke halaman belakang dengan seorang anak laki-laki di sebelahnya.

Semua orang pun menatap mereka. Anak laki-laki tersebut tampak dingin. Dia seperti baru pertama kali ke sini.

Chia dan Patricia berpandangan. Mereka yakin, kalau itulah sepupu mereka yang seumuran dengan mereka.

Bibi Genevieve, ibu dari anak laki-laki itu, berbisik kepada anaknya. Anaknya pun mengangguk dan Bibi Genevieve masuk ke dalam rumah.

Anak laki-laki itu berjalan ke perosotan. Dia bergabung dengan sepupu laki-laki lainnya.

"Oh, jadi itu dia?" kata Chia. Patricia mengangguk dengan wajah berseri-seri.

"Ganteng ya," kata Patricia. Chia mendelik.

"Ya ampun, Pat. Tapi emang benar sih, dia ganteng," kata Chia, memandang anak laki-laki itu.

Dia memakai kaus lengan pendek berwarna hitam. Celananya panjang, berwarna putih. Rambutnya cokelat kehitaman.

Dengan cepat, Chia bangkit dari ayunannya dan berjalan. Patricia memandangnya dengan terkejut.

"Chia! Mau ngapain?" teriak Patricia. Chia menoleh dan menjawab, "Samperin dia lah! Chia mau nanya nama dia."

"Chia!!" Patricia mengejar Chia yang sudah berjalan jauh, menghampiri anak laki-laki tersebut.

"Hai." Chia menyapa anak laki-laki yang baru saja turun dari perosotan itu. Anak laki-laki yang disapa itu, menoleh.

"Hai," balasnya. Chia tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Aku Chia." Chia memperkenalkan dirinya. "Nama kamu siapa?"

Anak laki-laki itu menjabat tangan Chia dan menjawab pertanyaan Chia. "Ri-"

"Hei, ayo!" Sam, saudara laki-laki Patricia, memanggil anak laki-laki tersebut untuk bermain lagi.

"Bentar!" kata anak laki-laki tersebut. Dia memandang Chia dan tersenyum. "Aku main dulu ya. Dadah!" Dia melambaikan tangannya.

Chia tersenyum dan membalas lambaian tangannya. Jantungnya berdebar kencang. Dia merasakannya.

First...

love.

ยฐยฐยฐ

Chia bersyukur, dia masih bisa bermain dengan sepupunya waktu itu. Anak laki-laki itu jarang berbicara. Dia selalu mendengar Chia berbicara.

"Siapapun lo..." Chia berbaring di kasurnya seraya memandang ke langit-langit kamarnya, "gue pengen ketemu sama lo lagi."

Chia memeluk boneka teddy bear kesukaannya, lalu memejamkan matanya.

Tetapi baru saja ingin terjun ke alam mimpi, Mum sudah memanggilnya dari dapur.

"Chia! Antarin kue ini ke rumah William!"

"Mum, Chia mau tidur." Chia meringis pelan. Tapi dia tak ada pilihan lain. Alhasil, dia turun ke bawah dan melakukan apa yang disuruh Mum.

ยฐยฐยฐ

Louis duduk di kasur William. Dia sibuk membalas DM dari Chia. William yang sedang bermain game online di handphone-nya, melirik Louis dengan bingung.

"Serius amat lu," kata William. "Ngapain?"

"Gapapa," jawab Louis, masih senyum-senyum karena membaca cerita dari Chia tentang sepupunya. Ataupun first love nya.

"Sibuk amat. Gebetan baru lo?" tanya William.

"Enggak. Kepo lo," kata Louis. William melirik layar handphone Louis, yang langsung dijauhkan anak laki-laki tersebut.

Selama beberapa saat, mereka hening. Tak berbicara sepatah kata pun. Keduanya sibuk dengan handphone masing-masing.

Sampai akhirnya...

TOK! TOK! TOK!

William dan Louis berpandangan, lalu berlari turun ke bawah. Bersaing, siapa yang lebih dulu membuka pintu.

Dan Louis lah yang menang.

KLEK!

"Hai." Chia berdiri di depan pintu dengan wajah datar. Tangannya memegang sekotak kue.

"Hai," balas Louis, masih ngos-ngosan karena berlari.

"Kenapa kalian? Lomba lari?" tanya Chia, mengerutkan dahi.

"Eng-"

"Iya. Gue kira paket gue dateng. Taunya lu yang datang," jawab William. Chia tersenyum masam.

"Nih, ada kue dari Mum." Chia menyodorkan kue itu kepada William. Laki-laki bermata biru itu langsung menerima kue yang diberikan Chia.

"Bye," ucap Chia, tersenyum dan melambaikan tangannya. Louis membalas lambaian tangan Chia dan tersenyum.

"Wow, wanginya enak banget." William mencium bau kue itu yang menyebar keluar dari kotak. Louis menutup pintu dan membuntuti William ke dapur.

"Makan yuk," ajak William, mempersiapkan piring, sendok, garpu, dan alat-alat makan lainnya di meja makan. William dan Louis hanya berdua di rumah. Keluarga William sedang pergi berbelanja bulanan.

"Ayo," kata Louis. "Eh, tapi gue mau ke toilet sebentar."

Louis meletakkan handphone nya di meja makan. "Jagain ya."

William mengangguk seraya membuka kotak kue. Dia memotong kue tersebut menjadi dua potongan, lalu meletakkan potongan-potongan itu di piring. Satu untuknya, satu untuk Louis.

TING!

Sebuah notifikasi muncul di handphone Louis. William mengernyitkan dahi dan melihat layar handphone Louis.

INSTAGRAM
@alychiavalerie_ : el , lagi ngapain?

William kaget bukan main. Pisau plastik yang dipegangnya, terjatuh. Dia ingin sekali membuka notifikasi itu, tetapi dia tak tahu apa kata sandi handphone Louis.

"Will." Louis kembali dari kamar mandi. "Kenapa?"

William memandangnya dengan curiga. Membuat anak laki-laki itu bingung.

"Emm, lo kenapa?" tanya Louis. William berjalan mendekatinya dengan perlahan. Dia mengawasi Louis dengan curiga.

"Lo itu... El?"

ยท
ยท
ยท

haii !

maaf baru update. jangan lupa vote n comment ya !

maaf kalau ada typo ataupun kesalahan lainnya.

jaga kesehatan dan semangat puasa !

see u <3

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen247.Pro