Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[17]


Pengen bilang awas baper tapi takutnya malah pada ga baper bjir.


Moga feelnya dapet beb, saya setengah sadar saat mengetiknya hwhw


*


"Perasaan dan Pikiran bukanlah bahan eksak di dalam setiap jiwa."



"Seseorang disebut berpikir dan merasakan sesuai dengan perilaku mereka. Tidak ada hubungannya dengan problematika lain."



Karna sejatinya perasaan adalah skema dari pikiran itu sendiri.


-o-


Todoroki reflek menoleh mendengar teriakan Bakugo, satu kakinya bergeser menyesuaikan tubuhnya, membuat gerakan berputar layaknya sikap balik kanan.



Gatau sih kenapa aku mendeskripsikan gerakan balik kanan Todoroki, lumayan nambah-nambahiin jumlah kata hehe.



Terkejut, kaget, adalah kata sifat yang mewakili suatu kondisi emosi sesaat yang disebabkan oleh timbulnya peristiwa yang tidak disangka. Bersifat spontan dan tak dibuat-buat lantas dilanjutkan dengan emosi lain seperti ketakutan, kebahagiaan, kesedihan, kebingungan, dan hal-hal sejenisnya.



Peristiwa yang tidak disangka-sangka, pastinya bisa dipastikan sumber kekagetan itu berasal dari sosok yang tengah berdiri mengulurkan sesuatu ke Bakugo.



Rasa rindu dan bahagia reflek menyeruak parah membuat lelaki itu mundur satu dua langkah untuk menyeimbangkan posisi tubuh yang sejenak limbung karna terlalu kaget melihat sosok itu.



Ia merasa sejenak dunia berhenti berputar saat bertatapan dengan mata biru redup yang menampilkan sejuta kenangan.



"Maaf...?"(Name) memecah keheningan absurd di sekitarnya.



Padahal Todoroki baru mau join teriak kayak Bakugo tadi. Tapi keburu mematung tidak percaya mendengar respon singkat gadis itu.



"O-oi..,"Bakugo reflek mundur satu dua langkah. dia syok. Yakali ga syok. Tapi emang beneran syok parah sih.



Ia amat yakin. Meski dengan masker, tudung jaket yang dinaikkan, tetap saja tidak bisa menyembunyikan identitas asli orang yang selama ini menjadi sumber keresahan banyak orang.



Tapi pertanyaannya, kenapa dia bisa muncul disini sekarang?!



Kangen parah dengan rambut biru itu.



Bahkan raut menyebalkannya pun masih sama, membuat Bakugo ingin sekali menampol kepalanya.



Merasa diabaikan, gadis itu melempar sarung tangan dengan cuek, bahunya melenggang, berbalik seraya menurunkan masker.



"(NAME), KAU (NAME) KAN?!"Todoroki berteriak tidak percaya sekaligus panik melihat gadis itu berbalik tidak peduli seakan mereka adalah orang lain.



"Sepertinya kalian salah orang."Gumamnya pelan.



"No. Tidak ada yang salah orang."Bakugo masih dengan muka serius. Berhasil mengendalikan diri dan menyadari situasi ini tidak menguntungkan siapa-siapa.



(Name) tidak mengenal mereka. Ini gawat.



Tidak ada waktu untuk reunian, Bakugo menahan napas, (Name) masih belum jelas berada di kubu mana tapi jawaban yang tadi menentukan semuanya.



Detik yang menentukan. Bakugo menggigit bibir, reflek maju dengan otak yang terus berputar mencari solusi terbaik untuk situasi segenting ini.



"Aku tidak mengenalmu. Tapi setidaknya bersikaplah seperti pria sejati, tidak mengganggu seorang gadis seperti ini."(Name) melirik tangan Bakugo yang tengah menahan lengan gadis itu. Bakugo berdecih, tak berniat melepaskan tangannya.



Todoroki masih kena mental.



"Lepas atau aku akan menjerit."



"Semuanya tahu bahwa kami ada di kubu yang baik. Aku tidak takut."



Cih. (Name) berdecih. Masi bergeming diam menatap datar Bakugo yang tengah memegang lengannya erat.



"Lepas atau aku akan memakai kekerasan."



"Skor bela diriku jauh lebih bagus dibandingkan skormu."Bakugo malah menantang. Matanya terlihat serius. Bibirnya bergetar dengan pikiran yang berseliweran mencari solusi terbaik.



Posisi mereka bahaya, posisi mereka bahaya, tidak ada waktu untuk perasaan-perasaan konyol ini!



Todoroki memegang bahu Bakugo, berbisik, "Kita harus membawanya. Aku punya firasat buruk."



"Hubungi sensei, cepat, bodoh! Kita butuh bantuan disini."Bakugo berteriak, tubuhnya dengan cepat melompat hendak mengambil tangan kiri (Name), berniat menjatuhkannya segera bersamaan dengan gerakan gesit Todoroki mengambil handphonenya.



Sial, kaki kiri (Name) bergerak cepat dengan tubuh yang mengikuti, melenting lompat kebelakang, dengan tangan kiri yang dijauhkan agar Bakugo tidak dapat meraihnya. Tubuhnya yang masih melayang dengan cepat berputar, tangan kirinya reflek menarik rambut Bakugo membuat lelaki itu berseru mengumpat tidak percaya.



Todoroki mematung melihat gerakan gesit itu, lantas reflek mundur satu langkah sebelu-



DBUK!



Yah telat



Kaki kiri (Name) menendang handphone yang masih ditangannya, itu upaya agar mencegah Todoroki menghubungi bantuan. Todoroki reflek mengibaskan tangannya dan mengambil gerakan yang diajarkan Aizawa-sensei saat menghadapi tendangan. Tangan kanannya reflek mengambil pergelangan kaki (Name), meringis menahan sakit karna tendangan gadis itu ga main-main.



(Name) terkesiap. Ia reflek melompat lagi berputar berkebalikan dengan tendangan tadi, kaki yang dipegang menjadi tumpuan, kaki yang satunya bersiap menghantam sisi kepala Todoroki.



Todoroki reflek melepaskan kaki kiri (Name), melompat mundur seraya menunduk untuk menghindari tendangan gadis itu.



Dia masih ingat pelajaran bela diri Aizawa-sensei. Todoroki menarik kesimpulan melihat gerakan gesit gadis itu.



tapi kenapa (Name) berlagak seakan mereka baru pertama kali bertemu?



Astaga. Dada Todoroki mendadak sakit. Perih. Matanya menatap nanar (Name) yang sedang memasang kuda-kuda dengan cepat, 



Dari kawan menjadi lawan. Ironis sekali hidupnya.



"JANGAN MELAMUN BODOH!"Bakugo berteriak parau, kakinya reflek melesat ke arah (Name) yang ikut memasang kuda-kuda bertahan siap menerima serangan Bakugo.



Dia memakai quirknya?! (Name) bergumam kaget, melihat letupan di tangan kanan dan tangan kiri Bakugo membuatnya mundur dengan tangan cepat masuk ke jaket parka, menarik sesuatu sebagai alat pertahanan diri.



SCRASH!



Tangan kanan Bakugo menangkap pisau yang hendak dihantamkan ke lehernya. Sementara tangan kirinya reflek memeluk pinggang (Name) dan menariknya mendekat ke dada membuat tudung jaket parka itu terbawa alur dan jatuh ke pundak (Name). Menampilkan dengan jelas helai rambut pendek gadis itu dan perban tebal yang melilit leher.



Cairan mengalir melalui pisau dan membasahi lengan seragam sekolah Bakugo dan lengan jaket Parka (Name). tetesan-tetesan merah pekat jatuh ke tanah membuat bercak merah yang teramat kontras dengan putihnya salju yang menutupi tanah. (Name) terperangah, Bakugo meringis menahan sakit di telapak tangannya. Lantas menatap (Name) dengan pandangan sendu.



"Ayo pulang, (Name)."



Todoroki panas dingin di belakang.



"Aku tidak mengerti apa maksudmu."(Name) berkata dingin. Setelah diam terperangah beberapa detik, ia memasang raut datar.



"Sadar. Kau tidak cocok jadi penjahat, hentikan sandiwara ini."



"Siapa yang disini jadi penjahat hah?"(Name) melirik sinis, kaki kirinya bergerak cepat hendak menyandung kaki Bakugo. Laki-laki itu reflek melompat tanpa melepas pegangan terhadap pisau (Name). gadis itu melepas pisaunya, membuat tangan Bakugo sedikit hilang keseimbangan karna sanggaan seberangnya melepas pegangan. Tapi lelaki itu berfikir cepat melempar pisau jauh-jauh dan dengan tangan yang berdarah, ia menahan lengan (Name) dan membantingnya cepat.



(Name) melayangkan serangan untuk membuat lengannya bebas tapi jelas-jelas tenaganya kalah kuat dengan Bakugo meski tangan remaja laki-laki itu sudah terkena luka sobek yang cukup parah.



"Akh-!"Gadis itu tiba-tiba berseru kesakitan, membuat Bakugo sedikit terperanjat kaget. diikuti dengan batuk-batuk hebat seperti orang yang tengah tersedak.



"Uhuk!"(Name) terbatuk-batuk, kehabisan tenaga untuk memberontak dari posisi bantingan Bakugo.



"O-oi!"Bakugo reflek mengurangi cengkraman pada kedua pergelangan (Name) yang ia tahan. Todoroki yang lagi mengamankan pisau berlari sedikit tergesa-gesa saat melihat apa yang terjadi.



"Apa yang kau lakukan?!"Todoroki berseru.



"Aku tidak melakukan apa-apa! Justru dia yang melukaiku!"



"Lebih baik kalian lepaskan aku dul- UHUK!"



Batuk berdarah, bukan batuk berdahak.



Bakugo membeku mendengar kata terakhir yang diucap si heroin sebelum batuk.



Sudah kembali?



Todoroki reflek membantu (Name) duduk, "Kau kenapa?! Apa yang terjadi!?"



Tangan (Name) menutupi mulutnya, dengan iringan batuk yang terus menerus keluar disertai darah kental bercampur dahak. Mukanya yang sudah pucat kini mengerut menahan sakit.



Todoroki melepas syalnya cepat, menjadikannya sebagai kain penyeka darah y ang terus menerus keluar dari mulut (Name). nafasnya tersengal ikut panik dengan apa yang terjadi. "Ayo ke rumah sakit!"



"Pergi dari sin- UHUK!"



Bakugo terduduk. Menghela napas panjang. Menatap nanar. Semuanya terjadi begitu cepat membuat Bakugo tak bisa berpikir jernih.



Jelas-jelas gelagat (Name) masih waspada terlebih dengan tangan kanan yang masih memegang pisau, hendak menusuk walau itu tak terjadi karna tubuhnya terus-menerus mengeluarkan batuk hebat.



Bakugo menunduk. Tak peduli surainya terkena darah membuat warna pirang asli itu dinodai dengan merahnya darah.



Cukup, aku lelah.



Mata merahnya menatap sendu (NAme) yang tengah berusaha menghindari Todoroki yang ingin membantunya menyeka darah.



"Ayo pulang (Name). semua menunggumu."



Todoroki terdiam, tangannya masih membantu menyanggal syal abu-abu yang sudah berwarna kemerahan, menghela napas dengan mata yang mulai terasa perih."Iya, benar. Ayo kembali. Semua mencemaskanmu."



Mata mereka bertiga sama-sama menyorotkan rasa lelah yang begitu dalam meski dengan problematika yang berbeda.



"Tak masalah kau sudah jadi apa sekarang, tak masalah ingatanmu dihapus atau apalah yang brengsek-brengsek itu lakukan. Ayo pulang."



(Name) menatap dengan pandangan layu, energinya habis karna efek samping sesuatu. Ah sial, padahal ia hanya telat sejam tapi efeknya sampai sebesar ini.



"Berhenti memaksaku. kita bahkan baru bertemu hari ini. Aneh. Gila. Kalian tidak waras."Suaranya terdengar lemas. Tak bisa memberontak lagi. Batuk tadi sudah menghabiskan nyaris semua energinya. Ditambah ia memang dariawal sudah kelelahan karna kejadian tadi siang. 



"Sial, setelah apa yang terjadi, bisa-bisanya kau tega berkata begitu."Bakugo bergumam kesal. Beranjak berdiri. Menendang pisau yang tergeletak jauh-jauh.



"(Name), maaf. Mau tidak mau, kau harus ikut."Todoroki ikut berdiri. "Sebentar lagi badai. Dengan kondisi tubuh seperti itu, kau harus cepat-cepat diobati."



Rambutnya dipotong pendek. Todoroki meringis. Rasa bersalah semakin menyeruak dalam ketika melihat perban tebal di leher gadis itu. Tidak masalah, semua penderitaannya akan berakhir sbentar lagi. Dan saat gadis itu benar-benar sudah kembali. Todoroki tak masalah dipalak, ditampol, ditampar. Toh memang apa yang kini terjadi tidak langsung adalah salahnya.



Todoroki berjongkok, di depan (Name). mengisyaratkan gadis itu untuk naik ke punggungnya.



(Name) ya mana percaya, tapi ia tak punya pilihan meski matanya terus melirik ke arah ia datang sebelumnya. Menyeka darah yang masih tersisa di bibirnya. Meringsut maju, memeluk leher Todoroki dengan tangan yang sudah lemas. Tenaganya habis karna kejadian tadi siang, ditambah batuk-batuk yang seakan paru-parunya sudah mau keluar. Meski memang tidak sesakit saat itu, tapi tetap saja rasanya menyakitkan.



Pilihannya sekarang hanyalah ikut atau mati disini.



Bakugo melepas jaketnya, tidak peduli udara dingin yang menyeruak merasuk ke pori-pori kulit yang seketika merinding. Meletakkannya di pundak (Name).



Sekarang kau aman.



Eits tida semudah itu ferguso.



"Pesen taxi online saja."Bakugo berseru ketus. Berusaha mengembalikan situasi, tidak betah dengan suasana mellow macam ini, "Kita tak bisa lama-lama disini."



"Ke UA langsung? Tidak ke rumah sakit yang lebih dekat?"



"Kau yakin mereka bisa dipercaya?"



"Hah benar juga."Todoroki menghela napas gusar, "Atau kantor polisi? Serius, sepertinya jika ke UA sekarang, (Name) ga akan kuat."



Bakugo melirik ke (Name) yang nafasnya tersengal-sengal dengan mata terpejam, dia pasrah dibawa, padahal jelas-jelas bagi (Name), mereka adalah kubu jahat.



"Sepertinya ke kantor polisi saja."Bakugo mengambil keputusan. "Seenggaknya kantor Pro Hero. Kita butuh pertolongan."



Todoroki membenarkan posisinya agar tidak limbung, "Ayo-"



"Ternyata sekarang anak UA sudah berani culik menculik ya?"



Bakugo dan Todoroki reflek berhenti. Membeku.



Suara ini.



Mereka melupakan satu fakta penting. Fatal sekali, kawan.



(Name) tidak mungkin keluar dari persembunyian tanpa pawang!



No, sudah sampai sini, Mereka tidak boleh gagal. Todoroki membeku, dengan tangan mengepal  brushaa berpikir solusi terbaik.



"Aku akan menghalangi."Bakugo berbisik. Bahunya sedikit bergetar efek tegang. Belum berbalik, masih dalam posisi memunggungi orang yang berbicara tadi, "Kau langsung lari."



"Oke."Todoroki mengangguk paham. Membenarkan posisi (Name) yang nafasnya masih tersengal-sengal meringis menahan perih di dadanya.



Di situasi normal mungkin ia gak bakal meninggalkan temannya sendiri, tapi karna ini situasi genting dimana subyek yang harus diselamatkan berada di tangan mereka.



Todoroki tak mau mengulang kesalahan yang sama. Sudah cukup yang dulu.



Bakugo menarik napas, matanya berkilat dengan letupan-letupan kecil. Tak peduli bahwa quirknya sedikit lemah akibat pengaruh musim, yang penting sekarang adalah membuka jalan untuk Todoroki dan (Name) kabur aduh so sweet.



Kakinya bergeser seiring dengan badannya yang berbalik bersiap memberikan serangan pertama.



"SHINE!"



DBAM!



Dabi melompat tinggi ke atas menghindari percikan ledakan dengan salju yang ikut terlempar terbawa tekanan ledakan dari anak berambut durian itu. Tangan kanannya terkibas dengan api biru yang berkobar dari telapaknya. Meluap berkobar menyerang satu target.



Dan targetnya adalah Todoroki yang sedang berlari. Bakugo tersentak kaget.



"AWAS!"



Todoroki reflek menoleh ke belakang, menyadari bahwa ada lidah api yang menjalar ke arahnya cepat membuatnya hendak menghentakkan kaki kanan membuat dinding es—



Tidak. Ini tidak akan sempat! Batinnya panik.



BLAR!



DBAK!



Bakugo berlari cepat, menghantamkan tubuhnya, mendorong Todoroki dan (Name), membuat mereka bertiga reflek berguling jatuh ke salju. Persis di sisi kiri api yang menyambar tempat Todoroki berdiri sebelumnya.



"Akh-!"



Menyadari ada yang hilang, membuat Todoroki langsung bangun, tak memikirkan bekas sakit ditubruk Bakugo,



"(NAME)!"



(Name) yang terguling jatuh dari punggungnya saat mereka bertiga berguling. Tergeletak lemas dengan salju berwarna merah pekat dari darahnya melumuri tubuh ringkihnya.



Pingsan? Todoroki tersentak heran. Karna saat masih di punggungnya, gadis itu terus menerus bergumam, aku tidak mengenalmu, kamu siapa, dan sebagainya.


Kakinya dengan cepat berlari limbung ke arah (NAme).


Selangkah lagi mendekat ke tubuh tergeletak itu, sepersekian detik sebelum Todoroki berhasil menyentuh (Name)-



SCRASH!



"AKH-!!"



"Aduh, kurang dalam."Toga bergumam, "Nee-nee! Dimana Izuku? Apakah dia tidak bersama kalian?"



Todoroki mundur, meringis kesakitan, tangan kirinya memegang lengan kanan yang tersayat pisau tajam milik gadis dengan jaket pink itu.



"Minggir!"Todoroki berseru meski langsung meringis, rasa pedih dari lengan dengan darah yang mengalir jatuh mengotori hamparan salju putih itu.



"Nee, (Name). pasti kau lupa dengan ini lagi."Toga berdecak heran, berjongkok di sebelah (Name) yang tergeletak entah hidup atau mati.



"T-toga-san.."



Oh ternyata surinem masih hidup.



"Buruk sekali penampilanmu, apakah karna kau sudah lelah setelah bertarung dengan Geten tadi siang?"



Bakugo menarik lengan Todoroki. "Tukar posisi!"



"Hah?!"



Bakugo menarik lengannya, lantas melesat maju menyerang Toga, membuat Todoroki limbung dan langsung membuat dinding es sebagai dinding pertahanan dari api biru Dabi.



Dabi melompat turun, dengan cepat mengambil posisi membelakangi Toga dan (Name).



"Ayolah, kenapa kalian harus seagresif ini, bukannya dia bukan teman kalian? Orang baik kan tak mau berteman dengan orang jahat."Seringai pria itu semakin lebar melihat Bakugo yang mengumpat penuh esmosi.



Todoroki berlari ke samping Bakugo, ia baru selesai membalut luka sayat itu dengan kaus kaki, seadanya aja. Agak lucu sih melihat pria secool Todoroki hanya memakai kaus kaki sebelah. Udah gausah fokus ke topik itu.



"Maaf."Todoroki menggigit bibir.



"Simpan maaf untuk nanti. Kau lawan pria jahitan ini,"Bakugo menyeka pipinya yang berdarah. Berseru kesal.



Dabi tersenyum berkacak pinggang melihat dua anak itu.



"Separation intensifies love."



*

Garis hiperbola yang tak pernah saling berpotongan. 


Aku kesulitan temukan langit tuk hari esok.


Tak dapat hasil apapun, aku menyelam lebih dalam bahkan tanpa mengambil nafas sekalipun.


Cahaya putih yang tertidur dengan sekejap memanggilku


Ah, aku ingin menggapainya. Aku ingin keluar dari sini. Aku ingin bebas.


Tapi apakah memang kesunyian laut dalam itu melukiskan impianku?


Apakah memang kesunyian laut dalam adalah tempatku?


Tidak. Aku benci tempat ini.


Tapi sayangnya aku pernah berharap hingga terluka dan takut tuk berharap lagi.


Semua kenangan yang mengalir ke bawah matahari senja.


Membuatku sadar bahwa ku tak pernah mengetahui rasa dari air mata dan kebersamaan.


Siapapun.


Tolong selamatkan aku dari shinkai tak berujung ini.



"Kau harus disiplin dengan obat ini,"Toga mengetuk-ngetuk ringan suntikan dengan cairan ungu gelap di dalamnya. "Meski rasanya menyakitkan, tapi muntah darah seperti ini tak enak kan (Name)?"



(Name) menyipitkan mata. Masih dengan rasa sakit yang menghantam dadanya, membuatnya ingin memuntahkan darah lebih banyak lagi. Ditambah dengan perih yang menjalar dari bagian-bagian di perban. Beberapa kasa mulai lepas dengan luka-luka sayat yang kembali terbuka. Bau anyir darah menguar kuat, membuat perutnya mual lagi tak kuat.



Seperti mayat hidup.



Toga menggembungkan pipinya, "Melihat mereka tersiksa karnamu lucu juga. Senang bisa menghancurkan mental seseorang."



Lepaskan aku dari shinkai tak berujung ini.


DEG!



Mata pale turqoises itu membuka lebar. Tangan (Name) dengan cepat menepis suntikan yang henda ditusuk ke lengan pucatnya.



"E-eh!!?"Toga berseru heran.



Yang bisa merubah takdir adalah diri orang itu sendiri



BYAR!



"SKH!"



Serangan air dingin dari pencairan es itu mengenai perut Dabi yang hendak menghantamkan api ke arah Todoroki lagi, membuat pria itu berseru kaget dan terlempar menghantam tembok. 



Toga menarik pisaunya, mukanya berubah serius menyeramkan, baru siap menghantam (Name), sapuan salju menarik kaki jenjang gadis itu dan melemparnya.



"A-apa yang terjadi?!"Todoroki berseru. Bakugo yang memegangi lengan kiri nya, terkena semburan api biru itu menyakitkan. Mengingatkan memori lama. Memandang gusar ke sekitar sebelum menoleh ke arah (Name) yan-



HUG!



"E-eh...?"



(Name) berlari cepat mengorbankan energi terakhir. Memeluk mereka bertiga tak peduli tubuhnya dipenuhi darah dari luka sayat yang terbuka kembali. Membasahi baju seragam mereka berdua. Blazer abu-abu UA itu dipenuhi motif merah.



Bakugo terperangah, Todoroki reflek membalas pelukan. Mata biru (Name) mengerjap tak kuat menahan sakit.



"Te..leport."


Pengorbanan untuk mengubah aliran masa depan

*

Puas anda semua, ini nemnya udah muncul hahay


OKE aku belum bikin ilustrasi (Name) as vilain, tapi jangan berharap bajunya badas karna kalian tahu sendiri LOV ga modal kalo soal fashion.


Fun fact : rambut (Name) jadi pendek. Mungkin dia patah hati. Hmmz sabi-sabi


Nah, aku belum bikin ilustrasinya tapi yang versi backpackernya malah yang udah jadi hwhwhw.

Widiw ada El, aku suka kombinasi warna peach-blue, terimakasih buat Chitato_pon buat rancangan baju finalnya dan tentu saja smuanya yang sudah membantu huhw


btw, buat kata-katanya aku pake Lagu Eve yang judulnya Shinkai. MV nya juga pake model dua kepribadian pada satu jiwa. enak banget sumpah ga boong.


GIF tetesan airnya, aku kepikiran kata-kata Jin Yuichi World Trigger yang bilang bahwa setetes air pun bisa mengubah takdir. 


Jadi intinya tindakan sekecil apapun juga bisa mengubah takdir apalagi yang berusaha keras. Nah intinya gitu. Coba sambungin aja sama chap ini HAHAHA


Okay, next kayaknya spechap dulu deh, ku baru PTS say hwhw, sekaligus syukuran Reason 2 udah sampe 6K padahal baru 21 episode..., DAN BARU TIGA BULAN KURANG AAAAAAA aku terharu bgt soalnya dulu untuk mencapai 6K, Reason 1 aja butuh banyak bgt episode huhu.


MAKASIH BANYAK HUHUW! Komen kalian penyemangatku eaa



Sampai babai!

Owlyphia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro