Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[21]


Spill kesan kalian tentang Owlyphia dungs.


*


"Udaranya cukup dingin."


"idirinyi cikip dingin, bingsit, INI DINGIN BANGET BROTHER!"


Monoma menghela napas, berkacak pinggang angkuh, melirik ke samping. "Kupinjamkan kekuatan kelas B hanya sekedar basa-basi saja. Jangan salah paham- ADUH!"


"kami sukarela, Iida-san. Jangan dengarkan monyet ini."Kendo memukul tengkuk Monoma, tersenyum, "Kalian seharusnya menghubungi kami dari tadi. Aku sedikit merasa bersalah tidak membantu situasi sulit ini dari tadi."


"Maafkan kami, tadi sedikit panik sehingga tak bisa berpikir jernih."Iida mengangguk, "Terimakasih banyak, Monoma-kun, Kendo-san dan yang lain."


"Haik, aku akan ke dalam. Bergabung dengan yang lain. Kalian jangan sampai terluka oke?"


Bondo meregangkan tangan, Juuzo melirik sekilas, Tsuburaba menghembuskan napas tegang. Tetsutetsu memasang posisi siap. 


"Oi."Todoroki menepuk bahu Sen yang tengah memasang sarung tangan khusus. "Kuharap kau menceritakan semuanya setelah ini berakhir."


Sen tersenyum tipis, "Jika kita berhasil memenangkan pertaruhannya, maka biar (Name) saja yang bercerita dengan kalian."


"Kalian tahu, mungkin setelah ini akan ada dua kelas yang disetrap bersamaan."Sero tertawa.


"Angkatan tahun ini banyak membuat masalah emang, tapi kelas kalian lebih banyak."Kuroiro bergumam. Tubuhnya segera menyatu dengan gelap.


"Setelah ini berakhir, aku ingin mengambil gambar kalian. Lihatlah dunia, muka kelas A sembab setelah menangis. Akan cocok buat cover buku kenangan angkatan kitah!"Monoma


"Dalam mimpimu saja."


Bakugo menoleh ke belakang. Bangunan asrama terlihat gelap dari sini. Riuh ricuh di dalam bahkan terdengar.


Pertaruhan ini konyol. Kelas A dan kelas B bukan lagi anak SMA biasa yang gagap di pertarungan. Mereka bahkan jauh lebih tenang dan terlatih dibandingkan murid kelas atas.


"Kita pasti akan memenangan pertaruhan ini, air bodoh. Aku yakin."


*


"Immortal mungkin? Tidak-tidak, sepertinya kata 'abadi' bukan kata yang tepat."


"Kau bukan manusia seutuhnya, jadi bisa dibedakan bahwa tubuhmu adalah wadah sementara kau adalah jiwanya. Selama jiwanya tidak hancur maka kau tidak akan mati."


"Tapi."Ryo menjeda ucapannya di seberang sana, telepon. "Karena jiwamu sudah terbagi menjadi dua maka susah membuatnya mati seutuhnya. Kecuali jika kalian berdua sama-sama mati disaat yang sama tapi kemungkinannya amat kecil."


"Tetap saja, jika wadahnya hancur maka kau mungkin hanya jadi sebuah kesadaran tanpa tubuh. Mungkin berada di alam pikiranmu sendiri dan menunggu sampai tubuh kembaranmu mati, (Name). abadi bukan berarti baik. Sebaiknya jangan coba-coba hal yang nekat."


"Terimakasih informasinya, itu sungguh membantu."Aku menghela napas. Was-was melirik kiri-kanan.


"Apakah aku perlu bilang ke aparat tentang koordinat letakmu sekarang? Beritanya menyebar dimana-mana. Aku cukup kaget saat tahu kau bisa menghubungiku."


"Tidak usah. Keadaan memang sedikit rumit tapi aku tak bisa kembali sekarang. Masih ada yang harus aku lakukan."


"Yang terbaik untukmu saja. Beritahu aku kalau kau perlu bantuan."


"Kuharap aku bisa menghubungimu lagi."


Aku menutup telepon umum. Lantas dengan cepat berteleport lagi. Persis terjadi sebelum aku bertemu Todoroki dan Bakugo.


Selesaikan apa yang sudah telanjur dimulai.


Fakta bahwa aku tak bisa mati dengan mudah bukan berarti membuatku aman-aman saja. Tubuhku harus tetap baik-baik saja agar aku tetap punya wadah.


Analogi yang cocok untuk menggambarkan situasi saat ini adalah sebuah kendaraan. Saat hendak diperbaiki maka semua mesin harus berhenti total baru bisa melakukan sebuah perbaikan terhadap bagian-bagian yang rusak.


Dan itulah yang terjadi saat ini. bukan mati suri, bukan. Tubuhku beristirahat total hingga fungsi-fungsi nya dihentikan untuk fokus memperbaiki bagian yang rusak.


Mana lagi kalau bukan jantung? Dari kejadian di Kamp Pelatihan, jantungku memang sudah tidak sehat darisananya. Ditambah berbagai operasi terkutuk di Legue dan konsumsi obat-obatan yang tidak seharusnya membuat kinerjanya semakin melemah.


Akibat yang terjadi pada proses ini, kesadaranku akan terpindah ke alam bawah pikiranku alias ruang kosong putih yang pernah kujumpai saat menemui (Name) dunia ini pertama kali pasca kejadian I-Island. Waktu disana kan aku mati juga.


Tapi sekarang, aku benar-benar perlu berkomunikasi dengan mereka-mereka yang sedang menangis mengira aku beneran mati.


Sebenarnya beneran mati sih, tubuhku mati tapi akunya engga.


"Bangun."Kirishima mengguncang-guncang tubuhku. "Bangun yuk, banyak yang nungguin disini-"


Mukanya terlihat amat sedih, syok. Bahu lelaki itu benar-benar bergetar hebat.


Aku meringis. Melihat kematian diri sendiri dari sudut yang tidak seorangpun bisa melihatnya. Itu menyakitkan.


Sesedih itu kah kehilangan tokoh figuran?


"Bangun bodoh!"


Malah jadi ajang ngumpat, sial kau Sero. Aku menggerutu, tetap kesal di panggil bodoh. Gini-gini aku nyaris masuk lima besar di kelas.


Aku menghela napas, menyaksikan keributan yang ditimbulkan Bakugo. Sepertinya dia benar-benar terpukul atas kematian ini. aku harus minta maaf saat sudah bangun nanti.


Lantas melirik Todoroki yang membeku tak merespon apa-apa dengan raut muka yang benar-benar tertegun dalam.


Yeah, bagaimanapun kita bertiga harus bisa lepas dari guratan takdir ini. Aku menghembuskan napas. Tersenyum miris. Bagaimana caranya memberitahu mereka ya?


Cepat atau lambat kelas 1A harus menerima kenyataan bahwa aku bukan bagian dari mereka. Di rute takdir manapun yang akan terjadi, akan ada sebuah perpisahan menyakitkan. Tak ada yang bisa mencegah hal itu. Aku sekalipun.


Midoriya terlihat cukup tenang, perbedaan drastis di awal cerita dimulai saat ia on fire dan tidak bisa mengendalikan emosinya.


Perempuan dengan pikiran seluas lautan.


Kalau diharfiahkan, aku sering melamun, gapapa sih.


"Entah kenapa aku suka panggilan itu."


Oh ternyata mode ini punya suara, kukira bakal silent seenggaknya pake mode getar lah. Pantas si Midoriya kaget dan menoleh.


Dia loading sebentar.


Masih mencerna keadaan


"K-kau-"


"Halo Midoriya, apa kabar?"


"ARWAH (NAME)!?"


Tolol.


Kemana gelar peringkat 4 mu wahai MC nomor 1?


"HAH!?"Semuanya reflek menoleh. Uraraka dengan muka sembab mengarahkan senter ke arahku.


Siluet air terlihat, memantulkan cahaya senter sekilas. Membuat terperangah semua spesies fiksi yang ada disana.


Gelombang air yang membentuk siluet tubuh seorang (Name) tengah melambaikan tangan santai disaat tubuh aslinya membeku tak bergerak di sofa sana.


"O-oi."


Canggung amat dah. Aku merinding sejenak, "Hei, kalian bisa mendengarku kan?"


Mina terkesiap lantas berlari histeris, "JANGAN PERGI DULU!"


Ha?


"k-au mau mengucapkan selamat tinggal?! Jangan pergi! Kau harus kembali ke tubuhmu, sekarang (Name)!"Hagakure ikut menangis.


"Aku minta maaf! Aku minta maaf!"Kaminari berlutut, "Aku takkan mematikan lampunya kalau tau akan jadi begini! Kau bisa melakukan apa saja tapi jangan mati dulu!"


Bahkan orang-orang dengan kapasitas otak yang cukup banyak seperti Todoroki, Bakugo, Yaoyorozu hanya bisa tercengang dan ikut menangis.


"Jadi...,"Aku mengusap leher, "Aku hanya punya waktu sedikit untuk berpamitan, terimakasih buat waktunya teman-teman."


Ngejahilin anak orang kayaknya asyik deh.


"Maaf karna tidak bisa jadi teman yang baik selama ini, aku sering sekali menyusahkan kalian."Aku mengangkat tangan menutupi muka pura-pura ikut sedih.


Temen bangst ya gini contohnya.


Tangis Mina dan Hagakure semakin mengeras. Aku melirik sedikit, ternyata Sero the explorer juga menangis ahay.


"Apakah kau benar-benar harus pergi?"Todoroki bertanya pedih. Bakugo memalingkan muka menolak bertatapan.


"Sepertinya iya,"Aku tersenyum. menahan tawa


"Kau benar-benar pergi sekarang?"Kaminari reflek bertanya, mukanya terlihat sembab menahan air mata yang sedari tadi terus mengalir."


"Ya kagaklah dodol, bego banget mana ada orang mati arwahnya merasuki air."


"H-huh?"


"Aku masih hidup!"Aku merentangkan tangan, "Jangan nangis, OOC banget kalian semua. Aku masih hidup ini."


"H-ha?! Tubuhmu?! Itu sudah- sudah- sudah...!"Uraraka menunjuk tubuhku yang terpejam tak bergerak disana. "Sekarang kau menjadi air!?"


"Iya, aku reinkarnasi jadi air."


"ASTAGA!"


"Kagaklah bego."Aku tertawa.


"Dia dalam proses penyembuhan, aku memindahkan kesadaranku ke obyek terdekat yang dapat kukendalikan. Ya.., ga jauh-jauh dari cairan."Aku mengangkat bahu, "Tenang mungkin beberapa saat lagi aku akan bangun seperti biasa. meski masih rada sekarat tapi ga bakal mati dengan mudah."


"Awas saja, kalau ada temanmu yang meninggal jangan dikata-katain bego! kesel tau gak sih!"Aku berkacak pinggang.


"Namanya juga panik."Sero nyengir tapi bahunya masih gemetar.


"K-kau benar-benar masih hidup?!"Bakugo membeku.


"Mati salah, hidup salah. Dahlah resign aja aku, mau jadi awan disana."


Yaomomo berlari mendekat, "Kau tau betapa cemasnya aku tadi!? K-kukira kita tidak akan bisa bertemu lagi!"


"Dasar."Jirou hanya tersenyum tipis, tergambar sorot kelegaan luar biasa di mukanya.


"Aku kena prank dua kali gegara kematianmu."Kirishima mengusap muka. "Gila-gila-gila."


Aku tertawa pelan, meski rautnya samar diterpa gelombang air tapi sudah lebih cukup untuk menunjukan aku baik-baik saja.


"Ini tidak bisa dipercaya,"Iida masih syok, "Artinya dari tadi kau mendengar perkataan, tangisan kami?"


"Denger dong, andaikan aku bawa voice recorder udah kurekam biar jadi aib."


DEG.


"Aduh tersampaikan suara hati secara tidak sengaja."Sero nyengir.


"Suara hati seorang doi."


"Kawan, kembali ke topik, aku tidak punya banyak waktu lagi sekarang."Aku mengabaikan dua orang yang tengah meringis setengah malu di sana, berseru serius, "Aku butuh bantuan kelas ini."


"Tenang! Kami akan segera membawamu ke rumah sakit setelah ini, (Name), Tokoyami juga sedang memanggil guru!"


"Badai-badai gini Tokoyami manggil guru? Kalian serius!?"Aku berseru kaget. "Argh semoga dia baik-baik saja. Tapi bukan itu yang aku bicarakan, ini tentang keselamatan kalian semua."


"Apa yang terjadi?"


"Mereka akan kesini sebentar lagi, perhitunganku mungkin setengah jam. Menyerang persis asrama ini. Para villain."


"Tidak-tidak,"Midoriya menggeleng, "Ini diperbarui setelah kejadian festival, (Name). Keamanan UA tidak seperti dulu."


"Aku masih bisa teleport masuk,"Aku memotong ucapan Midoriya. "Sepertinya sistematika yang bekerja adalah saat jalur teleportasi terarah yang melewati gerbang UA, akan otomatis menyalakan sistem keamanan. Begitu pula dengan aktivitas pengikisan ruang."


"Tapi tidak dengan beberapa jenis teleportasi termasuk quirkku. Fungsinya memindahkan obyek dengan partikel H20 yang ada didalam gerbang. Gerakan itu tak terdeteksi sistem keamanan bukan? Nah sepahamnya aku, sistem operasional teleportasi yang memakai quirk Nomu juga seperti itu."


"Sebentar-sebentar,"Iida menyela, "Yang kau maksud, villain akan kesini mengambilmu?"


"Yep. Mereka mungkin mengira aku sudah mati tapi akan tetap keukeuh mengambil jasadku. Kan lumayan dijadiin Nomu."


"Kau kira kami akan membiarkan hal itu terjadi? Tinggal pindahkan kau ke tempat yang aman. Tidak usah terlalu dipikirkan."Bakugo bergumam kesal.


"Yeah, pindahkan aku tapi sebelumnya kau harus memisahkan leherku karna penyadapnya ditanam disana."


"Penyadap?"Yaoyorozu berseru, "MEreka menanamkan pelacak?!"


"Biasalah."


"Tenang! Kita sudah melewati banyak hal. Yang ini bisa dilewati bersama juga!"Kaminari buru-buru memotong.


"Benar!"Yaoyorozu mengangguk setuju, "Sekarang giliran kita melindungimu, (Name)!"


"Aku terharu."Aku tersenyum, "Tapi aku takut nanti takkan semudah itu. Biarkan aku diambil villain lagi."


"Hahaha waras lu?"Sero tertawa terbahak-bahak.


"Serius gondrong, obsi terbaik adalah membiarkan aku dibawa mereka kembali."


"WARAS GA SIH?! OTAKMU KEMANA?!"Mineta berteriak. "WOI (NAME), AKU TAU KAU RADA SEDENG TAPI KAU SUDAH GILA SEKARANG!?"


"Itu pilihan terbaik."Aku mengangkat bahu. "Dan damn, kau jauh lebih gila daripada aku Mineta."


"Hehehehe sialan, kau kira kami akan membiarkan hal itu?"Kaminari berkacak pinggang.


"Iya kan Iida? Tak mungkin membawa orang sekarat melewati badai."Aku melirik ke Iida.


"Tenang."Todoroki menatapku tajam, "Apapun yang kali ini kau lakukan, itu tidak akan mempan. Tetap disini saja."


"Jujur, aku akan memilih disini tapi tubuhku tak akan bertahan semalaman melewati badai, Todoroki."Aku menghela napas, lagi-lagi yang akan sulit dihadapi pasti itu-itu saja, "Kalian bisa mencoba mengobati semaksimal mungkin tapi aku butuh perawatan intensif."


"Teknik ini hanya bisa dilakukan sekali, setelah itu jika aku mati lagi. Ceritanya akan tamat beneran."


Bohong sih, tubuhku mati tapi akunya bakal hidup merenungkan nasib di alam bawah sadar menunggu nem disana mati. Jadi secara logika gak bakal bisa bertemu mereka lagi. Mati udah mati.


"Mati-mati-mati, hanya itu yang bisa kau ocehkan!?"Bakugo berseru ketus, "Brengsek, susah payah membawamu kesini dan kau hanya ingin pergi ke sana! Berhentilah bertingkah seperti anak kecil, bodoh!"


"Itu faktanya, jika menunggu disini yang akan aku lakukan hanyalah menunggu detik-detik kematian saja, jika kalian ingin aku bisa kembali ke asrama maka aku harus sembuh dan caranya adalah dengan pengobatan intensif tercepat."


"Jantungku sudah rusak parah, aku kehabisan darah, hipotermia ringan dan infeksi luka-luka operasi yang terbuka. Aku masih ingin bertemu El, jadi aku tak bisa mati sekarang."


"Sebentar lagi bantuan akan datang."Kirishima berkata serak, "Kau tak perlu pergi lagi."


"Pikirkan dampak di masa depan nanti. Aku bisa mengambil informasi sebanyak-banyaknya untuk pihak Hero bukan?"Aku tersenyum perih, ikut merasakan hawa-hawa sesak diantara kepul kesedihan ini.


Raut-raut muka yang menunjukkan penolakan. Astaga, déjà vu.


"Jika aku bisa menunjukkan informasi sebanyak-banyaknya dari League dan membuktikan bahwa aku bukan pihak mereka maka aku bisa bebas dari tuduhan dan ancaman karantina Komisi Hero."


"Kau tau tentang karantinanya!?"Uraraka berseru kaget. "Setelah tahu ancaman itu, kau masih mau membantu pihak komisi?!"


"Well, aku tidak mau dikurung di ruangan putih dengan makanan seadanya. Aku hanya mencari aman untuk diriku sendiri, jangan salah paham."Aku mengusap leher.


"Memangnya kau bisa apa?!"Bakugo masih tidak terima, "Kau dalam pengaruh mereka saat bertemu denganku dan muka setengah! Kau bahkan menyerang kita!"


"Itu masalah timing, bertemu kalian tak pernah ada dalam rencanaku. Itu benar-benar kebetulan."Aku mengangkat bahu, ""Dan aku masih bisa mengendalikan diri, Jika tadi aku serius, kalian berdua mungkin sudah di ruang ICU sekarang."


"Kau tak perlu berkorban lagi."Mina menunduk, "Cukup."


"Benar,"Yaoyorozu menahan tangis, "Pikirkan dirimu sendiri untuk kali ini saja! Sekali saja, jangan berkorban lagi, (Name)-"


"Tenang aku akan kembali-"


"Itu terus yang kau bilang,"Todoroki berkata dingin, "Kau cukup diam. Benar kata Ashido. Tak perlu ada pengorbanan lagi, biarkan ini menjadi masalah orang dewasa,"


"Kemana jiwa hero kalian?"Aku berkacak pinggang, "Aku sedang berusaha sebaik mungkin menjadi siswa dari jurusan pahlawan."


"Midoriya, kau ingin menjadi hero nomor satu kan? Jika di posisiku, apa yang akan kau lakukan?"Aku menoleh ke Midoriya.


Midoriya terdiam. menunduk.


"Hal yang sama."Midoriya berkata pelan. Menghela napas, "Aku setuju dengan rencanamu (Name), itu benar-benar berguna untuk melawan League- tapi benar kata yang lain, kau tidak harus memaksakan diri."


"Aku selalu mengagumi kau tau, Midoriya?"Aku tersenyum menoleh, "Dari awal aku melihatmu sampe sekarang. Kau benar-benar pantas menerima amanah itu."


"A-apa...?"Midoriya membeku. Bukan masalah kagum mengagumi, tapi ia kaget dengan kata amanah itu.


Apakah (Name) tau tentang One For All?


"Aku ingat kata Midoriya saat hendak menyelamatkan Eri."Aku tersenyum, "Bertahan hidup disana berat tapi aku tak bisa menyerah."


"Perjuangan dan semangat pahlawanku mungkin tidak sebesar kalian, tapi aku punya sesuatu yang harus aku lindungi sekarang jadi aku akan terus berjuang maksimal hingga akhir untuk kali ini saja."


"Kau lindungi? Kau hendak melindungi siapa?!"


"Kalian."


*

Gimana puasanya lancar?


OKE GALERY OLIP LA GAS.

Artist : Reiner_lope_historia

AYO EL SEMANGAT EL, PASTI BISA.

Abis itu (Name) ketiduran di kolam renang, ah masa laluu


Artist : Aoi_Zaraa

Pengen bikin happy ending buat Bayu tapi semua rute ending pasti dia jadi seboi huhu gimana sih authornya :( 

Faktanya kalo (NAmE) normal pastifirst lovenya si Bayu HEHEHEHE/PLAK


Artist : KamayaRyuuichi

AYO GAS KETEMU LUFFY! Abis ngeliat fanart kayak gini pasti inspirasi bikin AU baru STONKS! aduh dasar aku :(


artist : @miyuu.nee on Instagram

Gatau mau komen apa-

TERCENGANG GILAGILAGILA, astaga masterpiece!

Yaampun cuman bisa berharap bayu bahagia dengan mangganya :'( #JusticeForBayu


OKAY MAKASIH BUAT YANG UDAH DUKUNG SAMPE SEJAUH INI HUHU TERHARU AKUTU, Aku gabisa ngasih banyak tapi yang trbaik buat kalian semua :'(

Oke sAmpai Babai!

Owlphia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro