ChΓ o cΓ‘c bαΊ‘n! VΓ¬ nhiều lΓ½ do tα»« nay Truyen2U chΓ­nh thα»©c Δ‘α»•i tΓͺn lΓ  Truyen247.Pro. Mong cΓ‘c bαΊ‘n tiαΊΏp tα»₯c ủng hα»™ truy cαΊ­p tΓͺn miền mα»›i nΓ y nhΓ©! MΓ£i yΓͺu... β™₯

04

❝ El siapa sih ? ❞
- chia.

°°°

"El, el, tunjukkan wujudmu."

Chia terus bergumam selama berjalan di koridor. Sesampainya di lokernya, dia membuka pintu loker tersebut.

Sebuah biskuit pun muncul di hadapan Chia. Dia kaget dan tak berkata apa-apa.

"B-biskuit?!" Chia melihat kertas yang diletakkan di samping kemasan biskuit tersebut.

Makan ya. Gue tau lo suka ini.

El

"EL?!"

°°°

Chia tak fokus belajar. Dia terus memikirkan tentang El.

Bagaimana bisa El membuka lokernya?

"Chia!" Jules menyenggol lengan Chia yang duduk di sebelahnya saat di kelas sains.

"Eh, maaf." Chia terkejut dan segera bergerak menyelesaikan pekerjaannya.

"Lo mikirin apaan sih dari tadi pagi?" tanya Jules.

Chia menarik ujung bibirnya, dan menjawab, "El."

"Astaga." Jules menepuk dahinya. "El lagi, El lagi. Forget about him. Dia gak nyata."

"Gak nyata?!" Refleks, Chia berkata keras. Semua orang pun melihatnya. Jules segera menutup mulut Chia.

"Chia!" Jules memberi isyarat kepada Chia agar tak bersuara keras. Chia menyengir dan mengangguk.

Lalu Chia berbisik, "El gak nyata?"

"Iyalah. Dia virtual doang palingan," kata Jules, kembali fokus pada pekerjaannya.

"Jadi, yang McD gitu? Dari mana?" tanya Chia bingung.

"Kebetulan aja palingan," kata Jules.

"Biskuit tadi?"

"Biskuit apa?" Jules mengernyitkan dahinya.

"Biskuit yang ada di loker Chia! Ada kertas ucapan dari El juga!" kata Chia. Jules terbelalak.

"G-gimana dia bisa buka loker lo??" Jules sangat kaget.

"Chia juga gak tau! Makanya, dari tadi Chia mikirin itu," ujar Chia. Jules berpikir.

"Eh, bentar, bentar." Jules berpikir keras. "El itu, artinya apa?"

"Hmm gak tau," jawab Chia, mengetuk-ngetuk pulpennya di dagu. "Tapi, kalau Chia dm El, namanya itu inisial L..."

Chia pun tersadar.

"Namanya dari L!"

°°°

"Huh, capek banget kaki Chia!"

"Yaudah sama."

Chia dan Jules dihukum berdiri di luar kelas. Mereka diperhatikan oleh orang yang ada di koridor. Dan itu membuat mereka sangat malu.

"Aduh, kapan sih pelajarannya siap??" Chia terus menggerutu. Ini sudah ke dua puluh kalinya Chia menanyai itu.

"Gak tau nih." Jules memandang ke bawah. Menggerak-gerakkan kakinya yang sudah pegal karena terus berdiri.

"Hmm, Chia pengen lihat Val deh." Chia melihat sekeliling. Jules pun menatap Chia dengan datar.

"Kita dihukum berdiri gini, dan lo masih mikirin si Val dingin itu??" Jules menggeleng-gelengkan kepala.

"Gimana yaa. Chia chat sama El, tapi mimpinya sama Val." Chia memandang ke atas, seperti halu.

Jules mendecak. "Ck ck ck, dasar Chia."

Tiba-tiba, terdengar suara ribut-ribut dari arah kanan. Kedua anak perempuan itu pun menoleh.

"Louis! Jangan dimainin tuh embernya! Nanti tumpah!"

"Yaudah. Tapi kalau gue guyur ke lo, mau gak?"

"Ngadi-ngadi lu!"

Jules tersenyum masam. "Mereka lagi. Sabar."

William dan Louis yang berjalan ke arah Chia dan Jules, melihat kedua perempuan itu.

"Ngapain kalian?" tanya Will.

"Nungguin buaya," kata Chia. "Pake nanya lagi. Gak lo lihat kami ngapain?"

"Gantung diri."

"Punya temen gini amat."

"Kalian dihukum?"

"Ya."

"Aduh, udah deh ya. Berantemnya di rumah aja, oke?" kata Jules. Chia langsung melotot. Louis hanya tertawa pelan.

Chia memandang Louis. "Hai."

"Hai," balas Louis.

"Kalian dihukum juga, ha?" Jules bersedekap tangan dan bertanya pada Will. "Gue tebak, dihukum sama Harold cleaning service."

"Itu tau." Will memegang sapunya.

"HAHAHAHAHA."

Tawa Chia meledak. Suaranya keras sekali. Jules segera mendelik dan menegur Chia dengan panik.

"Chia!"

Tapi terlambat. Chia sudah terbahak, sampai Mr Sean keluar dari kelas dengan wajah galaknya.

"Siapa yang tertawa?!"

Chia langsung membisu. Will menunjuk Chia.

"Chia, Sir!"

"Miss Valerie." Mr Sean memandang Chia, membuat Chia menjadi tegang dan kaku. "Kamu... harus membantu William dan Louis."

Chia langsung terbelalak. "Sir! Tapi kan saya-"

"Tidak ada kata 'tapi' dalam kamus saya!" Mr Sean menggeleng. "Sekarang! Bantu Louis dan William!"

Chia mendengus kesal. Jules masih diam dengan tangan di belakang punggung.

"Kamu juga, Miss Leblanc. Bantu Miss Valerie."

"Argh," gerutu Jules kesal saat Mr Sean sudah masuk ke dalam kelas.

Alhasil, Chia dan Jules membantu Louis dan William yang saling pandang sambil menahan tawa.

"Sini sapunya!" Chia mengulurkan tangannya kepada Will. Will pun menyodorkan sapu yang dipegangnya tadi dengan puas.

Chia menyapu lantai koridor sambil menggerutu. Jules mengutip-ngutip sampah di koridor. William mengepel lantai, dan Louis menyapu bagian lain koridor.

Ketika keempat anak itu sedang sibuk membersihkan koridor, segerombolan anak laki-laki menaiki tangga dan muncul di koridor. Chia langsung menoleh. Dia terbelalak dan mulutnya terbuka.

"Val!"

Chia segera meninggalkan pekerjaannya dan mengejar Val. Val yang berdiri paling depan di antara gerombolan itu, berhenti berjalan.

"Again?" Dia menghela napas dan berbalik badan. Dilihatnya Chia yang dari kejauhan, tengah mengejarnya.

Berlari di lantai yang licin, membuat Chia lumayan oleng. Sepatunya menjadi licin dan lantainya kembali kotor. Bukan hanya itu. Chia juga terpeleset dan akan jatuh ke belakang tapi...

Louis menangkap Chia dengan memegang punggung anak perempuan tersebut.

Chia terbelalak kaget melihat Louis yang menangkapnya. Dia hampir saja jantungan karena terpeleset.

Louis menatap Chia. Baru kali ini dia menatap perempuan itu dari dekat.

Chia yang melihat Louis, sangat bingung. Keadaan pun menjadi awkward.

"M-makasih," ucap Chia, grogi.

"Sama-sama. Lain kali hati-hati," kata Louis. Chia hanya mengangguk dan berdiri. Dia melihat Val yang kembali berjalan.

"VAL, TUNGGU DULU!!!"

°°°

"Gak nyerah juga, Chi?"

Chia menggeleng. "Masih nomor telpon. Bentar lagi Chia nanya yang lain."

Chia meneguk minumannya. Dia berkeringat karena bersih-bersih tadi. Will menyuruhnya mengepel lantai. Kemudian, mereka berempat juga disuruh membersihkan toilet.

Bayangkan saja. Chia bingung. Mereka ke sekolah untuk belajar atau untuk bersih-bersih.

"Ngomong-ngomong soal El, kita selidikin dia yuk," ajak Shay. Keempat sahabatnya pun menoleh ke arahnya.

"SELIDIKIN?"

"Iya." Shay mengangguk. "Biar gak penasaran banget."

"Hmm, Chia setuju." Chia mengangguk. "Hampir tiap hari tidur Chia gak nyenyak, cuman gara-gara mikirin si El yang gak tau wujudnya gimana."

"Nah." Shay kembali mengangguk. "Kalau menurut gue, El itu nama samarannya."

"Terus tadi, Chia baru mikir kalau nama aslinya dari huruf L," ujar Chia.

"Berarti, kita harus cari anak-anak disini yang namanya dari L!" kata Shay.

"Ada banyak," kata Lauren. "Contohnya gue."

"Hmm, Lauren itu El?" Chia menyeringai walaupun ia tahu Lauren bukanlah teman virtualnya itu.

"Enggak lah, ih." Lauren menggeleng.

Anna mulai berbicara. "Di sini ada banyak yang namanya dari L. Lawrence, Lily, Laine, Lizzy, Louis-"

"Louis??" Chia melotot. "Louis Tomlinson??"

"JAUH BANGET HALUMU CHIA SAYANG." Jules tersenyum kepada Chia dengan masam. Dia menepuk dahinya.

"Eh, disini ada yang namanya El!" kata Lauren, yang kenal banyak orang di sekolah. "Ada Ellie, Ella, Elle, Elvi, Elwin, Elren, Elddie, Eldmund-"

"SEKALIAN SEMUANYA LO SEBUTIN, LAU."

Lauren tertawa. Shay sampai tersedak mendengar nama-nama yang disebutkan Lauren tadi.

"Eh, tapi serius. Yang Elvi tadi beneran ada," kata Lauren. "Biasanya dia dipanggil Elpi."

"Elpiji?" kata Chia, yang langsung ditepuk Jules.

"Pinter," kata Lauren. "Jadi, mau gak kita temuin si Elpiji ini?"

"Ayooo."

°°°

Sudah lama mereka mencari anak bernama Elvi Dawson ini. Sampai akhirnya, mereka bertemu dengan anak laki-laki pendiam itu.

"Hei!" Jules memanggil Elvi. Dia menoleh.

"Hm?" tanya Elvi yang melepas earphone-nya. "Kalian siapa?"

"Gue Jules. Ini Chia, ini Lauren, ini Anna, dan ini Shay," kata Jules.

"Oh, lo Jules yang setim sama Jayden Bartels di klub majalah?" tanya Elvi. Jules mengangguk.

"Kalau lo, Lauren Orlando adik Johnny Orlando yang terkenal itu kan?"

Lauren mengangguk.

"Lo Anna yang ikut klub nari kan? Terus lo Shay yang temenan sama Sophie, Momo, sama Malia kan? And lo..."

Elvi memandang Chia dengan kaget. Chia tersenyum.

"Lo yang suka sama Val itu kan?"

"Exactly!" Chia mengangguk. Dia duduk di sebelah Elvi.

"Lo punya Instagram?" tanya Chia. Elvi terdiam.

"First account lo apa? Boleh gue tau?" tanya Chia. Elvi masih diam.

Sampai akhirnya, Elvi menjawab.

"Gue gak punya Instagram."

Kaki Chia lemas. Rencana mereka gagal. Elvi bukanlah El.

Louis yang melihat mereka dari kejauhan, mengulum senyumnya.

Β·
Β·
Β·

haloo <3

jangan lupa vote + comment !

share cerita ini kalau kalian suka !!

bye !

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: Truyen247.Pro