
•.14.•
Setiap wajah ceria bersemi, semua orang membeli setiap barang yang mereka inginkan.
"Hai, aku Elora. And... youu?"
Lelaki tinggi berambut kecoklatan dengan mata hazel yang sangat indah menjabat uluran tanganku.
"Louis. Louis Patrdige."
"Oh, hi Louis. Nice to meet you."
Louis memberiku senyum termanisnya, "Me too, Elora."
"El." Panggil Finn.
"Yaa?"
Finn mengernyitkan keningnya dengan tatapan sedikit kesal. Kenapa dia.
Louis yang melihat ekspresi Finn kemudian bersahut.
"Oh.. uhm.. maaf, a-aku bukan bermaksud mengganggu.... pacarmu.."
Aku terbelalak dan langsung mengelak. "E-eh, d-dia bukan paca--"
Belum juga menyelesaikan kalimatku, Finn menarikku kedalam pelukan bahunya.
"Yes, she is my girlfriend."
Aku hanya tertegun menelan ludahku mendengar obrolan ngawur mereka berdua. Aku sedikit menyikut perut Finn yang ber-six pack itu.
"Permisi! Ada orang disini!?" Ditengah obrolan asal ini, seketika muncul seorang wanita dengan anak kecilnya. Sepertinya mereka ingin membeli cookies.
Louis yang berjualan kelompok dengan teman perempuannya disebelah stand-ku, refleks berkata.
"Oke, maaf sebelumnya. Semangat berjualan!"
"A-aduh, Louis gapapa ko--"
"Oke, see you soon."
"I hope never too."
Finn yang masih memeluk bahuku dengan lengannya, ku tepis tangannya. Dan aku pergi melayani pembeli yang kurasa adalah pembeli ke-13...
atau mungkin.. 15? Entahlah, banyak pembeli yang sudah memberi uangnya untuk kukis ini sebelumnya.
"Good Morning, madam."
Ada yang bisa saya bantu?"
Bocah lelaki sekitar umur lima tahun yang berdiri disamping wanita itu mencoba berbicara denganku dengan cara melompat-lompat karena tingginya tidak bisa melihatku didalam stand.
"Hai kak! B-bisa--"
"Kemarilah, Coco." Akhirnya anak imut itu digendong oleh ibunya sehingga dapat berbicara kepadaku.
Aku tersenyum.
"Hai kak! Aku ingin membeli dua ribu cookies!" Katanya dengan semangat.
Finn terbelalak. "D-dua ribu...?"
"E-- uhm-- maaf, omongan anak kecil."
"Kami ingin membeli sepuluh kukis, bisa?"
Permintaan ibu Coco membuat kami sangat terkejut dengan senyuman kami. "Tentu! Tentu bisa, nyonya."
"Tunggu sebentar, akan kami siapkan untuk anda dan..."
Finn menghentikan ucapannya dan menyentuh hidung Coco.
"Dan anak imut satu ini!"
Aku hanya tersenyum memiringkan kepalaku melihat kebersamaan Finn dengan seorang anak kecil.
Sama sama imut, kurasa.
Finn akhirnya memalingkan pandangannya dan membantuku mengemas lima pack kukis pada plastik.
Finn menotal semuanya. "$25"
Aku mengangguk kemudian memberi plastik berisi kukis-kukis yang sudah terpesan.
"Totalnya $25 yaaa, Cocooo!"
Coco tersenyum lalu menolehkan wajahnya pada ibunya.
"Mama Coco?"
"Iya sayang, tunggu ya."
Beberapa detik kemudian Mama Coco mengambil plastik besar itu dan memberiku uang lebih.
Hendak memalingkan badan untuk mengambil uang kembalian, ia memberhentikanku.
"Sudah anak muda, ambil saja uang kembaliannya."
Aku tersenyum lebar.
"T-terimakasih."
"Terimakasih juga, Coco."
Coco si anak imut itu tertawa dan aku mengajaknya bertosan. "Hi-5?"
Dia menyatukan tangannya dengan tanganku. Kemudian Coco melambaikan tangannya dengan senyum manisnya meninggalkanku.
"Oh my god, he's so cute."
Finn memeggang kepalaku.
"You more, honey."
Aku reflek memukul pundak Finn.
"Heh!"
Finn hanya menyengir dan kubalas lagi dengan putaran bola mataku.
"Dahlah, gue mau cuci muka dulu."
Aku akhirnya pergi meninggalkan Finn sendiri di stand untuk pergi ke kamar mandi.
Sesampainya dikamar mandi yang luas ini aku langsung menuju wastafel dengan kaca melintang didepannya.
Aku membasuh mukaku yang sebelumnya terasa panas karena terkena sinar mentari sejak tadi pagi, apalagi ini sudah jam 11.00 siang.
Aku menghembuskan nafasku lega.
"Whooh.."
Setelahnya, aku mengambil beberapa tisu dan mengeringkan wajahku yang terkena guyuran banyak air, segar sekali rasanya.
Setelah membuangnya ditempat sampah injak, aku bercermin memandang diriku yang sudah bermuka bare face.
"Ihh kucel banget."
"Eh nggak boleh, harus self loveee."
Aku masih memandang wajahku dicermin. "Cakep juga."
PLAK
Aku memukul wajahku sendiri.
"Narsis banget sihhh, mau ngikutin Sophie lu, El?"
Aku mendengus, "Huh, udah deh. Mending gue touch up dulu."
Setelah sekian lama purnama memandang dan memuji diriku sendiri didepan cermin, aku akhirnya berjalan melalui lorong sebelum akhirnya keluar dari kamar mandi luas yang sudah tampak seperti kamar mandi di mall-mall mewah ini.
Hendak saja berjalan menuju kelas aku dihadang oleh si nenek muda itu lagi.
"Apa lagi?"
Anna sendiri, tidak bersama sahabatnya. Dia bersedekap tangan dengan sengirannya yang menggelikan.
"Jawab dongg pertanyaan guee."
Aku hanya mengernyitkan kening memandang gadis sialan itu dengan tatapan teraneh yang pernah kuberikan.
Anna memutariku dan berkata.
"Hmm.. biar engga terlalu tegang... kayanya better kita basa-basi dulu."
"Iyakan?"
BRUK
"WOI, SIALAN LO!"
Anna yang berhasil mendorongku hingga terjatuh ke lantai hanya menyengir melihatku kesakitan.
"Such a poor baby."
Si gadis belagu itu memutariku lagi yang sudah berhasil berdiri.
"But... i am more.."
"Gausah sok melas lu, geli gue dengernya."
Ia berhenti bersedekap tangan dan memandangku.
"Gara-gara lo gue jadi kena detensi."
"Banyak alesan."
"IHHHH!!!!!" Anna cepat geram, dirinya hendak mendorongku lagi namun tertahan oleh... Finn.
"Jangan ganggu El."
"E-Eh... Finn?"
Ew, menggelikan. Wajah sok manis ia berikan kepada Finn.
Finn menghampiriku dan menarikku.
Anna seolah tak mau kalah, ia akhirnya berseru.
"Ooh, jadi lo berdua pacaran sekarang, hah!?"
Aku hanya mengernyitkan kening hingga Finn menarikku dan mencium pipiku dengan lembut.
Astaga... apa. yang. dia. lakukan...
Aku saja sangat terkejut, apalagi seorang Anna.
Anna terbelalak dan pergi berlari meninggalkan kami berdua dengan isakan tangisnya.
Aku masih memandang kaki ku sendiri, tertegun akan yang dilakukan Finn beberapa detik lalu.
"Elora..?? Lo gapapa?"
Aku mendongak pelan, "Gapapa.."
"Yaudah, ayo balik ke stand."
Aku mengangguk menanggapinya, Finn kemudian berjalan meninggalkanku dahulu yang masih berdiri mematung.
Tak lama kemudian, aku akhirnya menyusul Finn pergi ke stand.
Kami kembali ke stand untuk membereskan semuanya, karena jika dihitung kami sudah berjualan selama 4 jam.
"Eh? Kalian udah selesai?"
Aku mengangguk. "Iya Louis, kita udah dari pagi."
"Oohh."
"Oh iya, btw bole minta nomer kamu, Elora?"
"E-Eh iya... boleh.."
Louis tersenyum dan menyodorkan handphonenya padaku, aku mengetik nomor telfonku dan menyimpannya dengan nama kontak 'Elora-Roosvelt'
"Ini yaa."
"Oke, thanks."
"Your Welcome!"
"El, bantuin gue."
"Iya, Finnnn."
Beberapa saat kemudian aku berpamitan kepada semua teman yang baru kukenal di bazaar ini.
Louis dan Lizzy mereka berasal dari LaGuardia High School NYC. Ada juga anak lain yang satu sekolah dengannya, Robin dan Adeline.
Aku membuka pintu mobil Finn, dan duduk disebelahnya seperti biasa.
Sepanjang perjalanan menuju rumahku, kami tidak saling berbicara sama sekali. Hanya ada suara lagu terdengar dari radio mobil.
Hingga pada akhirnya, Finn mengajakku berbicara memecahkan lamunanku.
"Elora?"
Aku hanya menjawabnya singkat. "Hm."
"Kok lesu gitu?"
"Capek."
"Yakin?"
Aku hanya menatapnya sekejap dengan wajah kesal kemudian memutar bola mataku.
Finn masih mengendarai mobilnya, ia mengajakku bicara.
"Lo marah sama gue soal yang tadi?"
"Marah? Lo kira gue Anna? Yakali gitu aja marah."
"Iya terus apaa."
Aku menghembuskan nafas kemudian mencoba bicara dengannya.
"Why you suddenly do that?!"
"That cheek kiss?"
"YES."
Finn memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.
"Hei, Elora."
Aku memandangnya.
"Look, i do that karena gue nggak mau Anna gangguin lo lagi."
"Me?"
"Us."
Aku menghembuskan nafasku. "Yes..but.. why should... kiss..."
"Ya biar Anna risih dong, biar dia nggak deketin kita lagi."
"Iyakann??"
Finn meyakinkanku dengan sabar, aku malah menanggapinya dengan wajah malas nan kesal. Aku mencoba berpikir dan mencerna perkataan Finn, sebenarnya... ada benarnya juga.
"Iya."
Finn tersenyum dan mengelus sekejap kepalaku, kemudian ia mengendarai mobilnya hingga sampai dirumahku.
Feels awkward suddenly, jadi aku memutuskan untuk tidak berpamitan pada Finn saat turun dari mobilnya.
Aku turun menutup pintu mobil, dan berjalan menuju rumahku.
"Hei, Elora!"
Langkahku terhenti dan menoleh pada Finn yang memanggilku dari balik kaca mobil yang terbuka.
"Mau dateng ke party gue nggak?"
Aku mengernyitkan kening dan mendekati kaca mobil. "What party?"
"Soon Halloween Party." Jawabnya
Aku terdiam sejenak.
"Will you come, El?"
Aku tersenyum tipis. "Why not."
○
○
✧°.୨♡୧.°✧
○
○
hi! dont forget to vote & comment like usual💛👋🏻🦎
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro