[39]
mmf ya ges, asli teh ini maaf bgt
klo lupa alur, bisa reread yah, mmf banget sekali lagi ini deh asli maaffffff
*
"Paus, kelas pagi gak?"
Lelaki yang kutebak baru kembali pukul sebelas malam tadi menoleh, mukanya terlihat masih segar, sepertinya dilanjutkan menunggu sampai fajar datang.
"Enggak. Free gue hari ini."
Aku melepas celemek, meletakkan dua piring berisi nugget. Sebagai sarapan pagi, tentu saja. Dion biasanya jam setengah delapan bakal ada mobil jemputan yang jemput. Sementara aku mesti berangkat sebelum jam 7 tentu saja.
"Anterin dong."
"Kemana?"
"Pangkuan tuhan."
Selepas aku berkata seperti itu, Fauzan reflek menoleh syok, alisnya mengernyit. "Canda bego, anterin ke sekolah."
"Tetangga kenapa? Motornya rusak lagi?"
"Kelas siang."
Tidak banyak yang bisa kujadikan alasan. Tapi karna Paus malas berpikir atau mungkin dia sedang lemot, jadi hanya mengiyakan saja. Tak banyak bertanya.
Padahal logikanya, anak SMA mah semuanya masuk jam 7 barengan, manada kelas siang.
Motor dia motor gede, hasil banting pintu (canda), dia ada kali tiga bulan bawa bekal dari rumah (paus kaum pp) buat nabung. Meski ujung-ujungnya tetep aja tiga perempatnya dari Ayahanda. Sementara paus ngeluarin motornya, aku duduk di kursi depan rumah, sambil make kaus kaki.
Orang aneh, kan harusnya yang marah aku anjir, kenapa jadi dia yang ngambek.
"Dion, aku sama Bang Ozan berangkat dulu, paling bentar lagi mama pulang dari pasar, pintu rumah jangan lupa dikunci."Aku menoleh ke si Dion yang lagi anteng nonton TV di ruang tengah. Anaknya menoleh sekilas terus mengangguk.
Aku naik ke motor paus yang anaknya udah nangkring di atas menunggu.
Paus tuh tipe orang yang nyetirnya santun (gatau kalo di luar), gara-gara dia dua tahun lalu bawa Dion terus mereka kecelakaan tunggal. Mama sama Ayah sih udah ga masalah toh dari awal beliau berdua ga nyalahin paus dan lebih fokus ke pemulihan keduanya. Cuman emang Paus nyesel banget sih pasca kejadian, dia nyesel ugal-ugalan pas itu. Makanya kalo boncengin aku juga ati-ati banget.
"Lu ada masalah sama si tetangga?"
"Dia ada masalah sama Ibunya, terus pas ngobrol sama aku, cekcok dikit karena dia masi emosi."
"Jir, kok lu ga nelpon gue?"
Aku memutar mata, "Ngapain? Orang ga sampe mukul orang kok."
"Besok gue bilangin dah anaknya, ga pantes anak cowok make kekerasan di rumah orang."
"Dibilang kaga ada mukul orangnya samsek."
"Yeelah tetap perlu buat sopan santun itu. Gitu-gitu dia tetep tamu."
Aku menghela napas, memilih untuk menatap jalanan saja, "Jangan digebuk."
"Ngomong sesama cowo bagusnya otot-otot."
"Mata lu."
*
Aku memutar pensil di tangan, melihat gerombolan anak yang tengah menuju ke kantin lewat jendela sebelah tempat dudukku.
"Re."
"Kenapa?"Rea menoleh, dia sepertinya tahu perihal pertengkaran ini tapi memilih diam saja memperhatikan.
"Kalo aja nih, ada orang yang sedang megang usaha, kita bilang aja si A. Abis itu, si A nyerahin mandat ke B, jadi si B yang megang usahanya sekarang."
"Terus??"
"Si B melakukan kerjasama yang entah itu baik atau buruk. Tapi masa kerjanya segera diganti sama si A. Menurutmu yang nyelesain mending si A sebagai owner atau si B sebagai pemegang keputusan saat kerjasama itu terjadi?"
Rea diam. Sepertinya tengah memikirkan pertanyaanku atau sedang menyusun kata-kata yang tepat.
"Menurutku, mereka baiknya bekerja sama, antara itu si A atau si B. si B yang memulai dan si A sebagai owner. Toh keuntungannya juga buat usahanya kan?"
"Kalau untuk masalah tanggung jawab?"
"Tentu B. Apakah dia melakukannya dengan consent si A, atau dia melakukannya secara independent. Banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan tapi aku bakal milih B sebagai orang yang bertanggung jawab."
Kali ini gantian aku yang diam.
Rea menghela napas panjang, meletakkan permen di mejaku, "Faktor lain yang harus dipertimbangkan itu juga termasuk faktor orang-orang di sekeliling A dan B. Apakah dalam masalah kerjasama itu, orang-orang yang ikut dalam kerjasama lebih nyaman untuk bekerja dengan A atau dengan B, atau mereka lebih suka kalau keduanya digabung."
Aku bisa merasakan kalau dia memandangku lamat-lamat. Tatapannya seperti menyiratkan bahwa ia ingin aku menceritakan semuanya.
Tetapi sedikit yang tahu itu lebih baik untuk semuanya.
"(Name), kau tahu kan, kalau kamu tuh punya kita buat cerita."
Aku tersenyum tipis.
"Iya.."
*
Pulang sekolah, aku tak langsung pulang ke rumah. Berhubung Bayu lagi gak mau ketemu, dan Paus juga katanya ada rapat tapi kayanya dia boong, jadi aku bilang kalo bakal pulang sendiri setelah keperluanku selesai ke Mama.
Keperluan yang dimaksud itu... pergi ke pantai.
Pantai di daerahku itu jaraknya yaa sekitar setengah jam pake kendaraan umum. Ga sedeket pas di sana tapi ya lumayan deh. Pantainya tidak terlalu ramai, hanya warga lokal yang mengelola warung dan beberapa pejalan kaki. Aku melepas sepatu dan kaus kaki, meletakkannya di tempat yang aku rasa bakal tidak tergapai ombak, melangkah pelan menuju ke bibir pantai, duduk tanpa alas apapun.
Ingatan di dimensi sana yang terakhir aku ingat adalah scene festival olahraga. Aku ditangkap Dabi dan sebagainya. Artinya juga sekarang (Name) lagi di posisi diculik, entah diapakan.
Lagipula, kenapa timingnya sangat tidak tepat, kayak lu jadi (Name) bangun-bangun di penjara apa ga jantungan anjir???
Ketemu muka jelenya dabi ama shigaraki apa ga tambah jantungan woi, muka mereka kan nightmarenya anak kecil.
apalagi tiba-tiba ada toga lagi nyengir, IDIH amit-amit
maka dari itu demi menyelamatkan kewarasan (Name), aku harus bertanggung jawab
Iya kalo di penjara, kalo tiba-tiba bangun di bawah tanah?
Aku menghela napas, mematri dalam hati kalau aku langsung minta maaf kalau bertemu (Name) karena udah nempatin dia ke situasi sulit.
Sedikit banyak aku paham situasi kami saat ini. Apa yang menyebabkan ini terjadi, dan sebagainya.
Cerita perlawanan dewi Laut dan Chaos itu menggambarkan kekuatan ini.
Tiga anak yang tenggelam itu menceritakan asal mula kenapa kekuatan ini bisa bereinkarnasi.
Kisah paus dan putri duyung menceritakan kisahku kenapa bisa terbagi menjadi dua bagian.
Dewi gagal menyelamatkan dua teman gadis tersebut sebagai pemilik kontrak, atau dengan kata lain tidak bisa menyelesaikan mandat gadis, sebagai hukuman, ia mengabdi pada garis reinkarnasi gadis itu. Jiwa di sini adalah kekuatan dari garis kutukan ini.
Tetapi, di dunia sebelah yang struktur tubuh manusianya memiliki energi kekuatan tersendiri atau quirk, tentu saja terjadi sebuah tabrakan langsung ataupun tidak langsung antara keduanya. Baik dari kekuatan kutukan (jiwa) maupun energi murni quirk dari garis reinkarnasi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kutukan alias kekuatan asli tubuh reinkarnasinya. Untung aja daripada tabrakan langsung, kekuatan kutukan ini memilih untuk beradaptasi dengan mengambil energi quirk, yang menyebabkan garis reinkarnasi sebelumnya kebanyakan tidak kuat menerima beban energi quirk sehingga mati di usia dini. Ini yang menyebabkan kutukan ini memiliki banyak sekali teknik yang luar biasa untuk ukuran kekuatan air, ya.. karena dia mengambil banyak quirk sebelumnya yang kemudian diadaptasi ke dalam kutukan.
Kekuatan ini kemudian secara tidak langsung mencari cara agar penerus kutukan selanjutnya tidak mati, ini baru spekulasiku, tapi kekuatan ini memecah jiwa ini menjadi dua bagian, pikiran dan emosi, lantas menaruh satu bagiannya di dimensi lain dengan maksud agar beban quirk tidak langsung membuat pengguna mati karena ada bagian jiwanya yang di dimensi sebelah. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa memecah sebuah jiwa menjadi dua bagian dah, aneh emang.
Agar garis kutukan ini tidak berlanjut, mandat si gadis harus diselesaikan. Caranya simpel, minta jiwa untuk selamatkan dua orang berharga dalam hidupku, dalam hidup kami. Simpel tapi aku rasa tidak semudah itu. Titik poin ini dimana aku benar-benar berada dalam posisi gadis itu, hidup-mati dan rela berkorban untuk orang berharganya.
Dengan kata lain, setelah kutukan ini diputus, aku akan mati. Aku dan Emosi akan mati. Hal ini dilakukan sesuai alur masa lalu dimana si gadis mati, dan juga untuk memutus garis reinkarnasi selama-lamanya. Yang artinya, tubuhku yang di sini juga akan mati.
Aku menghela napas.
"Sial.."
Buat apa aku menjelajah dua dunia kalau ujung-ujungnya mati, bangsat. Udah susah payah alurnya belok sana sini tetep aja mati.
Ya emang kita semua ujung-ujungnya mati
Tapi ini tuh kaya mati yang dispoiler, makanya kesel banget.
Sebenarnya ya.., happy ending buat semuanya (kecuali aku yang mati) karena kutukannya terputus, garis selanjutnya hidup bahagia, Dewi Laut bisa tenang. Bonus lagi orang berharga yang aku selamatkan itu tetap hidup.
Sad ending karena aku mati aja sie.
Aduh.., ng.. gimana nasib aku yang jadi juragan ya tuhan..
Aku menghela napas (narasi part sekian)
Poin pertama. Aku harus kembali.
Sebenernya masi gada caranya tapi kayanya selama ada kemauan pasti ada jalan. harusnya. gatau prinsip ini berlaku apa engga, yang penting aku berusaha dulu, kalo misal ternyata udah permanen dan gabisa balik ke dunia sebelah, yawda aku bakal jadi anak baik-baik yang rajin dan menyenangkan hati orang tua biar saat aku mati, semua orang melepasku dengan tangisan dan bunga anjay wakaka.
Poin kedua. Aku harus pamitan dulu sama semuanya
Poin ketiga. Maafan ama Bayu
KARNA AKU GABISA KALO HARUS MEMOHON KE PAUS BUAT DIANTER TIAP PAGI.
"Jelasin ga ya.."
Aku menghela napas, ini part yang ngomong 'aku menghela napas' ke sekian kalinya untuk chapter ini karena penulis kehabisan ide.
Handphone dengan casing pink itu bergetar berkali-kali. Pasti Paus sedang nyariin (mustahil), atau mungkin Rea. Atau Bayu yang sudah intropeksi diri dan menyadari dia salah.
Aku membuka roomchat Bayu yang sebelumnya itu anak ngirim pesan 'di mana'. Dry text idih sok-sokan anjas lo bukan cowo cool damn dude, ngabs sebat skuy, harley kaos deus, ava dark layout gelap bnw, he/him 25+ banget, mdni, harsword, selective, hi good morning, listening to the 1975, cas, arctic monkeys, seratus rep confess secreto, pap main gitar blur, malam balapan gas, mama dulu baru kamu.
*
Sebenernya nama Bayu tuh bagus banget anjay. Bagaskara Yudhistira. Disingkat aja Bayu. Biasanya dipanggil Bagas sama orang baru tapi Bayunya gak suka soalnya Bagas tuh katanya singkatan dari Babi Ganas.
Tapi Bayu diem-diem nyebat. Kalo lagi banyak pikiran. Gaboleh ditiru anjir, cowo idaman nem mah bukan yang nyebatan. Tapi Bayu khilaf (kayanya). Jadi dia masih capatible buat jadi cowonya nem.
Tapi Bayu nyadar kok dia yang salah.
Cuman dia masih menunggu timing yang tepat buat minta maaf.
Anjay. Kaga cok, gengsi dia tinggi.
Seenggaknya pas Paus ngechat dia, nanyain (Name) dimana, sekalian ngancem juga sih. Itu mahasiswa minta tolong (Name) dijemput karena KATANYA si Paus ada rapat.
Boong itu, Paus kan kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang
Yaudah si, atas titah kakak ipar akhirnya Bayu megang hape, ngechat singkat ke (Name).
Lima menit ga dibales. Redflag banget anjir, slow respon, gitu kata batin Bayu.
Padahal yah, lima menit mah ga lama anjir, yang lama mah ditinggal dua tahun.
Mmf yah (sq)
beban : Share location
beban : Sini join
beban : Sekalian aku mau ngomong.
Bjir, pernyataan cinta kah??
*
Jadi tuh, timelinenya gini buat nem yg asli, yg suka susu. yg gasuka susu itu yg fek.ggg
nem festival sekolah -> diculik -> masuk ke dunia mangga (bayu) -> bangun di legue -> jadi penjahat (kynya) -> ketemu ama baku dan todo (chap sebelumnya) -> dibawa ke UA -> diculik lagi sama penjahat
jadi, timeline chapter di dunia ini tuh aslinya sebelum chapter yang dia ketemu todo ama baku trus dibawa ke UA.
ini tuh flashback cenah
nah jadi nem tuh abis ini bakal balik ke dunia bnha, gitu deh man teman
btw kedepannya aku mau aktifin igeh lagi yah
sampai babai
owlyphia
note : btw ges yg ngirim fanart plis kirim ulang, kehapus filenya SORRIIIII
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro