[30]
req yuk, kalian pengen lihat (Name) versi kostum apa? Atau karakter siapa? Atau anime apa?
Req sepuasnya sini hehe
*
"Apa yang terjadi dengan (Name) tadi?!"
Todoroki dan Honenuki yang sudah sampai di tempat lain dan sekarang sudah berada di atas tanah. Susah payah Honenuki menarik tubuh Todoroki yang terus memberontak agar menjauhi arena, berenang di tanah lunak memerlukan waktu asal kalian tahu. Sampai akhirnya lelaki dua warna itu menumpahkan segala pertanyaannya saat mereka sudah tidak didalam tanah lunak lagi.
"Efek samping dari obatnya."Honenuki mengambil napas. Berusaha agar tetap tenang. "Sepertinya obat dari penjahat-penjahat itu. (Name) menolak meminumnya, mungkin ada efek sampingnya."
"Ugh."Todoroki mengacak rambutnya, "Apakah sebaiknya kita kembali kesana?"
"Kurasa..,"Honenuki berpikir sejenak, menghela napas."Dia punya caranya sendiri, cara yang tidak ingin seseorang lihat."
Bunyi berdentum disertai siur angin dan kepul asap terdengar dari arah mereka lari tadi. Raungan Nomu menggaung sampai ke sini. Membuat keduanya reflek menoleh dan waspada.
Todoroki merinding sejenak. Rasanya..., seperti saat insiden kamp musim panas dan di pulau Nabu.
Sepertinya Todoroki sudah bisa menebak apa yang tengah gadis itu lakukan.
Honenuki menyipitkan mata, sedikit terganggu lantas berbalik melihat gerangan apa yang menyilaukan matanya.
Lelaki itu mematung saat melihat obyek yang bersinar terang melesat cepat ke arahnya.
"TODOROKI!"
Salah satu pelajaran penting, jangan sampai lengah sampai kau menang.
Semburan api biru menyala terang, hendak menyambar tubuhnya, sebelum Honenuki meraih tangan Todoroki, berencana menyelamatkan diri mereka berdua dengan tenggelam di tanah, reflek Todoroki lebih dulu bertindak, ia mengayunkan tangan kanannya, dinding es terbangun menghadang kokoh api biru tersebut. Dua elemen yang saling berlawanan saling bertemu membuat sebuah kebul uap.
"Hahaha.., cepat sekali kalian kembalinya,"
Dari balik asap itu, muncul sosok berjubah hitam, orang yang mereka lawan sebelum (Name) menarik dan membawa ke arena Nomu tadi. Merentangkan tangan terkekeh menyambut mereka.
"JANGAN MENGACUHKAN LAWANMU, DASAR KAU BAU ARANG!"
Dabi menoleh, disambut dengan tarikan kuat di kerah jubahnya. Belum sempat bereaksi, suara teriakan terdengar diikuti bunyi ledakan yang membantingnya kuat ke arah dinding selatan.
"SHINE!"
Bakugo melemparkan Dabi telak dibantu ledakan dari tangan kirinya yang menambah daya lempar. Membanting sosok mengesalkan itu ke arah dinding dengan kekuatann penuh.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN, BODOH!? KENAPA MALAH KEMBALI!?"Bakugo berteriak marah. Berlari dan mencengkram baju Juzoo yang tidak salah apa-apa. "Mana dia?!"
"Seperti yang di Kamp Pelatihan, Bakugo."Todoroki menahan lengan Bakugo yang tengah menarik kerah Juuzo. Berusaha agar laki-laki itu tak lantas melukai teman seangkatan mereka.
"Kamp pelati-"Bakugo mendadak diam. "Sial."
"Apa yang terjadi dengan kamp pelatihan?"Honenuki menoleh, tak paham maksud dari percakapan.
"Itu, terjadi keanehan dari kekuata-"
DBAM!
Bunyi ledakan kembali terdengar. Seperti suara pukulan kencang disertai siur angin yang hebat. pohon-pohon bertumbangan laksanan ilalang ditiup angin, bunyi retakan tanah terdengar nyaring. Diikuti oleh dentuman dasyat seperti sesuatu menabrak dinding utara.
Dan diantara itu semua, terdengar teriakan perempuan membaur di antara bunyi-bunyi tersebut. Membuat Todoroki dan Bakugo reflek saling bertatapan.
"KAU TANGANI INI!"Kedua nya berteriak bersamaan sebelum melesat menuju sumber suara.
Menyisakan Juuzo yang masih berusaha memahami apa yang terjadi sebelum akhirnya berdecih kesal karna dilimpahkan tanggung jawab sekenanya untuk mengatasi villain Rank A itu.
Juuzo menghela napas, berusaha untuk tidak mengumpati pemenang dan runner up festival olahraga itu, memilih menekan alat penghubung komunikasi di telinganya.
"Kendo, aku butuh bantuan, aku ditinggal patnerku sekarang."
*
"Ayo bertaruh."
Shigaraki menyilangkan kakinya di sofa seberangku, dengan santai menyandarkan badannya di sofa dan meletakkan kedua tangannya di lengan sofa. Menatapku intens.
"Di saat seperti ini, tanpa obat pelumpuh, tanpa kabel-kabel, kau akan berteleport ke luar dan segera kabur."
Aku menghela napas, berusaha sedikit rileks. Tidak menunjukkan ketakutan pada villain utama di serial, "Entahlah."
Di tempat kami berbincang benar-benar hanya ada aku dan Shigaraki di ruangan. Lantai kedua. Di luar gedung, berlalu lalang orang-orang lokal tanpa menyadari bahwa marabahaya besar tengah mengintai mereka dari atas sini.
Aku berhitung dengan situasi, hanya ada Shigaraki di ruangan ini. Dabi, Twice, Toga dan Mr Compress ada di luar. Jika aku memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur, bodoamat dengan orang lokal dibawah sana. Toh jika Shigaraki menyandera mereka, itu tak ada hubungannya denganku. Buat apa aku mempertaruhkan nyawa untuk orang-orang yang bahkan tak tahu aku hidup.
"Dan sepertinya, kau takkan kabur ke UA bukan? Takkan kembali ke UA? Tebakanku. seorang (Name) kabur takkan melaporkan kami ataupun tempat ini ke kepolisian ataupun komisi bajingan itu."
"Jika kau berasumsi begitu, kenapa kau tidak membiarkanku kabur dari dulu, Tuan Shigaraki Tomura yang terhormat."Aku mendengus. Melirik pintu sekilas
"Entahlah, rasanya kurang seru jika membiarkanmu kabur begitu saja. Awalnya aku berencana menjadikan orang-orang tak bersalah di bawah sana sebagai cara untuk mengancam tapi sepertinya salah."
Cih. Aku berdecih, memutar mata, masih berhitung waktu yang tepat untuk kabur.
"Tapi aku hanya ingin mengobrol santai. Toh itu tidak akan merepotkanmu kan (Name)?"
"Yeah, jika setelah ini kau takkan menjadikanku kelinci percobaan dokter gundulmu itu."
"At last, kau bakal mendapat cobaan lebih besar jika Dokter Ujiko mendengarmu mengejek kepalanya."
"At last, aku takkan merasakannya jika setelah ini aku pergi dari sini."
"Dan, kau takkan pergi dari sini sampai aku berhasil."Shigaraki menyeringai. "Kalau pun pergi, aku jamin tidak dengan nyawanya.
"Teruslah bermimpi."Aku melambaikan tangan kesal.
Shigaraki melempar sebuah dokumen berisi berkas-berkas ke atas meja."Kupastikan itu bukan mimpi."
"Tenang saja, jika kau kabur, kami mungkin takkan susah-susah mau mencarimu, (Name). Lebih seru mencari target yang lain seperti mereka."
Astaga. Aku membeku melihat apa yang tadi dilempar Shigaraki.
Puluhan foto formal anak-anak SMA dengan berbagai seragam. Dengan biodatanya lengkap. Aku mengenal beberapa anak di lembar-lembar pertama.
Ugh, kenapa sampai muka mengesalkan Monoma masuk? Aku tidak terlalu heran dengan trio MC yang terpampang di lembar awa;. Tapi Monoma? Juuzo? Bahkan Setsuna!? Damn, aku tak masalah dengan yang lain tapi tidak dengan Setsuna atau Shiozaki dan anak-anak perempuan lain.
"Bajingan.."Aku mengepalkan tangan menahan kesal.
"Tidak ada penjahat yang suka menolong, kami semua adalah bajingan-bajingan yang tertindas."
Alasan terkuat kenapa aku akhirnya memutuskan untuk melarikan diri ke UA.
Sumpah, aku tidak masalah dengan tiga MC yang punya plot armor dari mangaka ataupun karakter yang lain. tapi aku tak sanggup membayangkan jika anak-anak perempuan lain—terlebih yang aku kenal, merasakan penderitaan ini.
Aku beruntung setengah abadi. Jika tidak, mungkin dariawal sudah jadi tulang belulang yang berserakan di tong sampah laboratorium.
Sebenarnya aku bisa kabur, aku bisa kabur sejauh-jauhnya. Lantas menyelidiki cara kembali ke dunia sana. Aku bisa memilih opsi itu. Sayangnya yang kulakukan berkebalikan dengan apa yang kuinginkan, malah sok-sokan bisa mengatasi ini daripada memilih mengabaikan semuanya dan bersenang-senang di sana.
Dasar bodoh. Aku tertawa pelan, mengabaikan darah yang mengalir bak sebuah mata air dari pelipis yang robek dalam. Mulutku terasa anyir, benar-benar mengesalkan mengingat rasa darah itu menjijikkan. Tapi bahkan aku tak punya tenaga untuk meludahkan darah di mulutku akibat hantaman dasyat dengan pohon-pohon dan dinding pembatas asrama. Membiarkan darahnya mengalir begitu saja. Aku tak merasakan apa-apa karna sedang dalam sinkronisasi tapi tubuhku yang sekarang tak bisa diajak untuk bergerak.
Bahkan untuk mendongak saja rasanya sudah tidak kuat. Tapi aku tidak mau melepaskan sinkronisasi. Tak siap merasakan sensasi sakit yang membara.
Aku bergumam pelan.
"Jika.., aku pergi, apakah semua-"
Lidahku mendadak kelu. Terkekeh geli dengan apa yang baru saja terlintas dan nyaris diucapkan.
kenapa aku harus peduli? Keselamatanku lebih penting daripada mereka. Meski dulu aku begitu tolol terlalu mengagungkan alur. Toh untuk apa, ini sudah bukan lagi serial yang kukenal
Mataku membuka sedikit, sedikit perih memperhatikan makhluk besar yang berjarak beberapa meter di depanku sedang menghantam dinding air itu dengan kekuatan penuh. Berniat menghancurkannya.
Sejak terbanting, aku segera melepas trisula, mengalihkan kekuatannya menjadi sebuah benteng pertahanan.
Mustahil mengalahkan sosok nomu itu. Salahku yang terlalu cepat membuat hipotesa di awal.
Sudah kelihatan dari seranganku yang terakhir, harusnya dia sudah mati. Sekelas trisula yang mampu membelah Chimera, seharusnya bisa mengalahkan Nomu.
Tapi Nomu adalah makhluk yang didesain untuk bisa mengalahkan All Might.
Dan yang satu ini, sedikit merepotkan. Aku menghela napas panjang. Jika ia tak terluka dari serangan ku barusan dan bisa melancarkan serangan balik yang lebih dasyat. Maka tak pelak tak bukan bahwa yang ini punya kemampuan "Penyerapan".
Didesain untuk bisa mengalahkan All Might, artinya dia bereaksi pada quirk yang mengandalkan kekuatan serang. Seperti pukulan Midoriya, serangan Es Maut Todoroki ataupun Ledakan Bakugo. Menyerap semua kekuatannya lantas menjadikan kekuatan tadi sebagai serangan balik.
Ditambah dengan kemampuan regenerasinya. Itu membuatnya semakin tak terkalahkan.
Ah, boro-boro memikirkan cara mengalahkannya, untuk bernapas secara normal saja susah.
"Padahal, Aku hanya.., ingin.., hidup tenang.,"Aku bergumam pelan, memejamkan mata.
"Kalau begitu, gunakanlah aku, my dear..,"
Memecah ruang hening di kepalaku. Bergema memenuhi pikiranku.
Aku menghembuskan napas. Here we go again.
Suara yang sama. Getar sama, terlalu candu dan memabukkan, seperti yang kudengar saat di pulau Nabu. Suara-suara yang dulu membuat mentalku menjadi down. Dayu mendayu dengan lembutnya berbisik membelai telinga.
"Kenapa, kau bisa keluar .. lagi.,"Aku menghela napas.
"Karna kau tengah memakai teknikku. Aku bisa mengambil alih tubuhmu sekarang juga, tapi sayangnya Sang Pikiran memang hebat sekali dalam menjaga kesadarannya, bahkan disaat ia sekarat sekalipun."
Aku hanya diam. Tak berniat membalas apa-apa.
Dia, suara yang selama ini berbisik menghasut. Terus-terusan menghinaku, menurunkan mentalku, lantas berusaha membuatku goyah, tak lain tak bukan adalah quirk ini.
Quirk Waterbending ini atau dalam buku Tyle, ialah yang disebut sebagai jiwa.
Aku mengetahuinya saat berada di markas League. Suaranya mendayu berbisik saat aku sedang dalam titik terendah dimana hasrat untuk bunuh diri akibat tekanan mental amatlah tinggi. Berkata manis agar aku menggunakannya, agar aku menyerahkan seluruh kendaliku padanya. Mengukir janji-janji menyenangkan bahwa ia akan menyelesaikan semuanya sekaligus membalaskan seluruh dendamku.
Tapi akal sehatku berkata 'tidak', membuatku menolak segala janji manisnya. Wtf, Owlyphia tak pernah menjelaskan di buku sialannya bahwa Jiwa yang diceritakan sebagai duyung yang terbentuk untuk mencari pemilik aslinya adalah pribadi yang benar-benar suka menghasut.
Selama ini dia terbentuk sebagai quirk, hidup berdampingan denganku dan (Name) satunya. Aku tak tahu apa yang terjadi tapi cukup mengejutkan bahwa ternyata jiwa memiliki kesadaran sendiri. Dan saat itu dia bilang bahwa ini terjadi sejak peristiwa di pulau Nabu, sejak aku memakai teknik Sinkronisasi 50% jurus kedua, yang membuatku benar-benar frustasi dan nyaris mati apabila (Name) emosi tidak datang saat itu.
Kemungkinan besar, jika perkiraanku benar maka sang jiwa itu adalah wujud kekuatan Dewi Laut yang terus terbawa karna kontrak yang gagal. Dan jika benar bahwa kami-aku dan (Name) adalah reinkarnasi dari gadis yang mengikat kontrak dengan Dewi Laut. Maka sang Jiwa adalah bentuk lain dari sang Dewi yang terikut pada garis reinkarnasi si gadis sampai terwujudnya isi dari perjanjian dua belah pihak itu.
Masalahnya si Jiwa ga bantu apa-apa anyink, malah ngompor-ngompori doang kerjaannya. Dasar setan.
Sebenarnya aku langsung bisa menangkap jawaban beberapa pertanyaan karena hipotesa ini. Kenapa saat aku tidak terkendali, quirkku hanya menyerang orang yang memang musuhku dan sama sekali tidak membabi buta. Kenapa quirk ini cenderung selalu melindungiku apapun yang terjadi. Kenapa aku selalu bisa menyembuhkan diriku tanpa sadar bahkan sebelum mengetahui teknik penyembuhan.
Karna sang Jiwa itu babuku.
Dia tak bisa apa-apa selain melindungi tuannya alias orang yang tengah berada di tubuhnya, entah itu pikiran atau emosi gara-gara kontrak gagal itu. Makanya tiap ada kesempatan, tiap aku sedang lengah saat melakukan teknik sinkronisasi, pasti yang ia lakukan adalah selalu menghasutku agar melepaskannya, agar membiarkannya mengambil alih.
Yang jadi pertanyaan, kenapa tiba-tiba ia punya kesadaran sendiri?
Suara itu kembali menggema, membawaku kembali tersadar dari lamunan hipotesa.
"Kau adalah sang pikiran yang selalu mementingkan akal daripada rasa, kau pasti berpikir bahwa kau tak bisa apa-apa tanpaku sekarang~"
Bacot sia. Dari dulu aku sadar kalau aku beban dunia. Gausah diingetin.
"(NAME)!"
"OI, BUKA PENGHALANG INI!"
Wah hebat, aku langsung bisa mengenali siapa gerangan yang tengah teriak-teriak di luar sana tanpa melihatnya.
"Cih! Dia memasang ini dalam keadaan tidak sadar!"Bakugo berseru kesal. "Muka setengah! Kau panaskan dinding air ini, aku yang hadapi mutan jelek itu!"
Todoroki mengangguk, tak niat mengajak berantem. Mengayunkan tangan kirinya, bersiap menguapkan dinding air kokoh itu.
Sedikit gelisah, melihat sosok yang tengah terduduk entah bernapas atau tidak dengan darah yang mengucur deras dari kepalanya. Membuatnya memperbesar api, uap air mengepul hebat tanda dua elemen bertabrakan.
Aku tak berniat membuka dindingnya. Merasa jauh lebih aman disini. Membiarkan mereka berdua berjuang aja. Aku sudah menyerah.
"My lil sister, kau bisa menggunakanku untuk memenangkan pertarungan ini."
"Aku sudah.., lelah bertarung."Mataku berkunang-kunang, remang-remang melihat baju yang penuh dengan bercak darah.
"Kau bisa kabur dengan menggunakanku. Mengabaikan semua masalah ini. Jika itu yang kau mau, aku bisa mengabulkanya, Sang Pikiran."
"Entahlah..,"Mataku terpejam. Menghembuskan napas. Tak lagi mendengarkan Todoroki dan Bakugo yang berteriak malah saling bertengkar di luar sana.
Suara itu hilang. Mungkin dia lelah.
Bersamaan dengan gaung sang Jiwa menghilang dari pikiranku, kabut-kabut menguar tipis mengelilingi ku. Air dari pelindung itu bergerak seirama. Bulir-bulir air melayang indah membentuk siluet perempuan. Hampir sama seperti saat aku memakai tubuh air untuk berbincang dengan teman-teman tadi. Yang membedakan hanyalah ia memakai gaun bersinar laksana ombak di tepi laguna.
"Ah, bagaimana kau bisa terlihat semenyedihkan ini,"Seringai siluet perempuan itu, tangan jenjangnya mengusap pipiku pelan. Laksana hologram bersinar terang, kabut bergerak semilir. Aura mistis melayang mengitari.
Aku tak bisa mendongak, hanya diam membiarkan tangan siluet sang Jiwa mengusap pipiku yang penuh darah. Terlihat seperti sosok arwah yang sedang merayu sasarannya ini.
"Kau bisa memanfaatkan kontrak langit, Wahai Pikiran. Pergunakanlah aku, agar kita berdua bisa bebas dari ikatan janji bodoh itu."
Tangannya bergerak mengusap rambutku. Benar-benar seperti hantu yang tengah merayu korbannya. Aku tak bisa melihat muka utuhnya. Hanya terlihat mulut manis yang berbicara saja.
"Kau bukan apa-apa tanpaku, dear. Ayo, gunakan aku untuk selamatkan teman-temanmu~"
Aku menghela napas panjang, memejamkan mata untuk kesekian kali, "Mereka tak perlu diselamatkan."
Karna mereka bisa menyelamatkan diri mereka sendiri.
Gerakan tangan Jiwa mengusap pipiku terhenti. lantas diikuti sebuah kekehan merdu, menanggapi apa yang tadi aku katakan.
"Bagus sekali! Tanpa perasaan! Seperti inilah yang memang diharapkan dari Sang Pikiran."Seringai siluet itu melebar seakan bangga. Kepalanya mendekat ke arah telinga kiriku. Seperti hendak membisikkan sesuatu.
"Betapa bodohnya orang yang mau-mau saja dimainkan perasaan~"
Sianyink malah berpuisi. Aku mengeluh kesal.
"Betapa bodohnya orang yang diperbudak kata cinta~"
"Betapa bodohnya orang yang dikendalikan kasih sayang~"
"Betapa bodohnya orang yang dibutakan rasa percaya~"
Tangan kanannya memeluk bahuku dengan tangan kiri yang mengusap rambut belakangku. Berbisik penuh candu sebagai penutup dari sajak singkat tadi.
"Karna perasaan-perasaan tak berguna hanya akan menghambatmu, My Dear."
*
"Padahal kelihatannya hanyalah dinding tipis!"Todoroki menggeram kesal. Tubuhnya sudah berkeringat akibat pemakaian apinya. Kesal akibat dinding yang sedari tadi tak terlihat berkurang sekalipun.
"KERJA YANG BECUS, BODOH!"
"DIAM!"
Bakugo melampiaskan rasa kesalnya, berputar laksana topan dan melayangkan sebuah ledakan mahadasyat ke Nomu. Seperti teknik yang ia lakukan pada Todoroki di Festival Olahraga. Mengkesal Nomunya tidak mati-mati.
Suara ledakan terdengar, menggoyangkan beberapa pohon yang masih kokoh berdiri di sekitarnya. Nomu terhempas beberapa meter. Meraung kesakitan.
Bakugo menghembuskan napas, sebelum berlari ke arah dinding tipis itu.
"Apakah dia masih hidup!?"Bakugo bertanya sedikit gelisah, melihat (Name) yang dari tadi tak bergeming dari tempatnya.
"Dia takkan mati semudah itu."Todoroki berkata datar, tetap fokus mencoba melelehkan dinding air itu.
Bakugo memegang kepalanya, ikut pusing. Ia sudah menghabiskan sekian tenaganya di malam yang panjang ini. rasanya setelah semua ini selesai, Bakugo ingin hibernasi panjang saja.
Lelaki itu mengacak rambutnya, merasa frustasi. Sebelum kemudian menoleh kebelakang memastikan Nomu tadi benar-benar sudah ma-
"AWAS!"
Bakugo reflek menarik Todoroki, membuat mereka berdua terlempar cepat ke arah kanan, terhempas oleh angin kencang akibat pergerakan Nomu sekaligus menghindari Nomu yang kali ini melesat dengan kecepatan ultra setelah berhasil menyerap kekuatan dari serangan Bakugo tadi, menargetkan mereka berdua yang berada di depan dinding air itu.
Mata Todoroki membuka lebar, menyadari sesuatu saat melihat tinju Nomu yang berhasil memecahkan dinding air.
"(NAME)!"
"Apakah sekarang kau memerlukan bantuanku?"Jiwa menyeringai.
Aku menghela napas sekian kalinya. Menatap seluruh adegan dalam keadaan slowmotion, melihat pergerakan Nomu yang mampu memecahkan dinding trisula hendak menghancurkanku, melihat Todoroki yang berusaha berdiri hendak berlari ke arah sini, melihat Bakugo yang berteriak berusaha menyadarkanku.
"Tidak,"Aku berkata singkat.
Todoroki sudah ancang-ancang berlari saat sebuah kerlingan cahaya muncul disertasi sebuah gerakan kilat yang masuk melampaui kecepatan Nomu.
Mata Bakugo membuka lebar melihat siapa yang baru saja bergabung ke pertarungan.
"NEJIRE-SAN!"
*
Mantep sia, jika sesuai dengan perkiraanku maka chap 31 penutup arc ini.
Oke Galery Olip!
Artist : KamayaRyuuichi
AHAHAHAHAHAHAHA sumpah soft couple banget ga si?? Sen suami able banget jadi pen nikung aduh.
artist : Alseraani
Kalau ada Reason versi Haikyuu, maka aku bakal bikin si onoh itu jadi saudaranya Suga. Meski seratus persen yakin kalau Sugawara bakal frustasi punya sepupu kek nem hehe
Artist : Alseraani
WAH, versi BNHA episode kemarin yang natal waw. Aku ga nyangka dibuatin, gila ih makasi banget mana nemnya cangtip banget :(
Artist : aangelicaflow
IMUT BANGET SIAL, JADI GA TEGA BUAT ALUR YANG MENYIKSA! Bisa dibawa pulang, jangan lupa kreseknya.
Artist : young_lim
Serius, aku kaget dinotis Kak Nina, halu-halu sama Suna pasti dari kontennya kak Nina di Tiktok, Thanks udah mau baca kak!
Oh iya, aku mungkin bakal bikin Route Hawks buat shipper ayam air tapi mungkin lebih ke arah siblings ehehehe.
Artist : CicakGueKayangGes
Han asli, ngakak abis ngeliat username mu T^T. Kayak casting jadi penguasa laut, mesti bayarannya susu :D
OKE!
Thankies buat semuanya, Sampai Babai!
Owlyphia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro