[40]
WEH HAI HAI.
Btw ini chap terakhir.
sebelum balik ke dunia komik
puas2in lu pada yg ngeship bayunem yah
btw mengnya pas gede itu udh mati yh :(
*
"Dion."
"Iya?"
Aduh, adekku yang paling pinter, yang paling jenius, yang paling lucu sepanjang masa, yang sangat amat patuh kepada kakanya yang lagaknya satu mirip setan satu mirip iblis. Dia adek terbaik plis deh kalo bisa di kehidupan selanjutnya aku mau request punya adek kaya Dion, trus kalo bisa ada versi abangnya aja.
"Dion, kamu teh gedenya masi lama banget. Kenapa sih ga gede cepet-cepet."
Aku tersenyum, mengelus rambut pendek hitamnya
"Ga paham maksud teteh."
"Besok-besok Dion juga paham."
Dion mengernyitkan dahi. Masih sibuk dengan mainan legonya.
"Nitip Kak Bayu ya Yon."
"Kan Kak Bayu udah gede. Ngapain dititipin ke Dion."
"Yaudah si iyain aja."
Dion menggerutu tidak jelas dalam gumamnya. Aku tertawa pelan, melanjutkan mengganggunya bermain balok meski kemudian diusir suruh duduk di sofa.
Menatap Dion dengan pandangan sayang.
Ah, kan aku juga pengen ngelihat Dion SMA trus pacaran, nanti pacarnya aku seleksi dulu redflag apa engga, kalo dia suka susu langsung lanjut akad nikah juga ga masalah.
Aku juga pengen nemenin dia sampe Dion kuliah, dia pusing mikirin ujian masuk kampus, trus nanti ikut ospek anak teknik dan ikut botak.
"Ah.."
Kalau aku kuliah, aku kuliah di mana ya?
Kayanya cocok deh kalo bisnis. Nanti outfit aku ala-ala old money gituh, pakenya serba mono gitu. Tapi cocok gasi kalo berangkat ke kampusnya naik angkot?
Aku menggeleng-geleng, ambil sisi baiknya nem, lu ga perlu pusing-pusing mikirin ujian masuk kampus yang mampus itu.
"Woi, lu masi belum baikan sama anak tetangga?"
Paus dari dapur berseru melihatku duduk santai di sofa.
"Aman-aman, udah baikan kok."
"Kok gak main bareng?"
"Emang harus banget gitu main mulu 24/7?"
Paus kalah debat. Dia memilih buat fokus bikin mienya padahal si bibi udah masakin banyak makanan idih idih anak durhaka emang
Jadi bener ges, aku sama Bayu udah baikan.
Baikan ya anying bukan Balikan
EH KAN DARI AWAL AKU GA MASALAH NJIR, berarti si Bayu udah minta maaf.
Tapi skrg aku lagi dijauhin
Biasalah bocah labil.
*
Bayu ga labil.
Tapi siapa sih yang bisa mikir dengan WARAS kalo lu diceritain TEMEN DEKET abis pindah dimensi, kena kutukan, dan takdir dia kedepannya adalah mati.
SIAPA YANG WARAS?
Ini flashback btw
Bayu melangkahkan kaki. Menuju ke arah orang yang lagi melamun di tepi pantai. Membiarkan angin berhembus menerbangkan beberapa anak rambut. Angin pantai sore yang lagi kencang-kencangnya menambah suasana dramatis dari rambut yang berkibar itu.
Sampai di titik dia berdiri di belakang (Name) aja, Bayu masih bungkam. Masih enggan buat berbicara.
"Aku mau cerita."
Setelah beberapa menit, akhirnya (Name) yang membuka suara untuk pertama kali. Huuuu ga gentle kau bang
"Ini terdengar gila. Aku gak nyuruh buat percaya atau engga, tapi yang jelas, aku benar-benar mengalaminya sendiri."
Berceritalah gadis itu. Sejelas-jelasnya. Semuanya diceritakan. Sampai tahap di mana Bayu benar-benar korslet dan hanya bisa mematung kaku.
Tentang ia yang masuk ke dunia lain. Tentang praduga kenapa (Name) bisa berpindah posisi. Semuanya diceritakan.
Sekaligus menjelaskan semua pertanyaan Bayu yang selama ini ia simpan rapat-rapat.
"Tapi ya sekali lagi, terserah mau percaya apa engga."
Bayu masih diem. Jadi aku ikut diem.
"Kenapa tiba-tiba kamu mau cerita?"
"Karena setelah ini aku bakal balik ke sana."
Bayu benar-benar menoleh sekuat tenaga.
"Kenapa?"
"Ya.., aku harus menyelesaikan apa yang sudah aku mulai."
"Tapi resikonya-"
"Semua orang juga resikonya kematian. Lu nyetir ke sini juga resikonya meninggal."
Sia-sia, (Name) gabisa dibantah masalah ginian, hidden skill dia ngeyel soalnya.
"Aku ga ngasih tahu ini ke Rea, Yu. Etapi terserah ding kalo misal kamu mau bilang ke Rea. Cuman ya aku bener-bener ngasih tahunya ya ke kamu doang, ga ke Bubunda, ga ke Paus. Cuman ke kamu doang."
(Name) melanjutkan lagi, "Setiap orang punya masalah masing-masing, Yu. Aku minta maaf, soal klinik, soal psikolog, dan semuanya. Aku minta maaf udah ikut campur semua masalahmu, jadi aku mutusin buat cerita juga masalahku sekarang. Aku minta maaf udah ngambil struk rumah sakit di lacimu. Masalahmu memang masalahmu, aku yang salah udah ikut campur lebih jauh kemarin."
Bayu masih diam.
"Masalah keluargamu juga. Aku harusnya dari awal tau cara kita dalam menyelesaikan masalah itu beda dan gabisa disamaratakan. Harusnya kita dari awal ngasih space yang jelas. Aku gak ada pembelaan apa-apa jadi maaf ya Yu."
"Harusnya sih kita impas ya sekarang kalo aku udah cerita masalahku selama ini."(Name) tertawa pelan. Masih terus menatap laut. "Dan kamu juga udah gapunya alasan buat marah lagi gara-gara aku yang katanya nih tertutup dan gamau berbagi masala-"
"Belum impas.."
(Name) menoleh. Mengernyitkan dahi.
"Hei- kan aku udah cerita!"
"Tapi kemarin kau juga ikut campur masalahku bukan?"
"Itukan buat kebaika- oke, iya, maaf."Seperti biasa, seperti layaknya seorang (Name), dia langsung mengangkat tangan menyerah dan meminta maaf. Tidak berniat memperpanjang masalah lagi lebih jauh.
"Trus, emang apa yang mau kau lakukan biar kita impas?"
"Gausah balik ke sana."
Dua pasang mata itu saling bertatapan. Untuk pertama kali di hari ini.
"Aku mau ikut campur masalahmu. Gausah balik ke sana. Baru kita impas."
Dan (Name) tidak menemukan unsur bercanda satupun dalam sorot lelah mata cokelat itu.
Trus flashbacknya selesai.
Intinya sejak itu, (Name) langsung diam. Mereka di sana diem-dieman sampe matahari terbenam lalu Bayu ngajak balik dan okeh akhirnya mereka balik pake motor vario Bayu.
Bayu abis itu gabisa tidur, jancok emang. Dia bener-bener kepikiran.
Antara (Name) itu jujur atau dia sebenernya pengarang handal.
Jadi kesimpulan yang Bayu tarik adalah gini.
(Name) itu punya kembaran di dunia lain. Trus mereka tukeran pikiran dan jadilah (Name) fek yang beberapa bulan lalu selalu bareng Bayu.
Tapi kata (Name) ril, gada (Name) fek dan ril, semuanya (Name), dia juga nekenin kalo Bayu harus baik ke satunya karena sebenernya mereka berdua itu satu kesatuan.
Nah di dunia itu, (Name) tau kalo dia ini sebenernya terkutuk. Dia nih kaya anomali sekarang dan kalau dibiarkan keseimbangan dunia bisa rusak. Salah satu cara eh satu-satunya cara buat ngelepas kutukan itu ya dengan memenuhi alur kutukan dan berakhirnya dengan kematian.
Kalau kutukan itu ga berakhir di (Name), dia bakal terus menerus berlanjut sampai akhirnya kutukan itu terlepas dan Bayu heran di sini kenapa tiba-tiba (Name) ga tega kalo anak-anak lain kena kutukannya. Soalnya Bayu kenalnya mah si (Name) kaga ada jiwa pahlawan sama empatinya kalo masalah begituan.
Trus dijelasin lagi deh sama (Name) kemarin kalau dia tuh melakukan sesuatu yang membuat kutukannya jadi tidak terkendali. Emang bawaannya troublemaker aja si. Ga dimana-mana tetep aja troublemaker.
TAPI AKHIRNYA KEMATIAN.
Bayu gak bisa.
Dia gak bisa.
Kalau harus ditinggal lagi.
"Sialan-"
*
Aku tahu ini berat buat Bayu. Meski sebenernya aku ga cerita kalau aku tuh masuk ke dunia komik alias yang aku cerita mah tukeran tubuh, kutukan aja. Maaf yah yu, aku tetep aja gabisa ceritain semua, takutnya lu tiba-tiba datengin komikusnya kan berabe bjir.
Intinya seharian ini, aku udah ketemu sama banyak orang, pamitan secara halus alias orang-orang banyak yang ga ngeh sih. Tapi yaudahlah toh mereka abis ini ketemu sama (Name) lagi
Dan aku gabisa ikut kata Bayu. Aku tetep harus balik. Ga mungkin aku lepas tangan, menunggu kematian dan membiarkan (Name) menghadapi muka-muka jelek itu. NO WAY, anak sekicik itu tidak boleh dikotori oleh tangan tangan tangan tangan Shigaraki dan muka streples Dabi.
Dan malem ini tuh bakal jadi first try apakah aku sebenernya bisa balik dengan kesadaran penuh atau tidak.
Semoga sih bisa ya, karna AKU MALU ANJIR udh pamitan sama banyak orang tiba-tiba haha hehe nongol lagi besoknya.
Selamat tinggal kamarku yang sangat nyaman ini.
Maaf ya Yu, asli deh maaf, kamu udah banyak ditinggal selama ini ternyata masih harus ditinggal lagi tapi kan katanya people come and go jadi harusnya ikhlas bisa ya kan.
Orang gila.., aku menghela napas, menatap layar laptop dengan pandangan kosong.
"Habis ini, aku bakal bangun-bangun di penjara. Minimal penjara, maksimal kuburan."Aku mengambil kertas, mulai mencoret-coret asal.
"Yang harus aku lakukan pertama kali setelah terbangun.."
"Bertahan hidup.."
Aku tertawa kecil sebelum kemudian melanjutkan menulis apapun yang aku rasa bakal aku lakukan di kandang penjahat bajingan, miskin, tidak bermodal, dan lusuh ga pernah ganti baju lima season.
Kalau bener kata dewi, berarti aku adalah keturunan terakhir. Bakal ada timing di mana orang yang benar-benar aku sayangi berada di ambang kematian dan instingku bakal bilang 'selamatkan dia'
Trus dia selamat.
Yehahahaha.
Aku yg ga selamat anj.
Berarti nih, kemungkinan besar SANGAT BESAR bakal ada last battle HEBAT yang dimana bakal ada anak-anak UA, guru-guru, pahlawan. Tebakanku harusnya benar karena pasti orang yang aku anggap berharga sekali ada di sana. Yekan aku kenalnya anak UA doang bjir, pasti ada anak UA di sana.
Semoga bukan Hawks yah, takut cadangan permintaan ini nanti kedepannya bikin aku menyesal.
Alurnya sebagian besar sudah berhasil aku tebak.
Di Last Battle ini pasti antara melawan Shigaraki full power, atau All for Onenya nongol, atau malah monster gede yang nyusahin itu. Siapa namanya? Gigan apalah itu.
Aku bergumam pelan, melanjutkan menulis sebelum kemudian berhenti. Menatap coret-coretanku.
"Orang gila.."
Orang waras mana yang menulis praduga alur kematiannya sendiri dengan mudah tanpa memikirkan macam-macam.
"Yah kan jadi tambah jelas kalo aku kebagian jadi pikiran awikwok."
Lagian juga aku pasrahan yah, begitu dibilang endingnya mati, yawdah mau gimana lagi. Tetap harus bersyukur udah dikasih hidup. #staybersyukur
Terkekeh pelan sebelum melanjutkan mencoret-coret. Tidak peduli.
Terhenti lagi karena suara ketokan dari pintu balkon saat kamarku tuh ada di lantai dua.
Ga ganti horor karena itu si monyet aja, emang biasa sesuai habitat, dia lewat balkon.
Aku membukakan pintu balkon, menatap Bayu yang masih dengan setelan batik sekolah. Jorok bat anjir belum ganti baju itu anak sebelum kemudian langsung masuk ke kamar, menyimpan kertas tersebut hati-hati.
Bayu duduk di kasur. Masih diam.
Aku menghela napas, mengambil kertas baru dan mulai mencoret-coret.
"Apa benar-benar harus pergi? Harus bertukar lagi?"Lelaki itu akhirnya angkat suara. Pelan. Kepalanya sepertinya masih menatap datar lantai, tidak berniat bertukar pandangan denganku yang barusan menoleh.
"Iya."
"Apa kutukan itu benar-benar nyata? Apa endingnya-"Lidah Bayu mendadak kelu. Tidak sanggup melanjutkan kata kramat itu. Kata yang benar-benar ia takuti.
Aku menghembuskan nafas. Menoleh lagi sambil tersenyum tipis.
"Kau percaya gak?"
Bayu diam. Tidak berniat memberi jawaban.
Ia jelas pengen tidak percaya. TAPI bukti-buktinya beneran sejelas itu terpampang di depan muka. Sangat jelas sampai ia tidak sanggup membantah apapun lagi.
"Semua yang aku bilang kemarin, itu ending terburuknya, Yu."Aku mengacak rambut, menghela napas, "Semua pilihan yang aku ambil tuh bukan buku novel yang endingnya jelas. Pasti kan ada ending baik dan buruk. Makanya aku bilang kalo kemungkinan bakal mati karena ya jelas yang mau aku tekanin ending terburuknya aja."
"Kalo misal aku bilang aku ga bakal mati dengan mudah, percaya ga? Di sana aku itu overpower lho."
Atmosfer ketegangan ruangan seketika mencair. Bayu tersenyum tipis.
"Emang seberapa sih kekuatannya?"
Aku ikut tersenyum. Senang dengan perubahan moodnya yang sangat jelas ini.
Tuh kan.
Mau sekesel apapun sama orang ini, tetep aja dia tuh bener-bener kaya bagian dari hidupku di sini. Ada aku ya ada Bayu, ada Bayu ya ada aku.
"Keren banget cuy, asli deh. Di sana plot armorku juga hebat, susah banget buat kalahnya. Makanya aku sepede ini buat bilang kalo ga bakal mati dengan mudah."
"Emang kekuatanmu apaan dah?"
"Tebak aja deh, yang pastinya overpower anjay, lebih keren daripada punya dia."
Nunjuk Bakugo di layar laptopku. Aku tersenyum tipis, terkikik geli.
Seenggaknya dengan perubahan topik ini, Bayu menjadi lebih santai. Seperti orang yang aku kenal selama 16 tahun hidup, seperti orang yang udah tumbuh merangkak bersama dari bayi.
Waktu sudah semakin larut, sangat larut saat kemudian Bayu berdiri. Menatapku lamat-lamat.
"Berarti.., ini perpisahan?"
"Iya, kan kita rumahnya beda, bego."
Bayu hendak membantah sebelum aku kembali memotong ucapannya.
"Canda-candaa,"Aku terkikik, merentangkan tangan.
Bayu menyambut baik ajakan pelukanku.
"Kau baik-baik sama (Name) satunya. Kita masih satu jiwa. Kalau dia sakit hati, di sana aku langsung ngerasain."Aku menepuk-nepuk pundaknya. Ia masih memeluk erat, ga seerat itu sih. Tapi ya lumayan erat deh. Bayu bergumam iya, tidak terlalu terdengar jelas.
Kami melepas pelukan. Kali ini, aku mengantar Bayu ke balkon.
"Balik ke sini cepat-cepat ya."
Aku mengangguk, "Selesaikan juga masalahmu di sini. Biar kita sama-sama impas lagi."
Bayu mengangguk, ia sudah hendak melompat ke pohon seberang sebelum aku menghentikannya. Mmf labil.
"Bukanya nanti. Kalo ada apa-apa."
Bayu menatap kertas terlipat di tangannya sebelum kemudian mengangguk. Aku lega dia ga banyak protes terkait ending buruk dan sebagainya.
Saat Bayu sudah lompat ke pohon, turun, dan hendak balik ke rumahnya, ia berbalik. Mata kami saling bertatapan. Aku kembali melambaikan tangan.
"Semoga beruntung."
Aku tersenyum, masih melambaikan tangan sambil berkata pelan agar Bayu bisa membaca gerak mulutku.
"Sampai jumpa lagi."
Semoga.
*
Aku merapikan meja belajar, buku yang harus (Name) baca saat ia kembali ke dunia ini, yang berisi semua tulisanku, semua arahanku, dan semua penjelasanku sudah aku tata rapi di atas meja.
"Harusnya semua aman sih."
Aku menarik nafas panjang, berjalan ke tempat tidur.
"Bisa, ayo bisa."
Menarik selimut. Memejamkan mata.
Hitam.
Kerjap kerjip warna-warna aneh sebelum kemudian aku merasa sedang berdiri di sebuah ruang kosong. Biru Laut. Tanpa ada batas ruangnya. Seperti sebuah kotak sangat besar.
"Apakah kau yakin,"
Aku mengangguk.
"Apakah kau tidak menyesal?"
Bacot
Ruangan kembali berkedip. Gelap. Terang. Kesadaranku rasanya seperti diputar hebat.
Sebelum kemudian kembali menjadi gelap dan terlelap.
*
Bayu menunggu di atas motor. Menatap lamat-lamat rumah tetangga depannya itu.
Begitu pintu terbuka, begitu mata mereka saling bertatapan. Bayu menarik nafas panjang. Berusaha untuk menghilangkan rasa kecewa tipis di hatinya.
Bayu tersenyum tipis. Menyalakan mesin motor, bersiap berangkat sembari gadis itu berjalan mendekatinya.
"Lama gak ketemu ya (Name)?"
(Name) tersenyum tipis, "Gimana kabarmu, Yu?"
Semoga beruntung.
*
yey akhirnya-
balik ke dunia satunya
mmf ya temen temenku tersayang yang shipnya bayunem soalnya kapal kalian dari awal emang jelas-jelas udah karam, udah aku disclaimer dari awal yah mon maap awokwowk
trus skrg ak mauuu mamerin semua fanart kleaan, yg kemarin ngerasa ngirim pas aku hiatus PLIS KIRIM ULANG GES MAAF BGTTTTT
LUCU KALI LAH, authornya gamau ditag ih padahal SELUCU SEIMUT SEKALI LAHAP INI WOI???
PLIS BLIO NI IMPROVE KALI DEH, KAYA- ITU DARAHNYA?????
mukanya tengil banget TAPI AKU SAYANG, artstylenya lucu bener eh eh eh PLIS LUCU
INI TUH EDISI AGUSTUSAN (GW LUPA TAHUN KAPAN) TPI LU PADA GA PERNAH LIAT NEM PASKIBRAKA ERA KAN AWKWKWKWKWKKW LUCU
SUMPAH ANJRITT KEREN BETUL, KEREN BANGET, KEREN ABIS ALIAS ITU AIRNYA DIA????? SHSHSHSHSHSH
sampai babai
owlyphia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro