01
โ Sampai kapan Chia bisa dapetin nomor teleponnya Val ? โ
- chia.
ยฐยฐยฐ
"Chia!"
"Sebentar, Mum!"
Remaja perempuan itu menyahut. Ibunya sudah memanggilnya dari tadi. Tapi remaja itu masih juga belum turun.
Alychia Valerie. Panggil saja Chia. Anak pertama dari satu bersaudara. Alias Chia adalah anak tunggal. Chia adalah seorang remaja yang periang, tidak bisa diam, suka mengkhayal, dan lumayan pintar. Sebenarnya dia pintar, tapi tidak dikembangkan saja pintarnya.
Chia berambut cokelat ke hitam-hitaman, bermata cokelat tua, tak kurus tak gemuk, dan tak tinggi tak pendek. Tubuhnya sama seperti kebanyakan remaja pada umumnya.
"Chia!"
"Sebentar, Mum!"
"Sebentar, sebentar. Gak turun juga!" kata Mum dari bawah. Chia pun semakin cepat bersiap.
Ini adalah minggu ketiga dia di sekolah barunya. Chia duduk di kelas sepuluh dan berumur 15 tahun.
"Lama banget ya dari tadi. Nanti telat lho," kata Mum seraya meletakkan piring sarapannya dan Chia di meja.
"Hehe, maaf, Mum," ucap Chia. Mum menggeleng-gelengkan kepala.
"Kebanyakan nonton film malam-malam nih, jadi lama bangun," kata Mum.
Chia mendengus pelan. "Cuman satu film doang kok, Mum. I swear!" Chia membentuk huruf V dari jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Yaudah. Cepetan makan, biar Mum antar ke sekolah nanti," kata Mum. Chia pun melahap makanannya.
Mum melihat jendela. "Lihat, tuh, Chia."
Chia pun mengikuti pandangan Mum.
"William anak tetangga sebelah udah mau berangkat tuh. Masa' kamu belum," kata Mum. Sengaja membuat anaknya cepat-cepat makan.
William Franklyn Miller. Tetangga Chia yang sangat sering dibanding-bandingkan dengan Chia setiap pagi. William dan Chia sangat jarang akur. William satu sekolah dengan Chia, tapi kelas mereka berbeda. Kamar Chia berseberangan dengan kamar William. Dan itu yang membuat Chia semakin kesal.
William suka memutar musik malam-malam. Membuat Chia semakin tak bisa tidur. Anehnya, orangtua Chia tak mendengar suara musik dari rumah Will itu.
Chia mendengus. "Will lagi, Will lagi," gumamnya pelan.
Setelah menghabiskan sarapannya, Chia diantar Mum ke sekolah. Ayah Chia sudah berangkat kerja dari jam setengah enam pagi. Hanya saat weekend Chia bisa menghabiskan waktu dengan Dad.
ยฐยฐยฐ
Sesampainya di sekolah.
Seperti biasa, Chia pergi ke lokernya untuk mengambil buku pelajaran pertama. Hari ini Senin, dan ini adalah hari terberat bagi Chia.
"Chia!"
Jules Leblanc, seorang anak perempuan yang lumayan terkenal di sekolah ini. Sahabat Chia yang paling dekat sama Chia dari kelas tujuh JHS.
"Lo ngagetin aja deh Jules," kata Chia, mengelus-elus dadanya.
"Lo ngantuk ya? Tadi malam pasti nonton film kan?" kata Jules, melihat wajahku dengan menyeringai.
"Tau aja lu. Lauren, Anna, sama Shay mana?"
"Di kelas. Ayo." Jules langsung menarik tangan Chia ke kelas mereka. Chia hanya mengikuti Jules.
Di kelas, Chia bertemu tiga sahabatnya yang lain. Ya, Lauren, Anna, dan Shay.
Lauren Orlando. Adik dari Johnny Orlando, murid laki-laki paling terkenal di sekolah ini. Hampir semua murid perempuan di sekolah ini menyukai Johnny. Lauren cantik, baik, dan riang juga. Bersahabat dengan Chia semenjak kelas delapan.
Anna Cathcart. Anak perempuan dari Kanada. Tapi terkadang, kalau dilihat sekilas, Anna seperti orang Korea. Anna baik, manis, dan periang juga. Suka bercanda dengan Chia. Bersahabat dengan Chia semenjak kelas sembilan.
Terakhir, Shay Rudolph. Cantik, baik, kalem, dan tenang. Shay adalah penyuka piknik dan penyuka musik. Dia bersahabat dengan Chia semenjak kelas sepuluh ini.
"Chia!!" sapa Anna seraya melambaikan tangannya pada Chia.
"Anna!" balas Chia, membalas lambaian tangan Anna. Chia duduk di sebelah Jules, dekat jendela kelas.
Sambil menunggu gurunya masuk, Chia memandang koridor kelas sepuluh yang dipenuhi banyak murid. Kemudian, perhatiannya tertuju kepada dua orang laki-laki yang sedang berjalan berdua.
"Jules!" Chia menepuk-nepuk pundak Jules dengan heboh.
"Apa, Chi-"
"Lihat tuh!" Chia pun menunjuk dua orang laki-laki tadi. Jules menghela napas dan ikut memandang dua laki-laki tersebut.
"Ih! Itu kan Will! Sama siapa dia?" tanya Jules. Chia menggeleng tanda tidak tahu.
"Gak tau. Makanya gue tanya sama lo," jawab Chia.
"Anak baru mungkin," kata Jules. "Samperin kuy."
Belum saja Chia menjawab, Jules sudah menarik tangannya dan membawanya keluar dari kelas.
Kedua anak perempuan tersebut menghampiri Will dan anak baru berambut cokelat tersebut.
"Hei, Will!" sapa Jules. William yang sedang berbicara dengan anak baru tersebut, menoleh dan mereka berhenti berjalan.
"Apa?" tanya Will.
"Gapapa," jawab Jules. Will mendengus. Jules pun memandang Louis. "Hai, nama lo siapa?"
Anak baru itu menjawab, "Louis Partridge."
"Gue Jules Leblanc, dan ini Alychia Valerie." Jules memperkenalkan dirinya dan Chia. Chia terkejut dan salah tingkah.
"Hai, gue Chia." Chia mengulurkan tangannya kepada Louis.
Louis hanya menatapnya, tidak menjabat tangan Chia sama sekali. Chia pun bingung dan melihat tangannya.
"Hai, Loui, eh Louis," kata Chia. "Salam kenal."
Chia menurunkan tangannya.
"Hai," kata Louis akhirnya. "Chia."
Chia tersenyum tipis. "Hai."
Tidak peka sekali.
Tiba-tiba, segerombolan anak kelas sebelas, muncul di koridor. Membuat suasana koridor langsung riuh. Chia menoleh, melihat salah satu anak kelas sebelas itu yang berdiri paling depan.
Chia pun menatap Jules dengan wajah berseri-seri. Chia mengedipkan sebelah matanya, dan Jules mengerti apa maksudnya.
"Jangan lagi," kata Jules. Tapi Chia tak menghiraukan perkataan Jules. Chia menghampiri anak kelas sebelas itu.
"Hai, Val! Selamat pagii." Chia melambaikan tangannya di depan laki-laki tersebut dengan senyum manisnya. Laki-laki tersebut hanya menatapnya dengan dingin.
Valerio Andrews. Panggil saja Val. Remaja laki-laki tinggi dengan wajah yang tampan dan dingin. Sikapnya sangat dingin, bagi Chia. Dan Chia tak memperdulikan itu.
Val adalah ketua geng terkenal di sekolah. Berisi murid-murid yang cakep semua. Tak usah susah payah mencari cogan. Di geng Val semuanya cogan.
"Pagi." Val akhirnya membalas sapaan Chia dengan dingin. "Mau apa?"
Chia tersenyum manis karena sudah di notice oleh Val. Dia mengeluarkan handphone dari sakunya dan mengangkat handphone tersebut di depan Val.
"Chia boleh minta nomor Val gak?" kata Chia dengan manis. Val memasang raut wajah datar.
"Enggak."
Lagi-lagi, Chia gagal. Ini sudah ke berapa kalinya ia meminta nomor telpon Val. Tetap saja gagal. Tak ada perubahan.
"Awas, gue mau ke kelas," kata Val dingin. Dia dan teman-temannya melewati Chia.
Chia pun berseru, "Sampai kapan Chia bisa dapetin nomor telepon Val??"
Val berhenti berjalan dan menoleh.
"Gak akan pernah."
ยฐยฐยฐ
"Lo kenapa sih, bucin banget sama tuh cowo?"
Jules mengerjakan latihan soalnya sambil mengomeli sahabatnya yang duduk termenung di sebelahnya.
Chia dengan tangan yang menopang dagu, menjawab, "Hmm, gak tau."
"Di pelet ya lo? Atau di kasih amortentia?" kata Jules. Dia melihat latihan Chia yang sudah selesai dari tadi.
Chia mendelik setelah mendengar pertanyaan Jules. "Gak mungkin lah. Chia gak kena pelet kok!"
"Terus kenapa lo bucin banget sama si Val?" kata Jules.
"Ada alasan yang enggak boleh lo ketahui," kata Chia, mengulum senyum. Jules hanya menatapnya dengan bingung.
"Sekali lagi gue bilang, STOP bucinin Val."
Sudah seratus kali (sepertinya), Jules mengatakan ini. Chia bahkan sudah bosan. Tapi Chia tidak pernah berhenti untuk menyukai badboy itu.
"Aduh, aduh. Gak bisa nih. Val nempel terus di otak Chia." Chia memegang kepalanya, berpura-pura sakit kepala.
"Val itu badboy, Chia. Dingin lagi orangnya. Titisan kulkas. Jadi lo harus berhenti kejar dia," oceh Jules.
"Hei, denger ya." Chia mencondongkan tubuhnya kepada Jules.
"Mimpi itu harus dikejar, sampai tergapai. Jadi, Chia gak boleh berhenti kejar Val."
Jules pun menoyor kepala Chia. "Masalahnya, Val gak suka sama lo."
"Pasti nanti dia suka kok. Tenang aja, mungkin ini belum waktunya," kata Chia, menyimpan banyak kesabaran di hatinya.
Jules menggeleng-gelengkan kepalanya. "Emang apaan sih yang lo suka dari Val?"
Chia tersenyum.
"Dia cakep."
Satu injakan pun diterima oleh Chia.
"Dasar Chia," kata Jules.
ยท
ยท
ยท
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: Truyen247.Pro