[41]
hayhay
btw disclaimer yah, scenenya Hawks itu setelah pertarungan asrama, scenenya (Name) itu pas abis penculikan di Festival UA.
*
Aizawa berdiri. Menatap kerumunan yang tengah super sangat amat sibuk di depannya.
Banyak polisi, banyak pro hero, banyak ambulan dan petugas medis tengah berlarian.
Sedikit banyak mengingatkan lelaki itu pada beberapa bulan yang lalu, hanya saja kali ini tambah topping salju aja.
Ia menatap matahari yang mulai terbit dengan semburat cahaya yang kehangatannya tidak terlalu terasa karena musim dengan tatapan kosong.
Yang tadi, yang terjadi beberapa menit lalu, itu benar-benar sangat tipis. Andaikata mereka semua tidak melupakan fakta bahwa (Name) bisa mengendalikan pergerakan seseorang lewat darah. Andaikata mereka ingat bahwa masih ada dua sandera yang dipegang oleh pihak Legue.
Andaikata malam ini tidak lagi badai salju, andaikata malam ini guru-guru tidak rapat.
Andaikata, andaikata, andaikata.
Andaikata Aizawa menolak saat Hawks mengajukan surat rekomendasi.
Andaikata Aizawa ga memilih buat jadi guru
Udah ah nanti kepanjangan.
Lelaki itu menghela napas panjang, cukup panjang. Untuk malam ini, yang terluka parah dari kelasnya ada Tokoyami dengan radang dingin akibat menembus badai salju, lalu Kirishima yang terkena tusukan (ini gampang disembuhkan hanya saja Kirishima mengalami syok secara mental akibat ia tidak terbiasa terluka akibat quirknya tersebut). Dari kelasnya Vlad King sendiri juga ada dua, Kaibara dengan luka koyak parah di tangannya dan gejala kehabisan darah, dia beruntung karena udara dingin membuat darah dari lukanya sedikit terhambar. Lalu ada Tsuburaba Kosei, dia langsung dilarikan ke IGD karena efek samping quirknya yang membuat paru-paru dia kekurangan cairan. Dan kemudian, korban terparah dari pertarungan malam ini, Monoma. Vlad King sendiri kaget saat tahu Monoma yang benar-benar terluka parah mengingat yang beliau ketahui Monoma adalah orang yang cukup realistis dan memilih mundur apabila lawan tidak setara dan membahayakan.
Aizawa menganggapnya sebuah Character Development omg applause plis.
Lalu sisanya terkena radang dingin dan hipotermia tapi sekarang anak-anak tengah dikumpulkan dan dipanaskan.
Kaga si, dihangatkan yah. Dipanaskan lama-lama jadi sop bjay
Aizawa sudah mengecek tadi, anak-anak kelasnya sedang tidur, saling meringkuk untuk menghangatkan diri. Besok-besok mungkin ia akan menegur mereka. Atau tidak? Karena Aizawa paham ini juga karena mereka, para guru yang tidak cepat sampai.
Toh, Aizawa cukup senang. Mereka bekerja sama dengan baik bahkan dengan kelas sebelah juga. Mereka tidak asal menyerang sekaligus bunuh diri, mereka penuh strategi. Aizawa tahu jelas karena biasanya nih ya kalau pergerakannya seperti biasa, Midoriya bakal luka parah, lalu Bakugo juga, trus Todoroki kadang iya kadang tidak. Sisanya opsional.
Tadi juga Aizawa melihat (Name) secara jelas. Dan Aizawa yakin bahwa gadis itu punya rencana. Ia bukan orang yang mudah dikalahkan begitu saja. Aizawa yakin.
Aizawa hendak berjalan menuju ke luar saat kemudian terdengar atau terasa kepakan sayap dari belakang yang membuatnya mengurungkan niat untuk pergi. Kembali berdiri diam.
Suara terengah-engah terdengar sebelum kemudian diikuti suara kekehan pelan.
"Pahlawan kesiangan bukan?"Aizawa tersenyum, masih belum menoleh, lantas kemudian ia melanjutkannya. "Hawks-san?"
"Yah, sedikit terlambat memang."
Hawks berjongkok. Terkekeh.
"Dari mana?"
"Edogawa, kurang lebih setengah jam. Aku langsung terbang begitu pesan dari Tokoyami sampai."
Itu.., sangat cepat. Aizawa tersenyum tipis.
"Bagaimana pertarungannya?"
"Aku belum sempat bertanya ke anak-anak, kebanyakan dari mereka sudah beristirahat."
"Korban?"
"Tidak sebanyak yang aku perkirakan. Terhitung bagus untuk ukuran anak tahun pertama yang melawan tiga sampai lima villain dengan tujuh atau lebih Nomu level sedang dan kuat."
Hawks kembali berdiri.
"Aku mau bertemu beberapa orang."
"Semoga beruntung."
*
Bakugo sedang berdiri termenung di balkon saat kemudian terdengar suara kepakan sayap. Bergeser sedikit membuat ruang untuk orang yang baru datang.
"Hawks-san."
"Bagaimana kabarmu?"Hawks tersenyum. Ia sudah mengira bahwa belum ada lima menit, ia akan diteriaki, diusir, atau bahkan diledakkan. Hanya saja sepertinya anak laki-laki satu ini sedang berfokus pada hal lain. Sepertinya, "Sepertinya baik-baik saja untuk orang yang baru saja melawan banyak musuh?"
"Apakah Nighteye tidak melihat ini di masa depan?"
Langsung to the point. Hawks terkekeh.
"Kan yang dia lihat itu masa depanku, bukan masa depan Tokoyami. Di masa depanku pastinya tidak ada scene di mana aku tahu kalau (Name) bakal ke sini, beliau pasti melihatnya kita sedang mengobrol sekarang kan?"
Bakugo tidak menjawab. Ia diam. Matanya masih fokus dengan matahari yang perlahan terbit.
"Apakah dia menjadi villain?"
"Iya. Sempat, saat kita pertama bertemu."
"Bukan (Name) yang kalian kenal?"
Bakugo mengangguk, sedikit membayangkan kejadian malam tadi.
"Seberapa parah lukanya?"
"Satu kali gores dan dia bakal mati."
Hawks mengangguk-angguk paham. Ikut memandang semburat cahaya matahari pagi seperti Bakugo.
"Apa yang membuatmu bertanya kepadaku?"Bakugo untuk pertama kalinya menoleh. Pandangan matanya terlihat lelah bagi Hawks.
"Apakah kau menyesal kali ini?"Malah balik nanya sianjir.
"Menyesal?"
Hawks mengangkat bahu, "Menyesal. Kan pas di Kamino, Nabu, dan Festival Olahraga, kalian berdua terlihat seperti orang yang sangat menyesal. Sangat merasa bersalah meski semuanya tahu bahwa kalian sama sekali tidak salah. Jadi pertanyaanku sekarang, apakah di pertarungan ini kau menyesal?"
Bakugo diam, pandangannya masih di bawah. Suasana hening untuk beberapa saat sebelum kemudian, akhirnya ia angkat bicara.
"Tidak."
"Kenapa?"
"Karena.., bagiku sekarang, menyesal itu tidak ada gunanya."Bakugo mengangkat mukanya ke atas, menatap matahari kembali.
"Aku harus lebih kuat. Aku harus lebih pintar. Semua yang sudah terjadi pada akhirnya sudah ditakdirkan. Waktu untuk menyesal itu lebih baik digunakan untuk berkembang. Perasaan bersalah harusnya dikembangkan menjadi sebuah energi balas dendam."
"Lalu, jika kau melihat dari sudut pandang (Name), apa yang akan dia jawab jika aku bertanya seperti ini?"
Bakugo menyeringai tipis.
"Aku tidak bisa menebak isi pikirannya."
Hawks ikut terkekeh. "Setuju."
Tapi kemudian, setelah terdiam, Bakugo kembali angkat suara.
"Tapi dia mungkin akan menjawab seperti yang aku jawab."
"Sepertinya ia akan menjawab bagian 'semua yang sudah terjadi, sudahlah terjadi.' Saja."
Bakugo menghela napas, tersungging senyum tipis. "Mungkin."
Hawks ikut terkekeh.
"Apakah kau percaya pada (Name)?"
*
Sekarang, Hawks udah ganti tempat. Dia duduk di sebelah Todoroki. Di kursi kolam renang yang beku karena musim.
Pertanyaannya tidak jauh beda. Tapi Todoroki jauh lebih pendiam daripada Bakugo. Ia benar-benar yang penting jawab, bukan jawab yang penting.
Tapi ada tuh, satu pertanyaan yang bener-bener bikin Todoroki akhirnya berbicara lebih dari lima kata.
"Apakah kau percaya dengan (Name)?"
Todoroki langsung mengangguk.
"Meski kau tau kurang lebih mengenai masa lalu dia?"
"Sepanjang kami berteman, dia bukan orang jahat. Dia hanya sedikit tidak terduga."
Suasana hening, untuk beberapa saat, sebelum Todoroki kembali melanjutkan. "Di awal memang, aku mencurigainya dengan banyak hal. Semua yang ia pikirkan tidak pernah bisa aku perkirakan. Antara emang arah pikiran kita yang beda atau memang dia saja yang tidak pernah tertebak."
"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"
"Saat pertarungan dengan Hero, rata-rata dari kami itu bertarung berdua melawan satu hero. Tetapi (Name) hanya sendiri melawan Miruko-san. Dia di awal bisa mengalahkan Miruko jika ia mau, tapi syaratnya hanya bertahan selama lima belas menit, dan ia benar-benar hanya ingin menang dari itu saja. Saat melawan Nejire-san, Tamaki-san, Mirio-san, kalau aku pribadi, aku akan langsung melawannya dari awal dan membantu teman sekelas lain. (Name) beda, ia bersembunyi dari awal, mengukur kekuatan, mencari celah, lantas bertarung hingga ia merasa cukup. Tokoyami juga bilang, (Name) selalu merasa cukup. Ia cukup dengan kekuatannya, ia cukup dengan pengalamannya. Dia yang pengendalian dirinya paling bagus."
"Makanya Hawks-san, jika semua orang bilang dia sudah di sisi penjahat, aku akan langsung menyanggahnya. (Name) selalu punya rencana. Pertemuannya dengan aku dan Bakugo itu termasuk dalam rencananya. Pertarungan ini mungkin termasuk dalam rencananya. Honenuki-san sendiri yang bilang kalau ia diarahkan (Name) untuk setidaknya menangkap satu orang penjahat dibandingkan menyelamatkan dirinya."
Hawks bertepuk tangan, membuat Todoroki menoleh heran.
"Aku cukup dengan jawabanmu."
Ia menepuk bahu Todoroki.
"Kalau begitu, surat undangan dariku akan datang beberapa hari lagi. Sebaiknya kau bersiap-siap."
*
"Sebenarnya bagaimana proses asli kita bisa berpindah pikiran?"
Aku mengetuk-ngetuk meja putih kosong di hamparan putih luas tanpa ujung ini. Di depanku. Persis sekali denganku.
(Name) di depanku menopang dagunya. Sepertinya ia masih syok setelah aku menceritakan semuanya.
"Sepertinya, itu hanya sekedar keinginan saja?"
"Hah?"Aku mengangkat alis tidak paham.
"Dulu, pas kita pertama kali bertukar, aku bertemu dengan penyihir atau orang dengan quirk vision atau apalah yang mengatakan aku punya kembaran di dunia lain, dan aku berpikir seperti 'ah enaknya hidup dia, tidak sepertiku'. Besok paginya, saat aku berangkat pagi ke sekolah yang diperintahkan si jelek itu dengan perasaan kesal, aku diserang oleh penjahat secara tidak sengaja. Saat hendak pingsan, aku berpikir kembali persis seperti itu. Dan tara, aku berada di duniamu."
"Hah? Begitu saja?"
(Name) mengangguk. Membuatku kembali berpikir keras. "Tapi kalau gitu doang, berarti kita mah bisa tukeran sebelumnya juga?"
"Iya, tapi aku tidak pernah berpikir seperti itu saat di duniamu. Nah, kau sendiri bagaimana? Pernah ga mikir buat balik? Yang benar-benar berpikir sekuat itu?"
Aku kembali mikir.
Oh iya, ga pernah hehe.
Ga pernah kepikiran anjir.
BERARTI DARI AWAL KLO AKU KEPIKIRAN MAH BISA PAS LAGI SITUASI MENDESAK KEK NGELAWAN AFO TRUS MIKIR 'anying susah, tukeran deh, mau balik.' Tara makjreng. BALIK.
Bjir, kenapa gak ada yang bilang dari awal?
"Sebagai pikiran, pikiranmu sederhana ya?"(Name) tertawa pelan.
"Berarti saat yang aku diculik?"
"Kau merasa berpikir tidak?"
"Aku hanya berpikir sekilas, tapi kebanyakan tentang sini sih, seperti aku masih ingin berteman dengan mereka?"
"Terus?"
Aku berpikir keras kembali.
"Sepertinya aku berpikir sekilas untuk balik ke rumah? Karena tau apa yang terjadi setelahnya bakal berat?"
(Name) mengetuk meja agak keras. "Itu kuncinya."
"Yang ini juga berpindah karena aku yang mau." Aku mengangkat kepala, menatap wajah yang persis sepertiku. "Jadi, kau sudah tahu akhirnya kan?"
(Name) mengangguk, tertawa miris.
"Mau bagaimana lagi?"
Tapi dia kemudian angkat bicara, "Tapi kau tidak masalah? Maksudku, kau yang akan menyelesaikan ini seperti katamu? Bukankah lebih baik jika kau menghabiskan waktu yang tersisa di sana. Aku bisa menghandle ini, setidaknya sampai kita menuju 'ending' itu."
Aku menggeleng sambil berdiri, "Aku yang menyebabkannya. Aku juga yang harus menyelesaikannya."
(Name) menghela napas. Dia terlihat emosional. Matanya sendu. Ikut menyusulku berdiri. Kami berdua berdiri berhadapan.
"Kau tahu, sepertinya jauh-jauh lebih baik kalau kita adalah dua raga terpisah, dan berteman. Atau terlahir kembali sebagai anak kembar."Aku tertawa. Merentangkan tangan.
(Name) tersenyum, matanya sudah berkaca-kaca. Menyambut pelukanku.
"Dari sekian banyak hal yang terjadi selama aku hidup, kau benar-benar orang yang membawaku kembali hidup."
Aku mengusap bahunya, "Nikmati kehidupanku sepuasnya. Uangku di tabungan habiskan saja untuk hal-hal yang kau inginkan."
Air matanya perlahan mengalir, (Name) masih tersenyum sedih.
"Terima kasih banyak (Name), kau orang yang paling berharga bagiku. Tolong jangan banyak terluka di sana."
Aku membuka mata. Gabisa ding masih gelap.
Sianjir. Semua badan sakit rasanya, kepalaku benar-benar seperti dipaksa memutar lalu otaknya dikeluarkan lalu PUSING. WOI ELAH.
Badanku tidak ada yang bisa digerakkan.
Semuanya sakit.
Sumpah ga expect begitu bangun langsung di badan yang kaya abis ditabrak pohon.
"Sepertinya, dia sudah bangun."
Sayup-sayup, di tengah sakit yang sangat menyengat ini, aku mendengar suara orang, tengah berbicara.
"Detak jantungnya meningkat."
"Oke, kita bisa mulai tahap selanjutnya."
Jarum suntik terasa menembus kulitku.
Dan kemudian kembali gelap.
Aku berada di ruang putih lagi.
Tapi kali ini sendirian.
Aku menarik napas, ngeselin banget anjing. Kalau aja udah sehat, gada pertimbangan apapun bakal aku injek-injek mukanya terutama yang namanya Shigaraki. Bakal aku injek sampe pesek itu hidung jelek.
"Jadi, apakah kau sudah menyerah?"
Di depanku. Satu lagi aku. Maksudku, ada aku tapi warnanya biru semua. Seperti aku yang terbuat dari air.
"Apakah kau si jiwa?"
Suaranya mirip setan yang teriak-teriak di kupingku selama di pulau Nabu.
"Apakah kau sudah menyerah, sayang? Mengembalikannya semua kepadaku?"
"Aaah, kau pasti jiwa alias kekuatan dari perjanjian itu kan ya?"Aku menebak-nebak.
"Serahkah penguasaan tubuh ini kepadaku, dan akan aku usaikan semua yang terjadi ini."
Perasaan dewi laut itu kaya ibu peri, kenapa ini kaya nenek sihir sih. Memaki diriku dalam bentuk aer.
Aku menghela napas. Memantapkan jiwa sebelum kemudian menatap ke mata biru air itu.
"Apakah kau mau bekerja sama denganku?"
*
yey.
jadi, kemarin gw tuh udah buat permintaan maaf terbuka yah di IG, karna gw cenderung menganakemaskan satu ship. AWKWKWKWKWKWK MAAP YAH KAWAN-KAWAN
jadii, biar adil, gw buat tuh art anak-anaknya yg laen, yg BENERAN AKWKWKW maaf yah dulu gambarnya aneh jdi gw perbarui deh.
tapi satu satu, jadi pertama kita mulai dari anaknya bakunem YEY shippernya plis kasi gw nasi kuning, NOH gue duluin BAKUNEM
btw #whatifnya bisa dilihat di Reason 1 yah di 'susu'. nanti gue ganti juga art gue di sana.
enjoyyy
si Miki nih anaknya baku banget KEK SEBAKUGO ITU, quirknya juga kaya bakugo, tapi bedanya kalau bakugou kan keringat ya, alias semakin banyak baku gerak, semakin berkeringat dia, semakin besar ledakannya, si Mikki nih besaran cairannya berdasarkan adrenalin alias dia bakal seOP itu kalau tertantang. hobinya ngajak berantem semua orang. funfactnya, si Miki ini orang yang bener-bener sedenial itu kalau mamanya tuh kuat banget. jadi banyak momen di mana Miki nyoba buat mancing kekuatan mamanya (read:nyerang mamanya berakhir dijewer ayahnya).
Lu bayangin aja udah si nem belum nikah digangguin penjahat, abis nikah digangguin anaknya sendiri.
trus ini Aki. NAH ini baru anaknya Nem banget. bedanya tekadnya lebih kuat aja. Kayak, kalau Nem kan mengalir aj yah hidupnya, yang penting hidup aja kata dia mah. kalau Aki nih rada beda, kalau dia pengennya juara 5, yaudah dia bakal ngusahain juara 5 itu dan segamau itu buat juara selain 5 sekalipun itu juara satu.
Funfactnya dia terobsesi (in a good ways) sama omnya, alias kagum banget sama Hawks.
next anaknya todonem yah (klo gw ga males)
OKEI, LANJUT KE FANART OLIPPP
ini dari @pelliac
ini nih todonemnya dari @.dynammmtofu di IG
trus ini si lucu dari _purple.dream alias chibi chibi nem lagii
okeh ya
sampai babai
Owlyphia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro