Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⁷. Kenangan - Kelabu

┉ˏ͛ ༝̩̩̥͙ ⑅͚˚ [⁷] ⑅͚˚ ͛༝̩̩̥͙ ˎ┉

"Bagaimana menurutmu? Aku membuatkan manisan kesukaanmu.”
‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵‿︵

.

.
.

‌.
.

- Happy Reading -

Membosankan. Ya, satu kata yang sangat cocok untuk seluruh suasana hatimu selama disini. Mungkin kamu telah berada pada fase penerimaan atas keberadaanmu saat ini, menjadi sesuatu semacam hewan peliharaan yang hanya tahu melihat, menatap, dan menguap. Tidak lebih, kamu hanya membiarkan orang itu melakukan apa yang dia inginkan.

Warna merah di tempat ini seakan tema yang biasa, dan menjadi aneh jika kamu melangkah keluar darinya. Kamu sadar ini adalah dampak dari penahanan yang entah sudah berapa lama. Merah, merah dan merah, semuanya hanya merah. Apakah kamu melebih-lebihkan? Tidak juga, tirai, selimut, bantal, gorden, karpet, juga lapisan lampu. Tunggu, sebenarnya pelapis tempat tidur berwarna putih, dinding memiliki coraknya sendiri, kemudian sinar matahari akan ada disana memberikan warna apapun yang bisa ditawarkan.

Namun, semua ini, terlampau jelek, memuakkan dan bukan sesuatu yang menggugah kekaguman atas interior yang mewah. Jangan bertanya, sudah berapa kali kamu mengamuk, melemparkan tantrum, merobek apapun yang berwarna merah? Itu terlampau banyak, banyak hingga kamu tidak lagi memiliki tenaga untuk mengubah pemandangan mencolok ini selain membiarkan bagian dari dirimu layu agar membiasakan diri.

“Sayangku, mengapa kamu sangat tidak bersemangat? Hari ini aku membawakan ….” ah, kamu lupa menyebutkan laki-laki tertentu yang menjadi sebab asal muasal layunya emosi dan mentalmu.

Kecantikannya tidak jauh berbeda dengan keanggunan seleranya atas dekorasi, apel merah sempurna yang membuat bibir yang akan memakannya ikut memerah, seperti itulah Kecantikannya yang beracun. Namun, apa gunanya Kecantikan jika itu adalah racun yang sama yang membunuhmu dari dalam, dan meremasmu kehidupan dari jiwamu. Kamu tidak memiliki apapun selain kesadaran tanpa keinginan hidup.

“Bersemangatlah, aku akan membawamu keluar. Bukankah itu yang selalu kamu inginkan?” Tidak peduli sehalus apa suara, bunyi, kata-kata yang meluncur dari lidahnya, itu akan hanyut oleh white noise di telingamu. Kamu sudah lama menyerah, menyerah, acuh tak acuh, benar-benar tidak mengharapkan apapun darinya. Bahkan jika itu sekedar udara segar atau kebebasan.

"Sayangku. Bisakah kamu melihatku?" Mengabaikan caranya yang menggeser tubuhmu agar kamu menatap matanya, perlahan dan pelan. Lucu sekali, dahulu dia lebih suka memperlakukanmu seperti boneka kain, tetapi sekarang? Mendekapmu dalam buaian seorang kekasih yang mencintaimu sepenuh hati, menyapu ponimu sambil bersenandung apapun yang dia inginkan, kamu merasa tidak ada gunanya mengeluarkan reaksi, meronta atau melawan. Sia-sia, semua akan berujung pada kesenangan tertekuknya.

Merasa puas dengan tatapanmu yang melihat pupilnya yang bergelimang rasa geli, "katakan sesuatu, kumohon?” Dia menggodamu, memanggil namamu seakan-akan merayu kekasih yang kesal, menjatuhkan nama panggilannya agar kamu jatuh  lebih dalam kepada pesonanya.

Oh, kita berdua tahu jawabannya.

Mudah mengabaikan wajahnya yang hanya beberapa senti, mudah mengabaikan suaranya yang sehalus lagu penidur anak yang mengantuk, mungkin di masa lalu kamu menganggap dia adalah bintang yang menarik mata siapapun, meski begitu kamu sekarang hanyalah dirimu yang melihat keunikan itu hancur, meleleh, mirip dengan dirimu yang kehilangan jati diri.

Kamu bergumam kecil, kumpulan vokal tidak beraturan, sesuatu yang tidak perlu menjadi sebuah kata, sebagai usaha minimum memenuhi permintaan orang gila yang memelukmu.

Dia memelukmu, memanjakan diri atas kehadiranmu yang hanya untuknya. “Kita akan piknik diluar, ya? Jangan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, mengerti?” Bagian terakhir ditunjukkan kepada sisi dirimu yang sudah lama menghilang, tetapi dia mengusap pipimu seakan bagian dirimu yang bersemangat masih hadir di suatu tempat.

Tanpa memerlukan validasi darimu, selimut velvet menyibak rantai di pergelangan kakimu, laki-laki yang mengikat rambutnya dengan rapi (cukup seperti keinginan dirimu di masa lalu yang pernah memuji penampilannya) mengeluarkan kunci dari saku dan membuka besi yang menjebakmu, sangat lama hingga kulit yang pernah dililit besi menjadi pucat.

Pupil matamu hanya mengikuti gerakannya perlahan, dia melepas sarung tangannya lalu memberikan tekanan pada kakimu. Orang aneh yang ingin merayapi setiap bagian darimu. Sungguh orang aneh.

Mungkin kali ini dia sedang dalam suasana hati yang baik, kamu hanya mendapatkan setuhan 'kasih sayang tanpa pamrih' miliknya. Sudah terlalu lama bagimu jika ingin mengeluhkan yang dia curi darimu. Tidak seperti kamu memiliki sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan.

Laki-laki itu mungkin berpikir dia melakukan kegiatan amal dengan memijat kakimu yang mustahil bisa bergerak lagi. Sudah terlambat juga mengatakan ini ironis saat dia yang di tempat pertama yang membuatmu seperti ini.

"Bagaimana rasanya? Apakah kakimu membaik?" Tanpa malu-malu, dia merasa bangga pada pekerjaannya yang sia-sia, mendelik seakan memohon pujian. Bodoh, kamu adalah orang bodoh jika tidak tahu apa yang dia lakukan. Tidak ada yang benar-benar tulus yang dia bagikan kepadamu selain cintanya yang mementingkan dirinya sendiri.

Tiada reaksi darimu, dia memproses bergerak menangkap belakang lutut dan bahumu, dan menyesuaikan posisi agar kamu bersandar hanya padanya. Satu detik, dua detik, dia menggores bibirnya di puncak kepalamu, mungkin dia menikmati kamu yang sepenuhnya berada dalam belas kasihannya.

Sisa perjalanan diisi oleh omelan tentang berat badanmu yang menurun, dan memuji-muji dirinya yang bersedia memberimu makan agar kamu bertahan hidup. Meskipun kamu tidak pernah memintanya melakukan itu.

Siapa dia jika bukan bajingan yang penuh dengan dirinya sendiri, memaksakan dirinya menjadi duniamu. Kamu tidak merespon, tidak berkedip bahkan saat rambutmu menusuk mata. Kamu hanya secara tidak sengaja berkedip ketika cahaya yang menusuk matamu.

Sedangkan dia menedang pintu, mencoba merasakan dirimu sebanyak yang bisa dia dapatkan. Hampir seperti orang tolol yang tidak menggunakan tangannya karena alasan bodoh. Namun, sekali lagi? Kemana perginya hinaan-hinaan itu? Itu pernah ada namun sayang itu pergi dan melebur bersama ingatan jeritan dan darahmu yang menetes.

Tidak banyak yang kamu rasakan diluar, cahaya matahari lebih membutakan dari yang menyelinap di balik tirai merah kamarmu, kamu bisa merasakan panasnya menyambutmu, menyambutmu hingga sesaat kamu berpikir ada benih keinginan apabila kehidupan tidak segelap itu. 

“Bagaimana menurutmu? Aku membuatkan manisan kesukaanmu.” Sudahlah, kamu hampir melupakan keberadaannya, sang tiran berwajah manis yang menyeretmu kesini dan ternyata dia merujuk pada kain terhampar di bawah pohon bersama perlengkapan piknik. Matamu yang sebelumnya hanya fokus pada matahari sekarang berpindah pada persiapan rekreasi sederhana.

Sangat tidak biasa.

Kamu hampir melupakan fakta jika mampu merasakan sinar matahari sejak awal telah menjadi fenomena langka, maka menghirup udara luar adalah keajaiban. Kamu mengeluarkan sedikit helaan nafas, sadar atau tidak sadar, yang pastinya menarik perhatiannya.

Jika bukan telah lama kehilangan kata-kata, dia benar-benar akan menjadi gentleman yang diinginkan semua gadis, merawatmu segala kebutuhanmu (tidak termasuk kesehatan mental), membawamu ke rumahnya (kamarmu adalah penjara pribadimu dan bawah tanah adalah tempat penyiksaanmu), berjalan-jalan di halaman rumahnya (hanya setelah kamu menyerah pada segalanya). Tidak ada yang lebih sempurna darinya (kebohongan terbesar sepanjang hidupmu).

Halaman tempat ini adalah sesuatu yang indah, indah dan menawan, cantik berbunga-bunga dengan warna pastel beraneka ragam. Kamu tidak memiliki dendam pada bunga, tetapi keindahannya berkurang sebab pemiliknya bukan seseorang yang kamu sukai.

Kamu membuka mulutmu dan menguyah apa yang dia antarkan ke depan mulutmu. Kue, puding, permen, manisan rasa favoritmu, hampir semua yang kamu harapkan, tetapi sekali lagi ... kamu tidak meminta dia melakukannya, lagipula kamu duduk di pangkuannya dan matanya yang terus melirik bibirmu, serta tatapan yang siap menerkam itu, kamu tahu dia punya sesuatu yang diharapkan akan menghiburnya. Semua itu tidak cukup hanya dengan menghisap kehidupan dari tubuhmu, dewa apapun tidak akan menyelamatkanmu dari dia di dunia ini.


--

A/n: ygy yandere lagi. W keknya udh move on dari arknek.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro