ᬵ halaman ketiga
。 ∷ │ 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡
•••
Apa kamu percaya dengan yang namanya kebetulan?
Jika tidak, lantas bagaimana caramu menjelaskan situasi saat ini?
Ketika berkunjung ke sebuah restoran seorang diri, orang yang dia temui tidak lain dan tidak bukan adalah Ryuguji Ken. Anehnya, ia sendiri. Tidak ada Sano Manjiro bersamanya.
"(Name)-chan?" panggil Ken. Wajahnya terlihat terkejut. Tapi sedetik kemudian ia berubah senang. Kurva tipis terbentuk.
"Eh? Ken?"
Ken mengangguk dan menunjuk tempat kosong di depannya.
"Duduklah di sana."
Si gadis mengangguk lalu duduk di seberang Ken. Ia berbasa-basi sejenak sembari menyeruput minumannya.
"Mi—apa Sano-san tidak bersamamu?"
Gerakan Ken yang sedang memakan burgernya terhenti. Mulutnya masih terbuka ketika itu terjadi. Ken menaikkan alisnya sebelum menjauhkan burger dari mulut. Kemudian, ia menghela napss.
"Sebenarnya, apa masalah kalian sampai seperti ini?"
(Name) terkekeh sejenak sebelum menggelengkan kepalanya.
"Aku juga bingung, Ken. Tiba-tiba saja dia ... "
Ketika kelopak mata itu tertutup, sekelebat bayangan masa lalu muncul. Senyum sehangat matahari, dan seindah lembayung senja. Tawa yang lebih riang daripada nyanyian burung, serta rambut pirang yang menari.
"Aku menyukai seseorang, tapi bagaimana mengatakannya ya?"
Seulas senyum terukir di wajah (Name) ketika perasaan hangat kembali menjalar.
"Katakan saja, Mikey."
Tawa Manjiro saat itu masih bergema di telinganya. Masih merambat di dalam hatinya. Bahkan hingga sekarang.
"Aku sudah mengatakannya, (Name)-chin~ hahaha! Ternyata (Name)-chin itu sangat tidak peka ya~"
Manjiro adalah dunianya (Name). Keinginannya adalah kebahagiaan Manjiro. Dan kebenciannya, adalah sedih dan amarah Manjiro.
Bukankah ini ironis karena ia adalah orang yang membuat Manjiro merasa marah?
Ken memperhatikan gadis yang tengah memejamkan mata dengan senyuman tipis di wajahnya. Terlihat damai. Ken tidak ingin mengganggu gadis itu dulu sejenak.
Tapi bagi (Name), Manjiro dalam ilusi di kepalanya adalah fatamorgana yang tak ingin ia hapus. Seolah-olah jika ia membuka matanya sekarang, Manjiro akan benar-benar hilang dan menjauh.
"Ken, boleh aku minta tolong?"
Ken mengangguk.
"Tentu."
Kelopak mata itu terbuka. Tekad dalam matanya terlihat dengan jelas. Seolah ada kobaran api di dalam sana, Ken merinding seketika.
"Ajari aku berkelahi."
"... apa?"
•••
"(Name)-chin, ayo putus."
"Apa maksudmu?"
"Yah, aku sudah bosan denganmu. Lebih baik aku bermain dengan Kenchin saja."
"... apa selama ini aku salah paham?"
"Salah paham apa?"
"Aku kira aku mataharimu."
"Hahahah! Apa kau tidak terlalu percaya diri?"
•••
Ken tidak bisa menolak, tapi juga tidak bisa menerima. Lantas, ia harus menjawab bagaimana?
Keduanya bodoh.
Baik Manjiro, atau (Name).
Sano Manjiro bukanlah orang ceroboh, begitu pula dengan (Full Mame). Tapi, mengapa di hadapan cinta, mereka menjadi dua orang bodoh?
Ken tersenyum miring seraya memijat pangkal hidungnya.
"Mengapa kau tidak menyerah saja?"
"Karena Sano-san adalah segalanya bagiku. Dia, adalah duniaku."
Dasar tolol.
•••
•••
4 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro