Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[8]

Aku inget aku adalah pelajar yang diamanahi berbagai tugas dan juga mempunyai fanfiction sebagai selingan yang harus diselesaikan.



Tapi kenapa yang kulakukan kemarin adalah gambar dan bermain riddle di gece huhuw.



*



"BAKUGO, BAKUGO! BANGUN!"



Hn?



Tubuh remaja itu bergeliat sebentar. Lantas matanya menyipit, melirik ke pintu yang sedang digedor panik.



Sialan, berisik sekali Kirishima pagi-pagi



Bakugo menguap pelan, meregangkan tubuhnya. Lantas memakai sandal kamarnya, mengenakan jaket karna sekarang udara sudah dingin. Dan berjalan malas ke depan pintu. Dengan Kirishima yang masih menggebrak-gebrak pintu kamarnya.



"Bacot sekali, ada ap-"



"AYO IKUT KE BAWAH!"Kirishima segera menarik Bakugo. Menarik paksa atau lebh bisa disebut diseret.



"O-oi!"



Apa gerangan yang membuat si batu ini menjadi amat panik? Sebagai orang yang baru bangun tidur, Bakugo tak bisa berpikir banyak kecuali sarapan sudah datang dan dia nyaris ketiduran di minggu pagi ini



"Ada apa?!"Bakugo bertanya ketus saat sudah di dalam lift. Mengacak rambut berantakan khas bangun tidur.



Muka kirishima terlihat pucat. Tak menjawab pertanyaan Bakugo dan memilih mengatur napas yang berantakan.



"Dimana yang lain?"Bakugo mendengus kesal, tidak sabar dengan sikap Kirishima yang seperti melihat setan.



"S-s..sudah dibawah semua."



"Ada latihan mendadak?"



Kirishima menggeleng patah-patah.



"A-a...-"Lidah Kirishima mendadak kelu. "Aku tidak kuat menjelaskannya..."



Bruk.



Terduduk di lantai lift. Membuat Bakugo reflek meloncat kaget dengan sikap tiba-tiba Kirishima yang duduk meremas rambutnya.



Terlihat begitu frustasi.



Apakah sarapannya benar-benar sudah habis?



Atau.



DEG.



Bakugo terkesiap lantas menoleh ke lift yang berbunyi tanda sampai di lantai dasar.



Astaga.



Lelaki itu berlari sekilat dengan cepat ke arah ruang santai.



Pikiran Bakugo dnegan cepat membunyikan bel tanda ada yang salah apalagi setelah mendengar suara ribut dari depan pintu utama.



"Yaoyorozu pingsan!"



"Bawa dia ke sofa!"Suara Iida terdengar. Dan sedikit bergetar tidak seperti biasanya.



seperti tengah menahan tangis.



Semakin dekat...,



Langkah Bakugo makin lama makin memelan.



a-ah.



Lelaki itu sejenak takut dengan apa yang menantinya di depan pintu utama.



Suara jerit tangis makin terdengar jelas. Sesenggukan pelan dari beberapa teman cowok juga terasa begitu menyayat. Raungan marah. Bahu yang bergetar hebat.



"A-..apa..,"



Bakugo membeku



Jirou terduduk lemas, tatapannya syok. Ashido menjerit menangis bersama dengan Uraraka dan Hagakure. Asui juga mematung tidak percaya.



Deku berlutut dengan bahu yang bergetar hebat. Sero dan Kaminari dalam keadaan berdiri memalingkan muka menyembunykan air mata. Tokoyami menggigit bibir dengan Dark Shadow yang sibuk menangis.



Todoroki meraung berteriak tidak percaya. Aizawa sensei di sebelahnya sibuk menarik lelaki itu mundur, berusaha menenangkan Todoroki yang marah tidak percaya memukul lantai bak orang kesurupan. Sementara Hawks berdiri di depan pintu dengan pandangan kosong. Persis disebelah Kepala Sekolah yang menunduk berduka. Dan beberapa guru yang sibuk mengurus Yaoyorozu yang pingsan.



Lidah Bakugo mendadak kelu.



Tangannya terangkat patah-patah. Menjulur ke depan dengan gemetar.



"A-apa y-ang terjadi..?"



"O-oi..,"Bakugo melangkah limbung. Bergerak menuju tengah kejadian. "P-peti maya..t siapa itu?"



Siapa gerangan dibalik hamparan kain yang menutupi satu tubuh pada peti yang terbuka itu..?



Otaknya sudah memikirkan satu nama tapi perasaannya menyergah kuat-kuat hipotesa tersebut.



b-bukan..,



B-bukan dia..,



Pastinya bukan dia..



Dan Bakugo menemukan jawaban saat melihat surai rambut yang tersampir keluar dari kain putih bercak merah yang menutupi nyaris seluruh tubuh.



t-tida..k



tidak mungk..in..



R..rambut... biru?



"(NAME)!"



Bakugo reflek terduduk dari tidurnya.



Lelaki itu dengan cepat memandang sekeliling. Napasnya masih terengah-engah tak beraturan dengan keringat dingin yang menjalar khas seseorang habis mimpi buruk.



a..., h? Bakugo reflek melihat telapak tangan dan jendela kamarnya. Masih gagal paham dengan apa yang baru saja terjadi.



Isak tangis.



Peti mati



Kain putih



Rambut biru



"Hah..., hah...,"Lelaki itu meremas tangannya. Entah kenapa ada perasaan lega bercampur cemas yang meluap membuatnya tak bisa berpikir jernih.



Itu tadi hanya mimpi kan?



*



"BANGUN DAN BERSINARLAH BAKUGO KATSUKI!"Kaminari berkicau.



"PAGI-PAGI UDAH CEMBERUT, SURAM DUNIA DAN SEISINYA!!"Sero juga.



"Sarapan dulu boss."Kirishima



Bakugo berdecih. Berjalan tidak peduli ke meja makan, mengambil piringnya dan menyendok nasi.



Matanya melirik lokasi depan pintu utama yang menghubungkan asrama dengan balkon luar.



Sialan. Terbayang lagi.



Lelaki itu meremas tangannya lantas melanjutkan langkah kakinya, mengambil lauk. Memandang sayur agak lama dan menghela napas lagi.



peti mati.



kain putih.



isak tangis.



rambut biru.



"Hufh..,"



Tiba-tiba Bakugo teringat perkataan Yaoyorozu saat Iida mengumpulkan mereka di hari kedua atau keempat atau keberapalah Bakugo mana ingat.



Bagaimana jika (Name) menyerah?



Ah...,



Jika (Name) menyerah.



Tapi memang gadis itu terbiasa menye—bukan, dia terbiasa mengalah dengan situasi.



(Name) bukan senang menyerah. Bakugo mengangguk yakin. (Name) hanya mengalah pada situasi, mencermati mana pilihan yang rasional untuk bisa menyelamatkan semuanya.



Iya.



Bakugo berusaha meyakinkan pikirannya dengan hal itu.



Gadis itu waras. Dia emang bodoh tapi pikirannya jalan. Dan Bakugo yakin (Name) pasti tidak mau mati mengenaskan.



Tapi...



Tapi..., jika (Name) menyerah.., maka apakah dia akan berakhir seperti mimpinya semala-



"ARGH!"



"BAKUGO JANGAN KESURUPAN DI MEJA MAKANN!!!"



Kirishima menghela napas panjang melihat Sero dan Kaminari yang pura-pura heboh melihat Bakugo berteriak sendiri.



Iya pura-pura heboh



Kemarin..., persis setelah Latihan Gabungan selesai. Iida dan Midoriya menghampiri dirinya, Sero dan Kaminari yang sibuk mencontek peernya Yaoyorozu.



Bakugo menunjukkan sisi emosionalnya kedua kali. Yang pertama saat ia debat dengan Todoroki lalu yang kedua saat melawan Setsuna Tokage kelas sebelah.



Siapapun yang melihat pertandingan pasti merasakan bahwa Bakugo sedang meluapkan rasa frustasi dari kegelisahannya dengan memborbardir cewek rekomendasi kelas sebelah itu.



Yeah, Midoriya dan Iida bisa menangani Todoroki karna secara jalur pertemanan, mereka dekat. Tapi tidak untuk Bakugo.



"Hei, apakah wajar."Saat itu, Sero menopang dagu memandang Iida, "Aku paham sih situasinya. Tapi apakah wajar kita seperti ini disaat (Name) entah gimana kabarnya?"



"Kuakui ini memang sedikit tidak manusiawi jika dipikir dikaitkan dengan kondisi."Iida menghela napas panjang, "Tapi sekarang. Kita tidak usah memmikirkan (Name). Kata Aizawa-sensei, biarkan itu menjadi tanggungan sekolah. yang perlu kita pikirkan sekarang adalah bagaimana kita semua bisa kuat dan menjadi hebat di saat-saat seperti ini."



"Yah...,"Kaminari memainkan pulpen di hidungnya, "Baiklah."



Dan sekarang Bakugo baru saja selesai membanting Sero dan bersungut-sungut. Dia mau makan di dekat kolam renang saja. Gedeg diganggu teman-temannya.



Todoroki melirik sekilas kejadian, berjalan membawa piring sarapan dan duduk di kursi. Seberangnya Tokoyami sedang makan.



"Kemarin kau dipanggil Aizawa-sensei?"Todoroki membuka topik random. Tumben-tumbennya dia membuka topik.



Tokoyami melirik sebentar, diam. Lantas mengangguk.



"Ada sedikit urusan."



Todoroki ber-oh panjang lantas memulai sarapannya pagi ini.



Setelah sarapan, ia akan menulis surat ke Ibunya karna khusus minggu ini tidak diperkenankan siapapun ijin keluar dari UA karna masih rawan kondisinya.



Setelah menulis surat untuk Ibu, mungkin Todoroki akan latihan. Mengerjakan tugas, dan tidur.



Agh sial, membosankan sekali rutinitas sehari-harinya, padahal dulu ia tak masalah dengan berbagai rutinitas seperti ini. tapi sekarang ia jenuh.



Iya, dulu Todoroki tidak masalah melakukan kegiatan sehari-hari. Tapi sekarang rasanya membosankan, melelahkan, mengesalkan, jenuh.



mungkin karna dirinya memang tidak ingin di asrama skarang.



Yeah, keinginan terbesar Todoroki sekarang adalah keluar dan membantu langsung peny-



"Watashi ga kita!"



All Might? Todoroki menoleh ke belakang. Karna ia membelakangi pintu utama sehingga mengharuskan ia untuk menoleh terlebih dahulu.



Tapi masa suara All Might mirip loli-loli kayak gitu.



"Minna, Eri-chan datang."Terdengar suara Midoriya.



Owalah eri.



"Eri-chan!!"



"Selamat pagi semuanya,"Eri tersenyum membungkukkan badan. Ia memakai sweater hangat. Membawa tas selempang khas Eri yang selalu dibawanya kemana-mana.



"Eri-chan, bagaimana kabarmu!"Mina bertanya riang.



"Aku baik-baik saja."Eri tersenyum. "Sedikit dingin tapi aku baik-baik saja! dan menunggu salju turun."



"Eri-chan membawakan sesuatu untuk kita."Midoriya menjelaskan perihal kedatangan Eri sekarang.



"Wah! Apa itu??"





Eri berlari kecil ke arah meja. Todoroki menyelesaikan makannya lantas mencuci piring dan berjalan untuk duduk di sofa yang dimana depannya Eri sedang mengunboxing isi tasnya.



"Eri-chan belajar alfabet?"Sero melihat isi kertasnya. Ikut penasaran.



"Hooh! Aku sudah belajar alfabet kemarin. Tapi masih sedikit."Eri malu-malu kucing. Meletakkan amplop surat dimeja.



"Tenang aja Eri-chan, Kak Kaminari aja belajar Hiragana umur sepuluh tahun."



"NGADI NGADI KAO YEE."



Todoroki memperhatikan Eri yang tengah membagi-bagi amplopnya. "Kau membuat dua puluh amplop?"



dua puluh.



kok rasanya nyesek ya.



"Dua puluh satu! Tapi karna Kak (Name) lagi pergi, aku akan meletakkannya di kamar Kak (Name)."Eri menjawab riang.



Eri hanya tahu kalau (Name) sedang pergi untuk tugas. Todoroki menghela napas mengangguk.



"Aku juga membuat ucapan dan gambar-gambar di kartunya. Jadi ..., maaf kalo jelek."Eri menggaruk rambut malu.



"Ini jauh lebih bagus daripada tulisannya Kaminari kok."



"AKU LAGI. AKU LAGI."



"Apakah aku boleh membuka amplopnya?"Uraraka menoleh ke Eri. IA sudah mendapat amplop putih dengan tulisan hiragana khas anak kecil, Uraraka Ochako.



Eri mengangguk semangat. Tapi langsung menggeleng malu. Midoriya tertawa dan menepuk-nepuk kepala Eri yang bersembunyi karna malu dengan karyanya.



"Woah! Tulisanmu rapi sekali Eri-chan!"Uraraka berseru antusias, "Semangat Menjadi Hero Kak Uraraka, ihhh gemez deh!"



Eri nyengir.



DEG.



Todoroki membeku.

..., ke-kenapa..., ?



Tangan Todoroki dengan cepat menarik Eri.



Kenapa sekilas, seperti ada bayangan (Name) dibelakang Eri?!



Dan lelaki dengan surai dua warna ituu memeluk erat Eri.



Tolong.



Jangan tunjukkan senyuman seperti itu.



Senyum yang sama....



Senyum yang sama saat festival olahraga..



Saat berkata dia akan baik-baik saja.



Senyum yang sama saat di.. gedung olaharaga.



s-saat penting.., dimana Todoroki seharusnya bisa menyelamatkannya.



"Kak Todoroki?"Eri bingung.



"Todoroki-kun!"Uraraka mendekat dengan panik.



"Todoroki!"



"FBI OPEN UP!"Mineta



"Kak Todoroki kenapa?!"Eri ikut panik.



"Oi Kawan! Ada apa denganmu?"Sero buru-buru menarik tangan Todoroki yang masih memeluk Eri.



Kaminari pengen nyeletuk anjir pedofil tapi dia sadar situasi ga kayak mineta



Todoroki melepas pelukan lantas tangannya memegang bahu Eri dan memandangnya dengan muka syok.



"K-kenapa..., senyum..mu..?"



"Senyum?"Eri mengernyit bingung.



Mirip sekali dengan cengiran (Name).



"A-ah, gomen."Tangan lelaki itu reflek melepas dari bahu Eri.



Todoroki menghembuskan napas lantas menepuk rambut Eri pelan dan duduk di sofa.



"Senyummu manis."



Eri nyengir lagi. Lantas menjulurkan satu amplop ke Todoroki. "Ini buat Kak Todo."



"Terimakasih."Todoroki mengambil amplopnya. Tidak mempedulikan tatapan teman-teman yang prihatin. Mengerti apa gerangan Todoroki memeluk Eri.



"Eh?"



Todoroki membolak-balik kertas tanpa tinta yang terlihat itu. Bingung.



"Aku belajar membuat kertas surprise!"Eri berseru, "Tapi sepertinya sedikit salah di kertasnya. Aku tidak seterampil kak (Name)..,"



"A-ah,"Todoroki sedikit bergumam melihat isi kertas yang nampaknya kosong itu. "Kau membuatnya persis seperti punya (Name)."



"Terimakasih!"



Tangan kiri Todoroki terangkat. Mengeluarkan asap tanda hawa panas yang menguar pelan.



Seberkas tulisan dari air yang terkabonasi itu terlihat jelas. Membuat aksara alfabet berwarna cookelat agak pudar terlihat.



Todoroki menyipitkan mata berusaha membaca tulisan yang agak kabur itu karna sepertinya saat Eri membuat kertas surprise, gadis itu memakai air yang agak banyak sehingga melebar kemana-mana. Membuat huruf-huruf alfabet itu terlihat seperti orang keseleo.



Todoroki tertegun setelah berhasil membaca tulisannya.



Keep smile



Ini kata-kata yang (Name) bilang di kertas surprise terakhirnya untuk Eri



*



Bakugo mendengus.



Sialan. Mimpi tadi rasanya terus teriang-iang.



Menyebalkan.



Meresahkan.



Kesal rasanya.



Dan.., gelisah.



oh iya jangan lupa rasa takut.



Iya, Bakugo lebih ke arah takut



Apakah ia hanya akan menunggu planga-plongo di asrama. Menanti kabar baik eh yang datang malah zonk. Atau kabar bur-



Cihh.



Bakugo gak sudi. Dia harus mencari cara untuk ikut penyelidikan.



Bahkan jika pakai cara nekat kabur dari asrama.



Tapi sepertinya keamanan UA baru saja diperbarui. Pastinya akan susah menyelinap kabur. Apalagi sekarang ijin keluar diperketat.



Cih.



"Kak Bakugo!"



Bakugo menoleh



Eri berlari kecil membawa tas selempangnya.



"Hati-hati terpeleset."Bakugo berseru ketus. Eri mengangguk dan berjalan pelan di pinggir kolam renang itu.



"Kenapa kak Bakugo tidak bersama yang lain?"



"Mereka berisik."



Kirishima, Sero dan Kaminari yang ngintip di balik pintu geser takut Bakugo melakukan sesuatu yang nekat seperti mendorong Eri ke kolam renang menahan gedek dihina berisik.



Tapi itu faktanya sih.



"Aku membawakan hadiah untuk kakak!"



"Hadiah?"Bakugo bertanya dengan nada sengak.



Eri mengangguk riang, "Semuanya sudah dapat. Tinggal punya Kak Bakugo saja!"



"Semua?"Bakugo bergumam pelan. Lantas menatap Eri dengan pandangan ogah-ogahan, "Mana hadiahku?"



Eri membuka tas selempangnya lantas menyerahkan satu amplop putih ke tangan besar Bakugo.



Bakugo memandang amplop itu sejenak lantas memasukkannya ke saku.



Eri sibuk mengobrak-abrik isi tas selempangnya. Seperti menata sesuatu dalam tasnya. Bakugo hanya menghembuskan napas berharap anak kecil itu segera pergi.



"A-a!"Eri kesusahan dengan barang-barang ditangannya lantas berteriak kencang, "Suratnya!!"



Sepucuk surat itu melayang lepas dari tangan Eri.



Bergerak melayang menuju ke arah kolam renang.



"Suratnya terbang!!"Eri berseru panik. Tanpa sadar ia melompat berusaha meraih surat itu dan... dan tanpa Eri kira, sekarang ia yang bergerak jatuh ke dalam kolam.



Eri udah siap dengan dinginnya air kolam renang saat kemudian Bakugo reflek menangkap Eri dan melompat dengan Eri di tangannya untuk mengambil surat yang nyaris menyentuh air kolam, lantas dengan terlatih, Bakugo langsung mengambil pendaratan di tepi kolam tanpa korban basah.



"Njir refleknya bagus."Sero bersiul. Tapi Kirishima dan Kaminari reflek menampol mulut sohibnya agar tidak ketahuan lagi mengintip.



"Makasih Kak Bakugo."Eri menghembuskan napas.



"Hati-hati."



"Hehe, syukurlah! karna ini untuk Kak (Name)!"



"Hn."Bakugo membersihkan bajunya lantas baru sadar dengan kata-kata Eri dan melirik ke arah Eri yang sedang menata surat sambil nyengi-



Eh?



Bakugo membeku.



"JANGAN PAKSA AKU MAKAN SAYUR AAAAAA"



"160 cm kagak pendek bambang!"



"Aku baik-baik saja. Tenanglah."



"J-jang..an tersenyum.. seperti itu..,"



"Hm?"Eri menoleh bingung.



"Hentikan senyum menyebalkan itu."Bakugo berkata lirih. Memandang Eri tajam.



"Eh? Maksudnya seperti ini?"Eri malah nyengir tiga jari di hadapan Bakugo. 



Mirip sekali dengan cengiran (Name).



Seperti yang ia tunjukkan saat...,



Saat (Name) mau dibawa villain sialan i-itu...



"KUBILANG HENTIKAN CENGIRAN MENYEBALKAN ITU!"Bakugo berteriak kalap. Reflek mengarahkan telapak tangannya ke arah Eri yang menjengit kaget.



"BAKUGO!"



"KACCHAN!"Midoriya berteriak, melompat kilat memakai one for all dan dengan cepat memeluk Eri dari ledakan sohibnya. Kaki Midoriya saat melompat tanpa sengaja menendang kaki Bakugo yang sudah bersiap menghantamkan ledakan ke Eri yang membuatnya kehilangan keseimbangan dan



BYUR!



Bakugo jatuh ke kolam.



Yah.



"Bakugo!"Sero dan Kirishima reflek berlari. Kaminari  masih loading



Midoriya dengan cepat mengamankan Eri, menggendongnya masuk ke dalam.



Seperti pelaku tabrak lari bjir



"Woy bro! apa-apaan ini, kau nyaris menggunakan quirkmu pada Eri!"Sero berseru kaget.



Bakugo menepis uluran tangan Kirishima. "Sialan."



"Senyuman Eri mirip (Name) memang. Tapi kawan, kurasa tidak bijak kalau kau melampiaskan kekesalanmu pada Eri."Kirishima



"Todoroki juga tadi begitu sih. Tapi ia memeluk Eri, bukan menghantam memakai quirknya."



"BERISIK!"



*



Todoroki memandang surat itu, membolak-baliknya. Lantas menghela napas dan menaruh surat Eri di mejanya.



Mengambil jaket dan berjalan keluar kamar. Ia mau mengumpulkan data yang diminta Aizawa-sensei kemarin dan kebetulan Tokoyami juga hendak pergi ke Aizawa-sensei. Jadi, Todoroki akan sekalian berangkat bareng aja.



Pengennya nitip sih, dingin-dingin kayak gini bikin Todoroki malas keluar asrama hanya untuk hal sepele tapi ia masih punya harga diri jadi ayo pergi.



Dan sekarang, ia dan Tokoyami sedang berjalan menuju ke asrama guru.



"Kau sering latihan dengan (Name) kan?"



Tokoyami mengangguk. karna Tokoyami adalah orang yang irit bicara membuat Todoroki gatal ingin mengorek informasi lebih jauh.



"Bagaimana rasanya?"



"Begitulah."Tokoyami menghembuskan napas, "(Name) terbiasa menahan diri. Aku terkadang sedikit tidak puas jika bertarung dengannya."



"Dia kuat!"Dark Shadow menjawab, "Tapi untuk ukuran kekuatan.., maksudku, (Name) kan anak rekomendasi jadi seharusnya ia bisa lebih melampaui kemampuannya."



"Berarti kau tau..,"Todoroki terdiam, tidak jadi melanjutkan bicaranya. Ia ingin bertanya apakah Tokoyami tau tentang sisi lain (Name)?



"Tenang saja."Tokoyami menjawab. "(Name) itu bukan orang yang gampang menyerah. Dia juga biasa berusaha keras."



Iya.



Bagi Tokoyami, setiap selesai latihan dulu, pasti muka (Name) selalu kelihatan lesu, tidak puas, kesal, dan lelah. Tokoyami selalu mengira (Name) akan menghentikan latihan dengannya untuk mengendalikan monster dalam dirinya. Tapi meski begitu, (Name) tetap tekun latihan dan latihan bahkan saat berada di pulau Nabu, gadis itu tetap rutin latihan tak peduli bahwa resikonya (NamE) bisa pingsan kelelahan.



"Oh kalian."Aizawa-sensei yang berada di ruang santai asrama guru melongok melihat Tokoyami dan Todrooki datang menemuinya. "Todoroki, letakkan berkasnya di mejaku."



Todoroki mengangguk, lantas ia berjalan ke ruangan kerja di asrama guru. Meletakkan berkasnya.



Menghela napas melihat di meja Aizawa-sensei sudah berserakan berkas laporan penyelidikan, data-data (Name) seperti akte dan lain-lainnya.



"Status orangtua..., meninggal."Todoroki bergumam pelan membaca sekilas data itu.



Ayah (Name) memiliki quirk manipulasi sementara ibunya telepati. Tipikal jenis controlling. Pantas saja (Name) bisa mengendalikan ar dengan hebat. meski kedua orangtuanya tak punya unsur air.



Yah.., quirk (Name) kan quirk kutuk-eh quirk mutasi. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan quirk orangtua.



Yah.., Todoroki menghela napas, meski (Name) juga memiliki cara kerja yang mirip yaitu jenis controlling dan unsur elemen dari quirk mutasinya



"Bagaimana Tokoyami?"Terdengar suara Aizawa mengobrol dengan Tokoyami di ruang tengah.



"Jujur saja, sensei, saya masih merasa belum pantas..,"



Belum pantas apa? Todoroki melanjutkan langkahnya, hendak berbelok menemui Aizawa dan Tokoyami.



"Hawks sudah memilihmu menjadi anak magangnya kali ini. itu artinya kau lebih dari pantas karna kau sudah dipilih olehnya."



Todoroki menghentikan langkahnya.



membeku.



Tokoyami ditawarkan magang dengan Hawks-san?



*



Reason itu adalah cerita dimana plotnya dimulai dari orang yang menguping, menguping, dan menguping.



Gini amat bikin alur.



NB : Ilustrasi gambar tadi aku ngetrace dari anime Boku No Hero Academia Season 4 Episode 21 sama 25. jadi bukan ngambil dari manga. Kuubah dikit dari muka Eri yang aslinya tertawa bahagia jadi nyengir hehe

Btw, pembukaan Reason #2 secara resmi berakhir dan ayo mulai konfliknya besok HAHAHA



GALERY OLIP KUY

Artist : KamayaRuichii

Ada yang paham ga ini gambar apa?



Aku pertama lihat itu sejenak bingung. Lantas waktu dcermati, gila ini gambarnya bercerita banget.



Yang atas adalah (Name) pecel lele, El sama Ryota.



Yang bawah itu Kakaknya (Name). aku inget banget di chap 69, (Name) emang bilang kakaknya mirip Ryota. Terus ada Bayu! Dan desain adiknya (Name) mengambil desain El.



Jujur aku ga nyangka banget woy! Maksudnya..., aku sendiri kaget ternyata selama ini aku ngedesain karakter OC tambahan di dunia BNHA mengikuti alur keluarga (Name) di dunia asli. Seperti Ryota yang mirip kakak (Name) dan El yang digambarkan sebagai adik (Name).

dan dsini kelihatan perbedaan muka (Name) susu sama (name) emosi adalah dari melihat muka mana yang paling ngeselin.

MAKASIH BANGET!

Artist : Rutaru_235

Polling karakter terfavorit di Reason.



1. Susu

2. El

Fiks no debat, susu adalah karakter paling penting di Reason karna tanpa Susu pasti (Name) tidak akan hidup /emot batu.



GAMBARNYA CANGTIP BANGET HUHU!



Oke! Maaf atas keterlambatannya!

Sampai babai!

Owlyphia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro