[16]
Halo gaes, ku lagi bucin suntaro, terima kasih.
btw chap ini pendek ga kayak biasa HAHAHA selamat menikmati kawan.
*
"Kau percaya adanya reinkarnasi?"
"Bukannya tidak percaya sih, tapi pastinya ada energi dari kehidupan seseorang yang selalu ada di dunia ini walaupun dia mati..,"
"..., bagian yang bisa saja berada didalam tubuh orang lain, apakah itu cocok disebut reinkarnasi?"
___ ___
"Apakah kau serius akan melakukan ini?"
"Serius gan, semua hukuman ayo kita lewati bersama."
"Aww kau so sweet sekali bro."
"Makasih bro..,"
"Kalian mau ngapain?"Kirishima berkacak pinggang melihat kelakuan mencurigakan dua sohibnya.
Sero dan Kaminari reflek menoleh.
"Eh ada bapak,"Sero langsung berdiri, menggaruk rambutnya.
"Halo pak, udah ngopi belum?"
Kirishima menghela napas, "Kalian ngapain bro, ini lantai empat lho."
Dia lagi keluar kamar hendak latihan sore seperti biasa. melihat Sero dan Kaminari sedang mengendap-ngendap di lorong lantai tiga.
"Lho ini lantai empat?"Kaminari ngeles. "Kirain lantai tiga HAHAHAHAHA NYASAR KITA BRO."
"Lho aku kira ini malah lantai lima, pantes rasanya asing."Sero ikut ngeles. "Ternyata gada bau kekayaan."
"Bau kekayaan?"Kirishima tidak paham
"Kau tau siapa aja penghuni lantai lima kan?"Sero berdecak.
"Oh iya bro, maaf aku lupa kau miskin."Kaminari
"Astaga bro, apakah boleh kepalamu saya tampol?"Sero.
"Tampolah kepala saya dengan ilmu pngetahuan biar bisa menjadi ranking 1 membahagiakan ibu dan ayah."Kaminari.
Demi tuhan, Kirishima lelah. tapi orang macam mereka berdua kalau dimarahin ya percuma, masuk kuping kanan keluarnya dari mulut alias ngeyel gada lawan, terlebih Sero.
"To the point, to the point, kalian ngapain disini?"
"Nyari duit."
"Ga pak, gak."Sero menggeleng melihat muka Kirishima udah masang tampang, gelut yuk ke Kaminari yang menjawab pertanyaan tadi. "Ini buat Bakugo."
"Dia nya kan lagi pergi."
"Nah iya, karna si Bakubro lagi pergi makanya kita mau memberikan ini, untuk Todoroki sudah tadi, kulempar lewat jendelanya."Sero bangga. Merasa menjadi tukang pos teladan yang melempar paket pelanggan lewat jendela.
"Tapi jendela Bakubro ditutup jadi ga bisa masuk lewat situ, rencananya mau banting pintu kamar tapi eh ada bapak."
"Mau ngasih apa sih?"
Sero dan Kaminari saling melirik..
"Ini dari Eri."
"Kami juga gatau isinya apa, Kir, cuman disuruh ngasih, bentuknya amplop warnanya pink, ada lope, bintang sama bunganya."
"Iya, Kaminari sempet nethink kalo Eri mau nembak mereka berdua."
"ASTAGA KALIAN NIH!"Kirishima reflek menampar keduanya.
"Ga dicek isinya apa?"Usai menenangkan diri dari ribuan kebodohan, meski Kirishima sadar dia bodoh tapi ia rasa dia ga sebodoh itu deh.
"Ya kagak berani lah."Sero berkacak pinggang, "Tidak ada tukang pos yang berani mengecek isi paketnya."
"Tidak ada tukang pos yang melempat paketnya ke alamat tujuan."Kirishima menghela napas.
"Hehe."
"Etapi iya sih, siapa tau isinya cek. Duit duit gitu?"
"Tapi kan Bakugo dan Todoroki sudah kaya."
"Iya juga sih."
"Masukkan aja lewat sela pintunya, mereka pulang nanti malam sepertinya, kita bisa bertanya nanti."Kirishima mengambil langkah bijak.
Kirishima takkan tau apa yang menanti mereka semua di malam ini.
*
Lima hari pasca pengumuman peringkat. Sore yang sama dengan paragraf diatas.
Biasa-biasa saja. Todoroki menghela napas, tidak ada yang spesial kecuali melihat ayahnya menjadi si nomor 1 sesuai yang diinginkannya selama ini.
Rasanya aneh. Oiya magang dadakannya juga udah selesai. Kembali ke rutinitas membosankan.
"Berikutnya, ayo coba hero yang diluar kota."
"Diam muka setengah sialan, idemu tak membantu apa-apa!"Bakugo berseru ketus.
"Lalu? Apa yang ingin kau lakukan berikutnya?"
"Kabur dari sekolah."
Itu malah lebih gila.
"Tidakkah kita seharusnya menunggu Midoriya?"Todoroki berganti topik.
"Buat apa? Deku akan lama sekali mengobrol dengan All Might, itu hanya akan membuang-buang waktu,"Bakugo yang sudah mengerti kalau Midoriya dan All Might akan berbicara mengenai quirk One for All hanya menjawab kesal . "Sial udaranya tambah dingin!"
Todoroki hanya melirik sekilas. "Ya kan sekarang musim dingin."
"DIAM!"
Mereka disuruh ke kantor polisi tadi siang, diantar Aizawa-sensei dan Midnight-sensei. Polisi bertanya macam-macam, kebanyakan yang menjawab adalah Midoriya, karna Todoroki rasanya malas sekali menjawab sedangkan Bakugo sudah diwanti-wanti agar menjaga sikap di depan aparat negara. Mereka ditanya macam-macam terkait kasus Nomu nem itu. Bahkan jika Midnight tidak menghentikannya mungkin sampe sekarang Todoroki, Bakugo, dan Midoriya masih di ruangan interogasi dengan bau bunga melati khas itu.
udah lama diwawancari, eh ga dikasih snack, sad.
Sepertinya pihak aparat sedikit mencurigai UA, lebih tepatnya mencurigai mereka.
Toh Hawks malah langsung pergi usai pengumuman peringkat. Padahal jelas-jelas Todoroki tau dari Aizawa bahwa pro hero itu diberikan pasukan lagi, untuk misi yang sama, menemukan (Name) meski sebenarnya Komisi Hero lebih fokus ke menemukan markas legue.
Aizawa-sensei sudah pulang duluan bersama Midnight, karna ada beberapa anggota penting komisi yang datang ke sekolah, mau rapat malam ini.
"Hari ini ada badai."Todoroki bergumam, mengingat laporan cuaca di TV yang ia lihat saat sedang di ruang tunggu menunggu sesi interogasi tadi. Saljunya makin tebal dan awannya juga menggelap, menutupi warna khas senja.
"Kau mau yang hangat-hangat?"Todoroki menoleh ke Bakugo yang terlihat jelas sedang menggigil, pastinya dia tidak terbiasa dengan cuaca ini tidak seperti Todoroki yang memang punya bagian dingin di dalam tubuhnya.
Bakugo tidak peduli, hanya melirik sekilas, "Kau duluan saja, aku mau duduk sebentar."
"Hm."
Todoroki menganggap itu iya, mungkin Bakugo mau menikmati senja, jadi ia jalan duluan.
Baru beberapa langkah berjalan , Todoroki inget petuah dari Aizawa-sensei.
Awas kalau pulangnya kepisah-pisah.
Jadi ia balik kanan maju jalan, kembali ke Bakugo yang sibuk menggerutu tentang dinginnya cuaca sore ini. tapi Todoroki malas dimarahin jadi dia akhirnya belok ke arah barat,
Ada vending machine disana.
Dia sedikit haus, sepertinya kopi atau sebotol susu bisa membantu menghilangkan dahaganya.
"Mau beli minum?"Berbaik hati menawarkan.
Bakugo melirik sinis, tapi mendengus, berdiri dan mengikuti langkah Todoroki ke vending machine.
"Kenapa kita tidak naik taxi saja sih?!"
"Tadi katanya mau jalan. Siapa tau ketemu petunjuk."Todoroki mendengus, nyaris kehilangan kesabaran.
Bakugo diam, tak bisa membantah, mati gaya.
Dia bukan kedinginan, tapi sekarang otak dan tubuhnya sedang tidak sinkron makanya Bakugo sedikit tenang akhir-akhir ini.
Frustasi.
Ga sih, lebih tepatnya bingung. Karna perkataan Hawks di peringkat pahlawan kemarin.
"Kebutuhan peralatan dokter yang mahal saja mereka punya apalagi sekedar TV."
Hawks jelas-jelas sedang menyindir villain dengan kata kebutuhan peralatan dokter.
Itu mendasar pada dua alasan, yang pertama kata peralatan dokter itu ditunjukkan untuk alat-alat laboratorium. Tapi bukannya penelitian Nomu sudah ada bahkan sebelum kejadian USJ, itu yang membuat Bakugo sedikit pusing kenapa Hawks menyebut alat-alat dokter apdahall sudah dipastikan pihak lawan memiliki stelan laboratorium lengkap mengingat mereka bisa menciptakan monster-monster aneh beraneka rupa seperti Nomu.
Yang kedua, ini Bakugo memiliki firasat kuat.
Alat-alat kedokteran itu ditujukan untuk (Name). Sebelumnya mereka tidak terlalu peduli dengan subyek lain, keadaan mati atau hidup. Tapi untuk (Name), sepertinya ada kasus yang berbeda dimana mereka membutuhkan alat-alat kesehatan untuk mempertahankan hidup gadis itu yang mungkn di ambang sekarat karna dijadikan subyek penelitian.
Hmm sabi-sabi, tapi Bakugo sedikit ragu.
"Sepertinya besok, coba ke klinik-klinik swasta."
"Hah? Hubungannya apa?"Todoroki mengangkat alis.
"Kalau rumah sakit tidak mungkin, mereka diawasi langsung dengan pemerintah."Bakugo bergumam, "Kemungkinan besar ada di instansi swasta. Villain sialan itu pasti memilih tempat yang tidak terduga."
Todoroki masih tidak bisa menangkap percakapan, tapi ia paham kalau Bakugo mungkin mau mengecek tempat-tempat lagi, "Mau mulai dari mana."
"Data klinik, bidan, rumah sakit, puskesmas apalah itu yang bukan instansi pemerintah. Aku butuh itu. Sama alamatnya, ARGH SIAL, KENAPA UDARANYA MAKIN DINGIN?!"
Todoroki mengangguk paham, "Sepertinya Yaoyorozu, Uraraka dan yang lain pasti mau membantu. Iida juga. Ah, itu mesinnya."
Mereka berdua berjalan mendekati vending machine yang kelihatan mencolok dengan sinarnya diantara sela bangunan dengan pencahayaan remang entah karna efek senja menjelang malam atau memang tempatnya yang kurang strategis karna berada di belakang taman.
Todoroki menekan tombol-tombol lantas memasukkan uang dan menunggu kaleng milkteanya jatuh, mengambilnya dan mundur, gantian dengan Bakugo.
Menghela napas panjang.
(Name) sadar ga sih kalau banyak orang yang mencemaskannya?
"Butuh berapa lama lagi, ya tuhan."Bergumam pelan. Memang apa salah mereka? Apa salah (Name)?
sebenarnya salah (Name) banyak banget sih mas,
kelasnya sedang dijatuhi kutukan sial. Todoroki mengusap rambutnya.
Dunia ini tidak sedang berpihak pada para tokoh utama, bahkan sebelum konflik utama dimulai.
Insiden-insiden akhir-akhir ini. semua kejadian yang membuat Todoroki berpikir kembali.
Jika (Name) benar-benar kembali, apakah lantas semuanya langsung normal?
Bakugo melirik ke Todoroki yang sedang menghembuskan napas hingga uap nafasnya terlihat jelas di musim dingin ini. lantas memalingkan muka memilih fokus mengambil kaleng cofeenya.
Berbalik, membelakangi vending machine. Menghembuskan napas .
"Pulang sekarang?"Todoroki angkat suara. Tidak menoleh sama sekali, masih menatap langit sore yang tertutup awal tebal dengan salju yang mulai turun dengan lebat. "Perkiraan cuaca malam ini badai salju."
Sementara jarak mereka dengan UA masih lumayan jauh jika ditempuh berjalan kaki.
"Biarkan aku menghabiskan ini dulu bodoh!"Bakugo mengumpat. Punggungnya bersandar di vending machine, dengan tangan yang sedikit kesulitan membuka kaleng karna ia memakai sarung tangan.
CTAK.
CTAK.
CTAK!
"Mau kubantu?"
"DIAM KAU MUKA SETENGAH SIALAN!"
Makanya lepas dulu sarung tangannya. Todoroki menatap heran. Melihat Bakugo emosi berusaha membuka kaleng dengan sarung tangan.
CTAK.
"ARGH!"Bakugo emosyi dia tidak bisa membuka kalengnya. Lantas melempar sarung tangannya, membuat tangan kanannya reflek gemetar dengan udara dingin yang menerpa, lantas melempar sarung tangannya kebawah. Membuka kalengnya dan berhasil.
Yey.
"Huh!"Bakugo dengan cepat menegak minumannya dalam satu tegukan. Emosi gegara kaleng sialan.
"Maaf, anda menghalangi jalan."
Bakugo reflek melompat satu langkah, memberi jalan. Dengan tangan masih menegak kalengnya sampe abis, Todoroki masih sibuk melihat-lihat awan. Toh mereka juga akan pergi dari tempat itu, hanya menunggu Bakugo menghabiskan minumann-
"Anda juga menjatuhkan ini."
Pasti sarung tangannya, Bakugo menghela napas kesal,menoleh, "Yayaya makas-"
DEG.
Ini desember. Musim dingin.
Tapi Bakugo tak pernah mengira musim dingin tahun ini, dia akan membeku. Membeku dalam artian lain.
Membeku melihat kehadiran seseorang berjaket parka tebal berwarna gelap dengan tudung yang menutupi kepala nyaris sampai ke dahinya. Suaranya samar tertutup masker dengan warna senada. sungguh penyamaran yang bagus.
Tapi mata dan rambut biru itu tak pernah bisa berbohong.
"(NAME)!"
*
Aduh ada yang ingin disampaikan? jangan santet saya.
Q : alurnya kecepeten, thor, kok tiba-tiba ada nem.
A : saya kan belum bilang itu nem yang mana HAHAHAHAH
hahay acikiwir, pengen sad ending or happy ending?
aku mah pengennya bad ending /ngeteh santai.
oiya, aku pengen nunjukin gambar book sebelah, gatau aja gitu pengen share disini.
Q : kenapa ga pernah nimbrung disini
Nem : lagi sibuk di proyek sebelah, babai.
gatau aduh, gambarnya asal banget, aku ambil dari wawancara Emma Watson di Behind The Scene Harry Potter The Chamber of Secret hehew, besok-besok kubuat versi risen deh.
candramawa itu book sebelah btw.
Dengan dimulainya drama indosiar di risen, semoga aku rajin apdet mesti PTS tapi nilaiku tetep bagus aamiin. aduh banyak maunya.
OKE Sampai babai!
Owlyphia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro