Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[18]

Pendek kek akhlak kalian HAHAHAHAH.


*

Lepaskan aku dari shinkai tak berujung ini.


-o-



Midoriya meregangkan tangan, bersandar di kursi penumpang. Berusaha menghangatkan diri sebisa mungkin.



Percakapannya dengan All Might tadi terasa sedikit menyeramkan. Membahas terkait mimpinya yang akhir-akhir benar-benar aneh. seperti apa yang terjadi saat Midoriya melawan Shinsou di Festival Olahraga dulu.



Ada yang berbicara dalam mimpinya. Bayang-bayang siluet beberapa orang dengan aura yang terasa begitu khas terlihat buram dalam ruang hitam luas di tengah bunga tidur remaja itu.



Dan saat bangun, kamar Midoriya berantakan. Entah apa atau siapa yang mengobrak-abriknnya. Itu mengerikan.



Dan kata All Might, Midoriya tengah terhubung ke dunia One for All, membuatnya menelan ludah sedikit merinding. Menyadari fakta bahwa sejatinya ia tetap terhubung dengan para pengguna OFA terdahulu.



Taxi yang dipesan All Might untuknya tadi mulai memasuki kawasan menanjak, lajunya sedikit lambat mengingat badai salju yang rada kuat ini menghambat mobil. Tidak banyak kendaraan yang lalu lalang, kebanyakan orang memilih stay at home dan berselimut menonton siaran TV untuk beristirahat dibandingkan berkeliaran di tengah cuaca yang tidak bersahabat ini.



Tapi Midoriya tetap melihat sekitar, siapa tau Kacchan dan Todoroki-kun terjebak badai dan memilih berteduh menepi. Mereka tadi juga memutuskan jalan kaki. Entah apa yang merasuki mereka berdua, Midoriya juga heran tapi ia hanya bilang untuk mengabarinya jika dua temannya itu sudah sampai di asrama.



Sampai sekarang tidak ada panggilan dari Todoroki-kun ataupun Kacchan membuat Midorya was-was mereka terjebak badai.



Eh tapi ngapain was-was, paling badainya takut sama Kacchan.



"Mohon maaf nak, karna badai perjalanannya jadi terhambat."



"E-eh, tidak apa-apa Pak! Saya tidak buru-buru ko-"



Handphone Midoriya bergetar.



Remaja itu reflek mengambil handphonenya yang bergetar.



"Oh, miscall dari Todoroki-kun, mereka sudah sampai."Midoriya menghela napas lega. Mengangkatnya.



"Moshi-mos—"



"Midoriya! Kau sedang bersama All Might?!"



"Eh? Aku sedang dalam perjalanan pulang."



"Urgh! Kau bisa menghubungi guru atau yang lainnya!?"



Midoriya menegakkan tubuhnya mendengar nada serius Todoroki, "All Might sedang dalam perjalanan udara ke Hiroshima, meski sepertinya penerbangan ditunda karna badai tapi tidak bisa dihubungi. Coba kuhubungi Aizawa-sensei."



"Tidak! Aizawa-sensei tak bisa dihubungi, Midnight juga! Present Mic juga. Sial, apa yang terjadi pada guru-guru sekarang?"



"Mereka sedang rapat dengan ketua Komisi, Todoroki-kun. Tadi Aizawa-sensei sudah bilan- tunggu, apakah kau sedang di luar ruangan?"



Latar belakang suaranya amat berisik, seperti sedang badai, eh emang sekarang sedang badai lebat membuat sinyal dan jaringan ikut terganggu. Suara Todoroki-kun terdengar patah-patah.



"SIA-SIA ITU, LEBIH BAIK KAU BANTU AKU SAJA, MUKA SETENGAH! BADAI SEPERTI INI TIDAK AKAN ADA YANG DATANG!"



"Eh Kacchan?"Midoriya menebak suara di belakang suara Todoroki, "Apa yang terjadi?!"



"Midoriya, hubungi siapapun. Tolong segera ke gerbang UA, kami butuh bantuan secepatn--."



"TIDAK USAH ARGH SIAL, TEROBOS AJA BADAINYA!"



"KAU GILA?! DIA BISA MATI!"



"Apa yang tengah terjadi!?"Midoriya berseru sekali lagi.



"(Name) disini sekarang! Ia terluka parah, kumohon Midoriya, kirim siapapun kesini! Akan kami jelaskan nanti! Yang penting sekarang adalah pertolongan!"



"HAH?!?"Midoriya berseru kaget.



"Panggi Iida atau siap--"



JLEB!



"Jaringannya..., mati?"Midoriya panik, kehilangan sambungan telepon.



Laju mobil terhenti sejenak, Sopir berusia setengah abad itu melongok ke kanan kiri, menyaksikan kota yang sekarang gelap gulita,"Sepertinya mati listrik nak."



"Aduh."Midoriya mengeluh, mengacak rambutnya lantas teringat perkataan Todoroki tadi.



Ada (Name)? kenapa bisa?! Apakah mereka mene-



Tidak,tidak, tidak ada waktu untuk bermain tebak-tebakan



"Pak, saya turun disini."



*



"Tidak ada sinyal!"Todoroki membanting hapenya yang hari ini sudah kena banting berkali-kali.



"Argh sial!"Bakugo mengumpat, merobek syalnya, membalut seadanya pendarahan yang terus-menerus keluar dari luka sayat yang terbuka di lengan gadis itu. Merembes membasahi perban yang sudah acak-acakan. "Ayo lari saja!"



"Kau gila!??"



"Tidak akan ada yang datang!"



"Dia bisa mati, Bakugo!"



"Dia justru akan mati jika kita diam disini sekarang!"



"Ka..lia..n beri..sik."



"(NAME)!"



Todoroki buru-buru membuat api dari tangan kirinya, membuat hawa panas untuk menghangatkan tubuh (Name) yang kini menggigil hebat.



Terluka parah, efek obat-obatan, kehabisan darah, dan sekarang terjebak badai. Good Job (Name).



"Diam bodoh!"Bakugo berteriak parau, ia melanjutkan membalut luka-luka yang terbuka itu.



Biasanya orang yang sekarat itu berwasiat, tandanya dia udah di ujung hidupnya. Inilah mak, jika anak kebanyakan baca komik.



"Sumpah. Aku..ing-in mem-mukul..mu..,"



"K-kau mengingat kami?! Kau kenal aku? Kenal Bakugo?!"Todoroki berseru. Sedikit rasa bahagia yang menyeruak ketika mendengar kalimat patah-patah setengah sadar dari gadis itu.



Tapi mata (Name) sudah terpejam lagi, dengan nafas yang terengah-engah, dahinya menerut menahan sakit di tengah kulit pucat kehabisan darah yang cukup banyak plus di udara dingin seperti ini.



Ugh mantap. Detik-detik mau waf-



"Selesai!"Bakugo menyeka punggung tangannya yang sudah berlumuran darah. "Bertahanlah sebentar lagi. Kau sudah biasa sekarat kan?! Orang bodoh biasanya selamat!!"



"Sia..lan..,"



Todoroki reflek tersenyum. Rasanya ia ingin menangis sekarang mendengar umpatan gadis itu mengernyit di tengah sakitnya.



"Pakai quirk apimu untuk menghalau badai."Bakugo berbalik lantas duduk membelakangi, usai ia selesai membalut telapak tangannya dengan kain yang tersisa.



Todoroki melepas jaket lantas blazernya, menyisakan kemeja putih. Orang akan menganggapnya gila berpakaian setipis itu di tengah udara yang nyaris melewati 0 derajat celcius. Membantu (Name) yang matanya mengerjap-ngerjap setengah sadar, berusaha melawan rasa sakitnya untuk bersandar di punggung Bakugo. Mengangkatnya hati-hati.



Bakugo mengokohkan posisinya dan gadis itu. Lantas berdiri. Todoroki menyelimuti dengan jaket dan blazernya. Membantu agar posisinya (Name) tidak rawan jatuh karna kemungkinan mereka akan berlari menghantam badai.



"Bertahanlah. Kumohon."



Bakugo melirik ke belakang, pipinya terasa panas tergelitik dengan helai rambut yang menyentuh pipinya karna kepala gadis itu bersandar tak berdaya di bahunya.



"Kalau tidak kuat, bilang."



"D..ariawal.., aku sudah tid-ak..ku.at bodoh."



"Kalau begitu bertahanlah sebentar."Bakugo menyeringai tipis. Suara patah-patah tadi menandakan (Name) masih bisa bertahan. Dia bukan anak lemah. Dia kuat.



Orang yang pernah tidur semalaman di kolam renang pasti kuat menerobos badai ini. Bakugo berusaha menenangkan hatinya.



Jarak gerbang UA dengan gedung utama tidak jauh. Yang membuat perjalanan takkan mudah adalah badai salju ini.



Mereka berdua menarik napas secara bersamaan tanpa janjian, dengan sorot mata yang terlihat serius berkali-kali lipat.



Tubuh kiri Todoroki mengeluarkan asap, sejenak menyeimbangkan suhu tubuhnya yang sebelumnya memang dingin sekali akibat badai. Lantas tangan kirinya ia arahkan, api menyala ringan, membuat bagian dalam gerbang terlihat.



(Name) berteleport ke dalam gerbang, Todoroki amat bersyukur gadis itu berteleport ke gerbang luar yang jelas-jelas butuh prosedur rinci untuk bisa masuk.



"Ayo."



Membawa seseorang yang sekarat kehabisan darah berlari di tengah badai salju.



Gigi Bakugo bergeretak. Todoroki menghembuskan napas panjang.



Saatnya melawan hukum alam.



*



"YAA! MATI LAMPU, KAMINARI MANA KAMINARRI!?"



"Giliran gini baru dicari, hewan kalian semua."Kaminari bersungut-sungut kesal. Meregangkan tangan, berjalan ogah-ogahan ke sumber listrik asrama.



"Gelap saja, itu lebih bagus."Tokoyami berkata datar.



"Aku kesal dengan Monoma yang kompor tadi sore, jadi mending lampunya nyala biar kita bisa pamer."Sero berkacak pinggang.



"Astaga Sero, lanjutkan."Mina bertepuk tangan setuju.



"Midoriya-kun, Bakugo-kun dan Todoroki-kun belum pulang?"Iida menoleh ke Uraraka yang masih mengintip lewat jendela.



Uraraka menggeleng. Wajahnya terlihat cemas, "Di luar tidak terlihat apa-apa, gelap semua. Semoga saja mereka tidak terjebak badai."



Yaoyorozu bergumam pelan, "Penghangat ruangannya juga mati. Rasanya dingin sekali."



"Dan aku takut mengambil selimut ke kamar!"Hagakure setuju. "Kasian Tsuyu-chan, dia tidak tahan dingin!"Menunjuk Tsuyu yang sudah menggelung kedinginan. Lagi hibernasi.



"Iya-iya, sabar."Kaminari mengomel. Dari tangannya terlihat jelas percikan-percikan listrik, bersiap menjadi pengganti PLN sementara. "Hanya sepuluh menit saja lho."



"Sampai lampunya nyala."



"Ga."



"Setengah jam aja."



"Ga."



"Yaudah sejam."



"KOK MALAH NAIK!?"



"Jangan berisik teman-teman, ini malam."Ojiro mengingatkan.



Jirou hanya melirik sekilas, tak berniat join ke keributan di tengah ini. memilih menarik gitar akustik yang beruntung ia bawa turun, tidak tertinggal di kamar. Tidak seperti Hagakure dan MIna yang sekarang sedang ke kamar di tengah gelap bermodal senter hape untuk mengambil selimut.



Meski gelap, Jirou masih bisa bermain, ia bergumam memastikan posisi jari jemarinya sudah tepat.



Karna suasananya sedang ricuh sepertinya bernyanyi sedikit tidak akan masalah, toh sejak festival sekolah, teman-temannya mendukung penuh hobinya.



Sejak festival sekolah..,



Jirou menghela napas. Tak ada waktunya galau, akan ada saat dimana mereka bisa bersama kembali. Dan Jirou dengan sabar menunggu waktu itu.



Jari jemarinya mulai bergerak. Menghela napas, berusaha mencari ketenangan ditengah gelap dan ricuhnya teman-temannya. 


Heart Attack, Demi Lovato. Batin gadis itu memulai intronya.


https://youtu.be/sHsR1F2ZaAk


"You make me glow..."



Suaranya melantun indah di tengah kebisingan ini.



"But I cover up won't let it show....,"



Andaikata suara memiliki warna, maka bisa dipastikan suara Jirou adalah emas yang tak dapat dinilai. Gadis berusia enam belas tahun itu mempunyai potensi besar untuk famous di dunia musik.



"So I'm putting my defenses up."



"Cause I don't wanna fall in love."



Menarik nafas pelan, gadis itu melanjutkan bait lagu yang terakhir.



"If I ever did that, I think I'd have a heart attack."



"Itu indah sekali, Jirou-san."



Jirou tersenyum, menoleh ke Yaoyorozu yang ternyata mendengar nyanyiannya.



"Terimakasih, Yaomomo."Sedikit malu ternyata nyanyian asalnya didengar, tapi Jirou berusaha untuk menikmatinya. Toh jika ini mampu menghibur seseorang, kenapa ia harus malu.



"JIROU NYANYI DEKETNYA KAMINARI BIAR DIA SEMANGAT!"



"HEH!"



"Kawan-kawan, aku mulai khawatir dengan Deku-kun dan yang lain."Uraraka menoleh saat listrik Kaminari mulai bekerja, membuat lampu ruang tengah dan pemanas ruangan hidup sementaa yang lain sengaja dimatikan.



"Sinyalnya mati, aku tidak bisa menghubungi dari tadi."Kirishima melambaikan hapenya.



"Mungkin mereka sedang menepi, atau menginap di kantor polisi. Setidaknya senekat-nekatnya Bakugo, Todoroki, dan Midoriya, pastinya mereka tidak segila itu menerobos badai."



"Tidak kawan, bodohnya mereka bisa melebihi kita."Sero menimpali perkataan Kaminari. "Kau tau terkadang cinta bisa membuat seseorang menjadi bodoh."



"Kalau begitu kau tidak boleh jatuh cinta, Ser."Mina yang baru turun dari lantai atas berseru.



"Lho, lho, lho kok?!"



"Ya kan kau bodoh, nanti kalau jatuh cinta tambah bodoh, kasian atuh."



"Untung kau cewek Min, karna lelaki sejati tak pernah memukul perempuan."Sero



"ADUH ACIKIWIR, SO SWEET BANGET!"



"Lamar aku maz."



"Astaga bujank, kau cowo."



Iida menghela napas tak kuat, Uraraka hanya menggeleng-gelengkan kepala lantas merapatkan sweaternya. Terus melirik ke arah jendela.



Firasatnya buruk.



"Ochako-Ochako, kau bisa membeku kedinginan disana, ayo minum teh sini!"



"Eh, oke! Sebentar!"Uraraka menoleh, sekali lagi melirik luar jendela yang gelap gulita, dengan suara desir angin kencang dan salju berputaran disana.



Akhir tahun yang buruk.



BRUK!



"Eh?"Urakaka merinding sejenak. Buru-buru melihat ke luar.



"Mungkin hanya tikus."Pikir gadis itu berusaha berpositif thinking tidak ingin mengingat cerita Mineta yang bilang asrama ini berhantu. Buru-buru meninggalkan jendela, berlari kecil ke arah teman-temanny-



"Sial! DEKU KAU SEHARUSNYA TIDAK MEMBANTING KITA SEPERTI INI!"



"GOMEN KACCHAN!"



"EH!?"Uraraka terlonjak, mengenal suara-suara setan di luar, berlari cepat, membuka pintu mengabaikan protes Mineta.



"DEKU-KUN,"



"Uraraka-san!"Midoriya mendongak, mereka bertiga tengah tersungkur terengah—tengah dengan napas yang tidak berarturan.



"Astaga kalian menerobos badai!?"Iida berseru tidak percaya. Buru-buru membantu Midoriya berdiri, "Seseorang tolong bawakan selimut!"



"Mereka pulang!?"Hagakure melompat, lantas dengan cepat mengambil selimut yang berada didekatnya, berlari ke depan pintu.



Muka-muka mengenaskan, Bakugo yang menggigil kedinginan, Midoriya yang badannya bergetar menahan suhu rendah, dan Todoroki yang tersungkur memelu-



"Eh?"



"A-astaga,"Yaoyorozu terjatuh, tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya.



"BAWA (NAME) KE DALAM, SEGERA!"



*


Ambang kematian.gagaga


sebenarnya video tadi itu piano sih, tapi gapapa lah hehe


Sksksks, sebenarnya pengen sampe bagian itu, tapi nanti malah kecepetan, aku kan gamau cepet pisah sama kalian, eaa baper ga?



Btw mau nanya, kalo misal aku bikin event buat fanfic Reason, ada yang tertarik ga ni?



OKE next ya kaka, aku nabung galery olip dulu hwhw.



Sampai babai

Owlyphia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro