Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

¹. Solstice

"Titik Balik Matahari"

■■■■ x Reader
.
.
.

ᝰ.ᐟ Pendahuluan
Awalnya berjudul "Kancing" karena w ngumpul terburu-buru, versi yang disempurnakan ini berisi lebih dari 1.000 kata ditambah 11.000 kata draf. W telah menghapus kredit dan menyensor nama karakter karena alasan pribadi, meskipun kepribadian mereka tetap jelas. W ga bakal kasih tau, semisal ada yang tau dan suka sama fandom sejenisnya, saran w itu tobat. Salam, terima gaji.

ᝰ.ᐟ ⚠ Peringatan!!!
Tulisan ini memuat tema tentang pikiran bunuh diri dan menyakiti diri sendiri. Gaya penulisannya mirip dengan Google Translate dan mungkin membuat u cringe hh. Baca dengan risiko sendiri.

Judul : Solstice - Titik Balik Matahari
Fandom : -
Pair : ■■■■ x reader
By @/dolor-sit-amet

"Keinginan apa yang kamu buat, Shin? Mengapa aku masih hidup?"
.
.

Pertanyaan sama yang kamu tanyakan sejak... kamu kira sejak empat puluh delapan jam yang lalu, mungkin? Pagi hari dimana kamu pikir hari itu adalah hari terakhirmu dan kamu seperti orang gila, maniak kerja yang terobsesi dengan gagasan bahwa hari kemarin adalah hari terakhirmu.

Selama delapan belas tahun, setiap hari terasa dipinjamkan, sebuah hitungan mundur menuju akhir yang telah ditentukan sebelumnya. Itu sampai kemarin.

Kemarin, di tempat tubuhmu yang tanpa kepala seharusnya ditemukan, tergeletak bersih dan murni, seolah-olah dipahat dari tanah itu sendiri. Tidak ada darah, tidak ada perjuangan, hanya kedamaian yang tidak wajar. Persembahan kejam kepada dewa Darai-sama, sesuatu yang diberikan tanpa kematianmu.

Dan kamu hanya gadis tanpa siapa pun, ditinggalkan di bawah tangga kuil, kemudian salah satu tetua desa menemukanmu dan memutuskan untuk menjadikan anak ini, kamu, sebagai persembahan terakhir Darai-sama agar bisa membebaskan desa Kubi dari kutukan keluarga Nara.

Cerita latar belakang yang mengesankan, benar? Namun, di sinilah kamu berada. Napas dalam paru-parumu, kehidupan dalam langkahmu, masa depan terbentang di hadapanmu. Semua kerja kerasmu, semua usahamu, utuh. Jadi mengapa ada sesuatu yang terasa salah? Mengapa kekosongan masih ada?

Shin.

Ya, mungkin itu salahnya.

Menyalahkan orang lain bahkan tanpa alasan yang jelas, itu manusiawi. Manusia selalu mencari pembenaran dan validasi, dengan begitu mereka merasa terpenuhi meski secara fisik mereka tidak mampu.

Kamu juga manusia, kamu bisa menyalahkan siapapun selama itu tidak membahayakan orang lain, yah, setidaknya belum. Subyek yang membuat kekosongan di dalam dirimu saat ini masih tidak sadarkan diri.

Persetan. Hah... Nafas kasar keluar dari bibirmu dan kamu memejamkan mata. Memikirkannya tidak akan menghilangkan simpul yang telah bersarang di dadamu, sebuah kehadiran dingin yang semakin menyempit dan menegang setiap detiknya. Tetapi kamu lebih dari tahu, suatu saat kamu memang harus menghadapinya.

Memaksakan diri membuka telapak tanganmu, kamu melihat benda kecil yang hampir tidak berharga dalam sekali pandang. Sebuah kancing baju yang bahkan diberikan terlalu cepat sebelum kelulusan kehidupan sekolah menengahmu.

Mengapa kamu tidak keluar menjelajah dunia? pergi ke kota, itu akan menyenangkan.

Benar, kamu kira kamu akan berangkat ke rumah sakit sekarang.

○○

Apa yang bisa dilambangkan matahari dengan wajah dan anak tanpa pakaian yang menunggangi kuda? Kamu bertanya-tanya dengan pengetahuan yang dimiliki orang pada umumnya yang tidak mengetahui apapun tentang kartu tarot selain meramalkan sesuatu.

Anak ini berterima kasih pada matahari karena memperbolehkannya menunggangi kuda? Kamu berasumsi terhadap ilustrasi bocah telanjang yang memang secara harfiah berekspresi senang, apakah kemampuan memprosesmu berkurang?

Ah, ya. Apa yang baru saja kamu lakukan disini? Bukankah ini adalah kegiatan kontra produktif di masa keemasanmu?

Di saat-saat kelopak bunga bermekaran, anak sekolah menengah yang menikmati masa muda mereka. Kamu menggaruk pipimu yang tidak gatal, kesulitan membiarkan lebih banyak sel otakmu mati atas kebingungan yang sama tidak bergunanya.

Jika bukan kamu dan teman-temanmu, benar, mereka adalah teman-teman itu. Istilah yang kamu gunakan untuk mereka yang berani melakukan tindakan bodoh bersama, dan menurutmu definisi ini akurat untuk para badut berkedok pelajar di sekelilingmu sekarang.

Tetapi singkatnya kalian mencoba melakukan peramalan entah bagaimana karena Daru, seseorang yang menyarankannya (mendaptkan hadiah dari kakaknya, yang seorang mahasiswa jurusan ilmu gaib) lupa membawa buku panduan peramalan tarot. Jadi yang bisa kalian lakukan, yaitu hanyalah mengacak-acak kartu di meja Natsu dan mengambil satu bersama-sama.

Apakah ini pertanda baik? Berkah? Perjalanan? Mana mungkin aku-

Sebelum kamu menemukan kata menyuarakan ketidaksetujuanmu terhadap interpretasi tidak akurat apabila merujuk perjalanan hidupmu, seekor iblis berambut dandelion memutuskan menyerangmu sesaat kamu membuka mulut. "Ada apa, [Name]? Kamu tampak seperti akan buang air besar."

Kamu memicingkan pandanganmu dengan terhina pada Shin yang menatapmu diiringi seringai usilnya. "Jangan membuatnya terdengar aneh."

"Tapi wajahmu berkerut seperti itu. Kamu tahu anak yang berusaha keras mengeluarkan kotorannya?"

"Apakah kamu pernah melihatku mengeluarkan isi perut seseorang? Jika iya, aku yakin kamu akan terlihat seperti anak yang berusaha mengeluarkan kotorannya."

"Teman-teman, mari jangan bertengkar... uhh tunjukkan kartu yang kalian miliki", Yuki memotong pembicaraan, mengingat ke arah mana ini akan membawa mereka.

"Milikku Matahari", Kamu menjawab sambil membalik kartu itu diantara jarimu.

Dan Shin, dengan meniru pose yang sama denganmu. "Milikku, apapun dengan pria yang duduk dan empat bola dragon ball." Teman-temanmu hanya meneteskan keringat dengan kejenakaannya.

Kamu mendecakkan lidah, waktumu semakin menipis setiap detiknya, dan permainan Shin tidak menghiburmu sama sekali.

"Terima kasih Daru karena sudah membawa ini, tapi aku akan kembali ke ruangan OSIS." Kamu tersenyum dan melambai pergi. Yang disebut menganggukkan kepalanya dan mengatakan akan mengirimkan hasil ramalan kalian malam nanti.

<>

"Apa yang kamu lakukan disini?"

"Hanya lewat." Dan disini kamu menemukan Shin berbohong melalui giginya saat kamu bersiap pergi dari halaman sekolah. Kamu terkesiap tidak percaya, dia berani meninggalkan Natsu pulang sendirian?!

"Sebelum kamu mengatakan apapun, aku disini bukan karena aku mau, jadi turunkan kepercayaan dirimu, karena ini sungguh kebetulan." kata orang yang bergabung klub track tetapi saat ini sedang dalam masa istirahat. Tentu saja dia akan mengalihkan pandangannya, kamu yang bertanya adalah ketua OSIS yang mengingat jadwal setiap klub seperti membalikkan telapak tangan.

Haha, kamu mengeluarkan tawa kering. "Pasti menyenangkan menunggu dua jam disini."

Dan di sanalah pertengkaran kalian kesekian kalinya untuk hari ini, seperti dia selalu memiliki cara untuk menekan tombolmu, membuat perempatan di dahimu semakin jelas dan berbagai macam hal lain yang membuatmu ingin menendangnya turun dari gunung, entah bagaimana memperbaiki kebiasaan buruknya yang suka memutuskan sendiri yang menurutnya baik untukmu dan Natsu.

Senja menemani langkah kalian, dan kamu tidak tahu bagaimana pembicaraan kalian mulai mengarah ke hari kamu akan dikorbankan, tetapi rasanya bermimpi di saat sedang sekarat adalah kemewahan.

"Tidakkah kamu berpikir keluar dari desa ini lebih baik? Seperti tinggal di kota, dengan nilaimu, kamu bisa saja masuk universitas terkenal." Dia tidak berbicara dengan nada cerianya yang biasa, itu tenang, menyemangatimu untuk melarikan diri.

Sekarang kamu berpikir apakah itu aneh untuk memiliki perasaan dimana di saat-saat terakhir, kamu ingin melarikan diri dan membuang segalanya hanya untuk sesuatu yang kamu kira akan membawa kenyamanan yang lebih besar? "Yah, itu konyol dan bodoh, tidak mungkin." Ejekmu, menganggap pemikiran itu hanya sekilas dan tidak masuk akal.

Untuk beberapa saat penuh kesunyian, kalian sudah cukup lama kenal untuk membiarkan keheningan menjadi ketenangan. "Aku tidak akan mengatakan apapun, tapi apa ada keinginan terakhir?"

"Kamu terdengar seperti malaikat maut yang akan menjemputku." Entah mengapa kalian menertawakan ini. "Mungkin ada satu ... "

Kata-kata itu keluar dari bibirmu, sebuah pengakuan atas keinginan egois dan tak terucapkan yang telah kamu perjuangkan di lubuk hatimu yang terdalam. Keinginan yang sudah lama ditekan, karena dianggap tidak pantas untuk citra diri yang dibuat dengan cermat.

Di tengah hangatnya matahari terbenam yang mulai memudar, kamu tidak tahu apakah senja atau permohonanmu yang berani yang membuat pipinya berwarna.

Tentunya, kamu tidak boleh meminta apa pun selain kemakmuran desa Kubi saat pengorbananmu.

<>

Jika cahaya datang dalam bentuk tetesan, Shin akan menjadi salah satunya, yang membotolkan esensi matahari. Namun, sebelum kamu berdiri di hadapannya, senyuman tipis menutupi mata seperti bulan sabit. Bayangan itu menyesakkan, kamu hampir lupa cara bernapas ketika memasuki ruang perawatan. Jari-jarimu kaku karena cemas, mengukir apel dengan bentuk yang kamu tawarkan.

Siapa ini? Bukan, lebih tepatnya, apa ini?

"[Name]." 'Shin' memanggilmu. Suaranya lebih lemah dari yang kamu ingat, mengejutkanmu. Ujung mata pisau hampir tersesat dan menghancurkan rupa angsa pada apel.

Dia melanjutkan, "kamu sangat mahir dalam mengukir apel."

Dan sesuatu yang tidak kamu duga berada dalam telapak tangannya, "mengapa kamu tidak keluar menjelajah dunia, pergi ke kota, itu akan menyenangkan."

Sebuah kancing (milikmu).

Additional words:
W bkn fujoshi btw, w juga g rekom atau promosi kn nih manga 🙂 w lebih menganggap ini tragic & gore dibandingkan shonen ai. Kebetulan udah lama pengen baca karena artstyle ny, jadi buat entry SFragment w butuh yg singkat & bbrp ch aj konsep ny. Fyi, editor w g-docs🙏

Inspo :
Kata Kunci Kartu Tarot Matahari (Major Arcana):
Upright : Kebahagiaan, kesuksesan, optimisme, vitalitas, kegembiraan, kepercayaan diri, kebenaran.
Reversed : kebahagiaan yang terhambat, antusiasme yang berlebihan, pesimisme, ekspektasi yang tidak realistis, kesombongan.


Four of Coins (Minor Arcana) :
Kartu ini menunjukkan sosok kikir yang memegang erat empat pentakel. Ini melambangkan materialisme, posesif, dan melekat pada apa yang dimiliki. Dalam konteks mencuri, ini bisa melambangkan rasa takut kehilangan atau godaan untuk mengambil sesuatu yang bukan milik karena keinginan demi keamanan atau keuntungan pribadi.

Solstice:
Arti: Kata "solstice" berasal dari kata Latin "sol" (matahari) dan "sistere" (berdiam diri).
Kejadian: Ada dua titik balik matahari setiap tahun.

■■■■

All draf & Miscellaneous


(W ga bakal menahan diri supaya ga menjelaskan konsep w ;D )

Inspo :
Penjelasan Kata Kunci Kartu Tarot Matahari (Major Arcana):

Kenapa matahari? Kata Kunci kartu matahari menggambarkan kepribadian nem sepanjang dia hidup hingga Shin mati dan digantikan dengan 'Shin'. Nem pada dasarnya memiliki semua yang bisa orang sukses miliki saat mereka masih sekolah menengah. Menjadi ketua OSIS, berprestasi, percaya diri, banyak orang yang mengaguminya. Nem memiliki semua nilai positif seperti kata kunci kartu matahari.

Sedangkan untuk kebalikannya, nem jelasnya menahan semua emosi buruk dan memaksakan dirinya untuk hidup 'dengan cara terbaik' karena dia berpikir dia akan mati, dia sedikit munafik dan hampir tidak tulus dengan kebaikannya. Walaupun dia tidak pernah mengungkapkannya, dia pada akhirnya bukan bentuk terbaik yang dia harapkan, jadi dia terombang-ambing antara menjadi terlalu rendah diri dan meyakinkan dirinya dia lebih baik dari yang lain.

W pengen kasih gambaran penuh gimana nem itu menurut kartunya, tapi w sendiri bingung, karena w selalu nulis kebanyakan karenanya. Jadi yang w ambil cuma bagian yang menjelaskan kejadian utamanya, beberapa unsur kartu matahari secara tersirat dan interaksi dengan main pair.

Penjelasan Four of Coins (Minor Arcana) :

Shin secara tersirat membuat permohonan agar nem bisa bertahan hidup dan pergi keluar kota daripada menjadi persembahan Darai-sama. Ini diartikan sebagai bentuk mengambil atau mencuri nasib nem.

Kemudian soal kancing, nem dan Shin bertukar kancing kedua mereka saat pulang sekolah. Disini w bermaksud menekankan sisi nem yang terlihat egois karena dia ingin seseorang setidaknya merasa sedih ketika dia mati. Nem sudah punya crush buat Shin, dan Shin juga sebaliknya begitu, tapi bagaimana teman menjadi teman, jelasnya akan ada batasan yang tidak mungkin dilalui dengan cara biasa. Jadi nem yang terdorong karena perasaan dia akan mati sebentar lagi, jadi dia confess secara tidak lansung.

Nem memberikan kancingnya, tapi juga minta punya Shin jika dia mau memberikannya. Ini semacam, 'aku memberikan hatiku, kamu bisa membalasnya jika kamu mau'. Dan itu tidak ideal, karena idealnya menurut pemikiran nem, dia seharusnya tidak menyusahkan siapapun sebelum dia mati atau dengan kata lain dia seharusnya mati tanpa perlu memberitahukan perasaannya.

Dibagian terakhir, w juga menyiratkan kalau memberikan kancing nem kembali juga artinya, agar nem melupakan perasaannya buat Shin(buat apa? Supaya nem tidak lagi terikat dengan desa), dimana Darai-sama yang menyampaikan salah satu keinginan terakhir Shin.

[10. Tenth try]

Keinginan apa yang kamu buat, Shin? Mengapa aku masih hidup...?"

Pertanyaan yang sama yang kamu tanyakan sejak... kamu kira sejak empat puluh delapan jam yang lalu. Pagi hari dimana kamu kira hari itu adalah hari terakhirmu dan kamu seperti orang gila, maniak kerja yang terobsesi dengan gagasan bahwa hari kemarin adalah hari terakhir Anda. Selama delapan belas tahun, setiap hari terasa dipinjamkan, sebuah hitungan mundur menuju akhir yang telah ditentukan sebelumnya. Itu sampai kemarin. Kemarin, di tempat tubuhmu yang tanpa kepala seharusnya ditemukan, tergeletak bersih dan murni, seolah-olah dipahat dari tanah itu sendiri. Tidak ada darah, tidak ada perjuangan, hanya kedamaian yang tidak wajar. Persembahan mengerikan kepada dewa Darai-sama, tampaknya diberikan tanpa kematianmu.

Dan kamu hanya gadis tanpa siapapun, ditinggalkan di bawah tangga kuil, kemudian salah satu tetua menemukanmu dan memutuskan untuk menjadi anak ini sebagai persembahan terakhir Darai-sama agar bisa membebaskan desa Kubi dari kutukan keluarga Nara. Cerita latar belakang yang mengesankan, bukan? Tapi apa ini? Mengapa kamu tidak merasa puas sama sekali, kamu masih bisa bernafas dan berlari, kamu bisa melihat lebih banyak wajah cantik dihidupmu, semua usaha yang kamu miliki masih ada di depan wajahmu. Lalu mengapa, ada sesuatu yang salah? Mengapa kamu merasa ada sesuatu yang tidak tepat?

Shin.

'Ya, mungkin itu salahnya'

Menyalahkan orang lain bahkan tanpa alasan yang jelas, itu manusiawi. Manusia selalu mencari pembenaran dan validasi, dengan begitu mereka merasa terpenuhi meski secara fisik mereka tidak mampu. Kamu juga manusia, kamu bisa menyalahkan siapapun selama itu tidak membahayakan orang lain, yah, setidaknya belum. Subjek yang membuat kekosongan di dalam dirimu saat ini masih tidak sadarkan diri.

Hah... kamu menghela nafas dan memejamkan mata, membiarkan dirimu tenggelam dalam pikiran lebih lama tidak membantu menghilangkan sesuatu yang tidak terlihat di dadamu. Tapi kamu lebih dari tau, suatu saat kamu memang harus menghadapinya.

Membuka telapak tanganmu, benda kecil yang hampir tidak berharga dalam sekali pandang. Sebuah kancing baju yang bahkan diberikan terlalu cepat sebelum ketulusan.

'mengapa kamu tidak keluar menjelajah dunia? pergi ke kota, itu akan menyenangkan'

Benar, kamu kira kamu akan berangkat ke rumah sakit sekarang.

<>

Apa yang bisa dilambangkan matahari dengan wajah dan anak tanpa pakaian yang menunggangi kuda? Kamu bertanya-tanya dengan pengetahuan yang dimiliki orang-orang pada umumnya yang tidak mengetahui apapun tentang kartu tarot selain meramalkan sesuatu.

'Anak itu berterima kasih pada matahari karena memperbolehkannya menunggangi kuda?'

Hanya kamu dan teman-temanmu, melakukan peramalan entah bagaimana karenaDaru, seseorang yang menyarankannya (hadiah dari kakanya) lupa membawa buku panduan peramalan tarot. Jadi kalian sayangnya hanya mengacak-acak kartu di meja Natsu dan mengambil satu bersama-sama.

"Ada apa nem? Kamu tampak seperti akan buang air besar." Kamu memicingkan pandanganmu pada Shin yang menatapmu dengan seringai usilnya.

"Jangan membuatnya terdengar aneh."

"Tapi wajahmu berkerut seperti itu. Kamu tau anak yang berusaha keras mengeluarkan kotorannya?"

"Apakah kamu pernah melihatku mengeluarkan isi perut seseorang? Jika iya, aku yakin kamu akan terlihat seperti anak yang berusaha mengeluarkan kotorannya."

"Teman-teman, mari jangan bertengkar... uhh tunjukkan kartu yang kalian miliki"Saki memotong pembicaraan, mengingat kearah mana ini akan membawa mereka.

"Milikku Matahari" Kamu membalik kartu itu diantara jarimu.

Dan Shin, dengan meniru pose yang sama denganmu. "Milikku, apapun dengan pria yang duduk dan empat bola dragon ball" teman-temanmu hanya meneteskan keringat dengan kejenakaannya.

Kamu mendecakkan lidah, waktumu semakin menipis setiap detiknya, dan permainan Shin tidak menghiburmu sama sekali. "Terima kasihDaru karena sudah membawa ini, tapi aku akan kembali ke ruangan OSIS."

Yang disebut menganggukkan kepalanya dan mengatakan akan mengirimkannya malam ini.

<>

"Apa yang kamu lakukan disini"

"Hanya lewat" dan disini kamu menemukan Shin berbohong melalui giginya saat kamu bersiap pergi dari halaman sekolah. Kamu tidak percaya, dia juga meninggalkan Natsu pulang sendirian?! "sebelum kamu mengatakan apapun, aku disini bukan karena aku mau, jadi turunkan kepercayaan dirimu, karena ini sungguh kebetulan"

Dan disanalah pertengkaran kalian ke-n kalinya untuk hari ini, seperti dia selalu memiliki cara untuk menekan tombolmu, membuat perempatan di dahimu semakin jelas dan berbagai macam hal lain yang membuatmu ingin menendangnya turun dari gunung entah bagaimana memperbaiki kebiasaan buruknya yang suka memutuskan sendiri yang menurutnya baik untukmu dan Natsu.

Namun kamu tidak tahu bagaimana pembicaraan kalian mulai mengarah ke tanggal kamu akan dikorbankan tapi rasanya bermimpi itu disaat seseorang sedang sekarat adalah bentuk kemewahan.

"Tidakkah kamu berpikir keluar dari desa ini lebih baik? Seperti tinggal di kota, dengan nilaimu, kamu bisa saja masuk universitas terkenal." Dia tidak berbicara dengan nada cerianya yang biasa, itu tenang, menyemangatimu untuk melarikan diri.

Sekarang kamu berpikir apakah itu aneh untuk memiliki perasaan dimana disaat-saat terakhir, kamu ingin melarikan diri dan membuang segalanya hanya untuk sesuatu yang kamu kira akan membawa kenyamanan yang lebih besar?

"Yah, itu konyol dan bodoh, tidak mungkin " untuk beberapa saat penuh kesunyian, kalian sudah cukup lama kenal untuk membiarkan keheningan menjadi ketenangan.

"Aku tidak akan mengatakan apapun, tapi ada keinginan terakhir?"

"Kamu terdengar seperti malaikat maut yang akan menjemputku" Entah mengapa kalian menertawakan ini. "Mungkin ada satu..."

Tentunya kamu tidak boleh meminta apapun selain kemakmuran desa Kubi saat pengorbananmu.

<>

Jika Matahari mampu memberikan tetesan sinarnya, maka Shin akan menjadi tetesan Matahari itu sendiri. Maka yang di depanmu saat ini adalah kebalikannya, senyum dimana matanya menipis seperti bulan sabit. Dan bayangannya lebih gelap dari apapun, kamu hampir lupa cara bernafas ketika memasuki ruang perawatan. Dan disini kamu dengan kaku berusaha berkomunikasi dengannya selagi mengukir apel.

"[Name], kamu sangat mahir dalam mengukir sesuatu" sesuatu yang tidak kamu duga, dalam telapak tangannya "mengapa kamu tidak keluar menjelajah dunia, pergi ke kota, itu akan menyenangkan".

Sebuah Kancing.

[9. Nineth try]

"Keinginan apa yang kamu buat, Shin? Mengapa aku masih hidup...?"

Pertanyaan yang sama yang kamu tanyakan sejak... kamu kira sejak empat puluh delapan jam yang lalu. Pagi hari dimana kamu kira hari itu adalah hari terakhirmu dan kamu seperti orang gila, maniak kerja yang terus meyakinkan dirimu kalau kemarin kamu akan mati, dan selama delapan belas tahun, dua ratus enam belas bulan dan sekitar enam ribu empat ratus hari, kamu berusaha hidup seperti besok adalah kematianmu. Setidaknya hingga kemarin. Kemarin dimana seharusnya tubuhmu ditemukan warga desa tanpa kepala, bersih dan rapi, seakan kamu adalah tubuh yang tidak memiliki kepala di tempat pertama, atau bahkan tubuh itu tidak pernah menjadi manusia. Begitulah bagaimana Darai-sama menerima persembahan kepala manusia.

Dan kamu hanya gadis tanpa siapapun, ditinggalkan di bawah tangga kuil, kemudian salah satu tetua menemukanmu dan memutuskan untuk menjadi anak ini sebagai persembahan terakhir Darai-sama agar bisa membebaskan desa Kubi dari kutukan keluarga Nara. Cerita latar belakang yang mengesankan, bukan? Tapi apa ini? Mengapa kamu tidak merasa puas sama sekali, kamu masih bisa bernafas dan berlari, kamu bisa melihat lebih banyak wajah cantik dihidupmu, semua usaha yang kamu miliki masih ada di depan wajahmu. Lalu mengapa, ada sesuatu yang salah? Mengapa kamu merasa ada sesuatu yang tidak tepat?

Shin.

'Ya, mungkin itu salahnya'

Menyalahkan orang lain bahkan tanpa alasan yang jelas, itu manusiawi. Manusia selalu mencari pembenaran dan validasi, dengan begitu mereka merasa terpenuhi meski secara fisik mereka tidak mampu. Kamu juga manusia, kamu bisa menyalahkan siapapun selama itu tidak membahayakan orang lain, yah, setidaknya belum. Subjek yang membuat kekosongan di dalam dirimu saat ini masih tidak sadarkan diri.

Hah... kamu menghela nafas dan memejamkan mata, membiarkan dirimu tenggelam dalam pikiran lebih lama tidak membantu menghilangkan sesuatu yang tidak terlihat di dadamu.

Kembali ke sekolah, kamu pikir.

Untuk seseorang yang tidak lagi memiliki tujuan hidup, kamu merasa cukup bangga kakimu memiliki tenaga untuk kembali ke tempat yang disebut sekolah.

<>

'Sarapan'

Satu kata singkat yang tertulis pada catatan kecil yang ditinggalkan oleh seseorang yang membesarkanmu untuk menjadi domba yang akan dikorbankan kepada iblis atau singkatnya, walimu. Disana hanya ada roti lapis yang masih dalam bungkusannya. Apakah itu makan siang kemarin? Dia tidak memiliki waktu untuk menyiapkan satu dan sibuk dengan perkumpulan antar tetua desa? Atau dia semakin kesal karena beban yang harus ditanggung selama delapan belas tahun masih belum mati?

Apapun itu jawabannya, kamu tidak lagi merasakan sesuatu yang signifikan kepada seseorang yang akan membiarkan seorang anak menangis darah karena pengabaian.

"Marika!" Seseorang dari luar berteriak memanggil nama walimu.

Dengan roti yang tersisa setengah di tanganmu, kamu berjalan, mencari tas, dan beberapa hal lain kamu pikir akan butuhkan.

"Marika! Dimana anak itu?!" Kali ini teriakan itu didampingi suara pintu yang dipaksakan untuk bergerak saat terkunci.

Kamu pergi ke pintu tersebut, setiap langkahnya sama ringannya dengan suasana hari di musim semi. Membuang-buang waktu seperti itu tidak akan berakhir. Kamu menemukan sepatu.

"Anak itu seharusnya-!" Kalimatnya tergolong oleh suara pintu yang terbuka. "Ka-kamu!" Pupil mata yang mengecil, dan rahangnya yang praktis jatuh ke lantai. Kamu akan tertawa jika kamu berada dalam suasana hati yang baik, tapi kali kamu hanya memberinya senyum kecil.

"Marika sedang tidak ada dirumah. Sayangnya saya tidak mengetahui dimana dia berada sekarang" kamu mengangguk kecil dan memberikan isyarat mundur agar kamu bisa keluar dan mengunci pintu, dengan begitu kamu membiarkan matamya membara belakang kepalamu untuk beberapa saat hingga kamu menghilang dari pandangannya.

'Tidak sopan seperti biasanya'

Jika itu kamu yang beberapa hari yang lalu, kamu akan memberikan senyuman yang paling cerah dan mengingatkannya bahwa kamu memiliki nama. Beberapa orang memilih menggunakan anak itu hanya karena mereka tau kamu akan mati, mereka yang merasa sia-sia mengingat sesuatu yang melintas pergi dalam hidup mereka.

<>

Kamu kira, kamu berjalan lebih lambat dari biasanya, melihat lingkungan sekitar yang sepi siswa, kamu beranggapan kamu mungkin terlambat. Bahkan tidak ada siapapun di lorong, ini mungkin pertama kalinya kamu terlambat, tapi eh, tidak seperti kamu benar-benar memiliki tujuan yang konkret saat ini.

Jadi, menjadi siswa yang telat pada umumnya, kamu membuka pintu kelas yang dibelakang, sedikit enggan memberikan usaha untuk menyembunyikan diri.

Kelas lebih hening daripada yang kamu kira, semua kepala memutar ke arahmu dan guru sudah berada dalam posisinya. Dan kedua teman masa kecilmu seperti sedang absen hari ini.

Kamu membungkuk kecil, "Maaf karena telah mengganggu kelas, saya mohon izin untuk mengikuti kelas".

"Nona [lastname], mohon angkat kepalamu. Dan jujur saja, sangat tidak biasa melihatmu terlambat."

"Guru! Sebenarnya [name] sedang sakit tetapi dia memaksakan diri!"

"Ya ampun sudah kubilang [name], cukup hubungi kami dengan walimu, kamu tidak perlu jauh-jauh datang kesekian..."

'Tapi aku kesini bukan untuk izin..."

"Tidak apa-apa, guru-"Saki

"[Name]. Kamu tau Shin

[8. Eighth try]

"Keinginan apa yang kamu buat, Shin? Mengapa aku masih hidup...?"

Pertanyaan yang sama yang kamu tanyakan sejak... kamu kira sejak empat puluh delapan jam yang lalu. Pagi hari dimana kamu kira hari itu adalah hari terakhirmu dan kamu seperti orang gila, maniak kerja yang terus meyakinkan dirimu kalau kemarin kamu akan mati, dan selama delapan belas tahun, dua ratus enam belas bulan dan sekitar enam ribu empat ratus hari, kamu berusaha hidup seperti besok adalah kematianmu. Setidaknya hingga kemarin. Kemarin dimana seharusnya tubuhmu ditemukan warga desa tanpa kepala, bersih dan rapi, seakan kamu adalah tubuh yang tidak memiliki kepala di tempat pertama, atau bahkan tubuh itu tidak pernah menjadi manusia. Begitulah bagaimana Darai-sama menerima persembahan kepala manusia.

Dan kamu hanya gadis tanpa siapapun, ditinggalkan di bawah tangga kuil, kemudian salah satu tetua menemukanmu dan memutuskan untuk menjadi anak ini sebagai persembahan terakhir Darai-sama agar bisa membebaskan desa Kubi dari kutukan keluarga Nara. Cerita latar belakang yang mengesankan, bukan? Tapi apa ini? Mengapa kamu tidak merasa puas sama sekali, kamu masih bisa bernafas dan berlari, kamu bisa melihat lebih banyak wajah cantik dihidupmu, semua usaha yang kamu miliki masih ada di depan wajahmu. Lalu mengapa, ada sesuatu yang salah? Mengapa kamu merasa ada sesuatu yang tidak tepat?

Shin.

'Ya, mungkin itu salahnya'

Menyalahkan orang lain bahkan tanpa alasan yang jelas, itu manusiawi. Manusia selalu mencari pembenaran dan validasi, dengan begitu mereka merasa terpenuhi meski secara fisik mereka tidak mampu. Kamu juga manusia, kamu bisa menyalahkan siapapun selama itu tidak membahayakan orang lain, yah, setidaknya belum. Subjek yang membuat kekosongan di dalam dirimu saat ini masih tidak sadarkan diri.

Hah... kamu menghela nafas dan memejamkan mata, membiarkan dirimu tenggelam dalam pikiran lebih lama tidak membantu menghilangkan sesuatu yang tidak terlihat di dadamu.

Kembali ke sekolah, kamu pikir.

Untuk seseorang yang tidak lagi memiliki tujuan hidup, kamu merasa cukup bangga kakimu memiliki tenaga untuk kembali ke tempat yang disebut sekolah.

<>

'Sarapan'

Satu kata singkat yang tertulis pada catatan kecil yang ditinggalkan oleh seseorang yang membesarkanmu untuk menjadi domba yang akan dikorbankan kepada iblis atau singkatnya, walimu. Disana hanya ada roti lapis yang masih dalam bungkusannya. Apakah itu makan siang kemarin? Dia tidak memiliki waktu untuk menyiapkan satu dan sibuk dengan perkumpulan antar tetua desa? Atau dia semakin kesal karena beban yang harus ditanggung selama delapan belas tahun masih belum mati?

Apapun itu jawabannya, kamu tidak lagi merasakan sesuatu yang signifikan kepada seseorang yang akan membiarkan seorang anak menangis darah karena pengabaian.

"Marika!" Seseorang dari luar berteriak memanggil nama walimu.

Dengan roti yang tersisa setengah di tanganmu, kamu berjalan, mencari tas, dan beberapa hal lain kamu pikir akan butuhkan.

"Marika! Dimana anak itu?!" Kali ini teriakan itu didampingi suara pintu yang dipaksakan untuk bergerak saat terkunci.

Kamu pergi ke pintu tersebut, setiap langkahnya sama ringannya dengan suasana hari di musim semi. Membuang-buang waktu seperti itu tidak akan berakhir. Kamu menemukan sepatu.

"Anak itu seharusnya-!" Kalimatnya tergolong oleh suara pintu yang terbuka. "Ka-kamu!" Pupil mata yang mengecil, dan rahangnya yang praktis jatuh ke lantai. Kamu akan tertawa jika kamu berada dalam suasana hati yang baik, tapi kali kamu hanya memberinya senyum kecil.

"Marika sedang tidak ada dirumah. Sayangnya saya tidak mengetahui dimana dia berada sekarang" kamu mengangguk kecil dan memberikan isyarat mundur agar kamu bisa keluar dan mengunci pintu, dengan begitu kamu membiarkan matamya membara belakang kepalamu untuk beberapa saat hingga kamu menghilang dari pandangannya.

'Tidak sopan seperti biasanya'

Jika itu kamu yang beberapa hari yang lalu, kamu akan memberikan senyuman yang paling cerah dan mengingatkannya bahwa kamu memiliki nama. Beberapa orang memilih menggunakan anak itu hanya karena mereka tau kamu akan mati, mereka yang merasa sia-sia mengingat sesuatu yang melintas pergi dalam hidup mereka.

<>

Kamu akan mengandaikan kuil dan sekitarnya seperti tempat seseorang akan mati setiap saat(secara harfiah itu kamu) melihat dari betapa gelapnya di sekitar karena pohon terlalu lebat sedangkan sekolah, adalah dunia baru yang tidak pantas kamu terima. Seperti cahaya yang membutakan mata ketika seseorang dengan hati yang mati melihat semua sinar, kerlap kerlip sisi terang kehidupan di depan wajahnya.

"Pres! Selamat pagi? Apakah tidurmu nyenyak?"

"Ketua, bagaimana kabarmu? Kudengar, kamu menjadi yang tertinggi lagi di angkatanmu"

"Sungguh??! Anda benar-benar luar biasa, senior! Kita harus belajar bersama-sama nanti"

Yah, sesuatu semacam ini, pemujaan tulus yang hampir tidak terbantahkan dan itu ditujukan kepada orang sepertimu. Kamu sempat berpikir untuk loncat dari jendela lantai dua sekarang karena semua serangan(baca:fanboying/fangirling) yang berkumpul di sekitarmu.

"Um... ya, aku akan memikirkannya..." kamu berkedip, berusaha mengingat kembali jadwalmu. Kamu jelas tidak mengira kamu benar-benar akan membutuhkannya lagi.

"ketua, kamu tampak lelah, apakah kamu begadang lagi?"

"Ya, kantung mata anda tampak lebih hitam dari biasanya." Sungguh? Kamu sepertinya tidak terlalu memperhatikan wajahmu saat bersiap-siap tadi.

"Senior tampaknya tidak sadar... senior harus istirahat!" Kamu tidak mengingat namanya, tetapi dia sepertinya membaca ekspresi kebingunganmu.

"Sebaiknya kamu pulang saja, aku yakin para guru akan setuju jika murid teladan mereka harus memikirkan kesehatan pribadinya"

Kamu tertawa kecil, melambaikan tangan mengatakan kamu baik-baik saja. "Lagipula, aku sudah dekat dengan kelas. Kalau begitu, aku permisi dahulu. Sampai jumpa"

Ketika kamu berjalan menjauh, salah satu dari mereka meneriakkan agar kamu tidak memaksakan diri. Jika kamu berkata jujur, kamu datang sekolah sebenarnya karena tidak benar-benar memiliki tujuan lagi. Membuka pintu dengan salam kecil, hanya untuk menemukan semua orang menatapmu? Sebelum kamu bisa bertanya ada apa,Saki sudah melemparkan dirinya kepadamu, untungnya sedikit tersandung.

(Alternatif :

Kamu kira, kamu berjalan lebih lambat dari biasanya, melihat lingkungan sekitar yang sepi siswa, kamu beranggapan kamu mungkin terlambat. Bahkan di lorong sudah tidak ada lagi, ini mungkin pertama kalinya kamu terlambat, tapi eh, tidak seperti kamu benar-benar memiliki tujuan yang konkret saat ini.

Jadi, menjadi siswa yang telat pada umumnya, kamu membuka pintu kelas yang dibelakang, sedikit enggan memberikan usaha untuk menyembunyikan diri.

Kelas lebih hening daripada yang kamu kira, semua kepala memutar ke arahmu dan guru sudah berada dalam posisinya. Dan kedua teman masa kecilmu seperti sedang absen hari ini.

Kamu membungkuk kecil, "Maaf telah mengganggu kelas, saya mohon izin untuk mengikuti kelas".

"Nona [lastname], mohon angkat kepalamu. Dan jujur saja, sangat tidak biasa melihatmu terlambat."

"Guru! Sebenarnya [name] sedang sakit tetapi

"Karena ini pertama kalinya terjadi, kupikir aku akan membu

"Apakah aku boleh tau mengapa suasananya seperti ini?" Kamu melihat sekeliling kelas dan menemukan kedua teman masa kecilmu tidak memiliki kehadiran di kelas.

"[Name]! Apakah tidurmu nyenyak?!"Saki praktis berteriak di telingamu.

"Oh, tidak, tidak, tidak. Kamu akan kembali ke rumahmu, dan memiliki semua waktu tidur yang kamu butuhkan."Saki lebih tinggi darimu, dia dengan mudah memutar tubuhmu, mengusirmu dari kelas.

"Apa... guru

<>

Apakah itu aneh untuk memiliki perasaan dimana disaat-saat terakhir kamu ingin melarikan diri dan membuang segalanya hanya untuk sesuatu yang kamu kira akan membawa kenyamanan yang lebih besar? Kamu kira itulah yang kamu rasakan sekarang ketika melihat wajah Shin. Dia akan mengejekmu jika kamu mengatakan kamu ingin lari, lari seperti apa? Melarikan diri dengan kekasihmu?

[7. Fifth try]

Matahari, kamu berpikir jika seseorang berani menganggap matahari itu sendiri dewa, kamu kira semua benda atau apapun itu selama manusia bisa melihat nilai positif di dalamnya maka mereka bisa menyembah mereka selayaknya dewa itu sendiri, sungguh ironis. Apa itu dewa? Entitas yang mengabulkan segala harapan? Bahkan jika kamu perlu mengorbankan sesuatu seperti kepala manusia untuk mewujudkan sebuah keinginan?

Darai-sama, sesuatu yang telah lama tetua desa anggap sebagai dewa, dewa Gunung yang menjaga warga desa Kubi? Kamu tidak begitu yakin, tapi hal-hal tentang keluarga Nara dan ritual yang mereka lakukan di gunung Nisayama. Dan kemudian, kamu sendiri yang mempertanyakan Darai-sama apakah sesuatu itu pantas dianggap dewa, hingga hidup dan matimu sendiri didasari oleh keberadaannya.

Jika ditanya apakah kamu akan mengeluh, kamu mengira kamu lebih seperti putus asa. Sesuatu yang sudah di letakkan di atas kepalamu, sesuatu yang tidak bisa kamu lepas mau dengan cara apapun, seakan kamu lahir untuk ini. Kamu bahkan hampir khawatir ramalan nasib apapun akan mengatakan hal-hal mengerikan tentang masa depan yang sudah kamu ketahui dengan pasti. Setidaknya mata kiri-mu tidak berbohong, tanda dimana kehidupanmu sudah ditentukan.

Apa yang bisa dilambangkan matahari dengan wajah dan anak tanpa pakaian yang menunggangi kuda? Kamu bertanya-tanya dengan pengetahuan yang dimiliki orang-orang pada umumnya yang tidak mengetahui apapun tentang kartu tarot selain meramalkan sesuatu.

'Anak itu berterima kasih pada matahari karena memperbolehkannya menunggangi kuda?'

"Ada apa nem? Kamu tampak seperti akan buang air besar." Kamu memicingkan pandanganmu pada Shin yang menatapmu dengan seringai usilnya.

"Jangan membuatnya terdengar aneh."

"Tapi wajahmu berkerut seperti itu. Kamu tau anak yang berusaha keras mengeluarkan kotorannya?"

"Apakah kamu pernah melihatku mengeluarkan isi perutku? Jika iya kamu adalah seseorang yang mesum dan aneh."

"Fakta bahwa kamu mengatakannya dengan tenang itu sebenarnya lebih aneh, [name]" Natsu menyela, hampir dia ragu-ragu dengan yang dia katakan.

"Benar! Kenapa kamu tidak kaget?!"

"Mengapa kamu bertingkah seakan kamu pernah?! Dan kamu seharusnya tidak menggunakan kursi Natsu, pergi ambil kursi sendiri, Shin"

"Jangan kamu mengalihkan topik, [name]. Juga Natsu tidak akan keberatan, benarkan Natsu?"

"Ah... iya"

"Tidak, berdirilah Shin, biarkan Natsu duduk"

"Hei, dia sendiri yang mengatakan tidak apa-apa. Kamu sangat keras kepala, [name]" dengan begitu Shin menunjukkan wajah lelucon ikoniknya dan kamu bersiap menarik otaknya melalui beberapa helai rambut putihnya yang jelek.

"Teman-teman, mari jangan bertengkar... uhh tunjukkan kartu yang kalian miliki"Saki berusaha melerai kalian.

"Kamu beruntung hari ini." Kamu menyilangkan lenganmu.

"Jika kamu ingin berkelahi, mari kita lakukan-"

"Milikku Matahari, aku tidak begitu yakin maksudnya berkah"

"Dari mananya ini terlihat seperti berkah? Jika ada itu akan menjadi kebahagiaan"

"Shin, sumpah. Ada apa denganmu hari ini? Kamu tampak sangat ingin menggangguku, walaupun kegiatan sehari-harimu tidak jauh berbeda."

"Apa maksudmu-"

"Lihat, kalau kamu ingin mengatakan sesuatu, katakanlah. Jangan bersembunyi di semak-semak sambil membuat lelucon"

"Tidak ada. Yah, memang sih... tapi kartuku hanya eh, tidak menarik"

"Eh, teman-teman. Apakah kita bisa pulang bersama?"

"Ah, maaf Natsu. Aku ada kegiatan OSIS sebentar, kamu bisa pulang duluan dengan Shin"

"Ha? Aku juga ada kegiatan, klub track sedang latihan buat lomba"

"Kamu serius? Di awal semester?"

"Ya [name], di awal semester"

"Kamu seharusnya-"

"Teman-teman... tolong jangan bertengkar"

<>

Jika matahari bisa memberikan tetesan kehangatannya dalam bentuk seorang manusia, maka itu akan menjadi Shin. Meski membakar jarimu, itu masih tetap hangat.

"Hei, kenapa kamu menjauhi Natsu belakangan ini. Jangan bilang kamu akan menggunakannya"

"Apa?! Tidak mungkin! Darimana asalnya pikiran itu? Jika ada aku masih mencari solusinya... dan juga kamu..."

"Jangan membuang-buang tenaga untuk sesuatu yang sudah pasti"

"Kamu selalu putus asa seperti ini, nem. Cobalah untuk mencari cara lain"

"Shin, ini sudah seperti sebelas tahun. Dan aku sudah menjalani hidupku dengan cara terbaik yang kubisa, aku tidak memerlukan apapun lagi"

"Tidakkah kamu berpikir keluar dari desa ini lebih baik? Seperti tinggal di kota, dengan nilaimu, kamu bisa saja masuk universitas terkenal. Tidak, bahkan universitas luar negeri!"

"Kamu berbicara omong kosong, aku tidak akan bertahan lebih lama lagi. Cepat atau lambat Darai-sama, akan mengambil kepala-ku"

"..."

"Ayolah, jangan begitu sedih. Kamu selalu ceria disamping Natsu, kamu tidak bisa menjadi murung ketika dia bersedih saat aku tidak ada nanti"

"Kamu berkata seakan kamu akan mati besok"

"Aku memang akan mati besok atau lusa mungkin"

"Apa...? Bukankah itu minggu depan?"

"Tidak, sepertinya itu akan lebih cepat. Itu, semakin dekat, bahkan ketika aku tidak merasakan ketakutan apapun"

"Nem... kamu lebih baik tidak keluar dari kuil"

"Jangan berkata seakan kamu tau lebih baik, Shin. Aku baik-baik saja"

"Kamu tidak."

"Haha, seperti memang tidak. Tangan ini tadi siang tidak bergetar seburuk ini" *Shin menggenggam tangan [name]*

"Maafkan aku, aku-"

"Diam, jika kamu merasa begitu bersalah, berikan aku kancing keduamu. Atau setidaknya milikku"

"Ini tidak akan bekerja, kita seharusnya melakukannya ketika lulus."

"Apa bedanya? ini terakhir kalinya kita akan bertemu, tidak masalah mau kapan. Aku memang bermaksud memberitahumu, dasar, aku bekerja keras begini menjadi heroine yang keluar dari komik dan kamu masih tidak peka"

"Aku tau... astaga, nah, kancingnya" *blushing*

"Masih tidak mau jujur, ya? Tipikal Shin Nara. Kamu setidaknya harus mengatakan 'aku mencintaimu [name], kamu adalah hidupku' atau sesuatu semacam itu."

"Mana mungkin, bodoh!" *berteriak*

"jadi pada dasarnya, aku bertepuk sebelah tangan saat ini?"

"Hmph, kamu tidak. Tapi jangan membuatku mengatakannya" *blushing*

"Baiklah. Baiklah. Aku bukan orang kejam yang akan menyiksa protagonist tercinta kita"

"Berhenti mengatakannya seperti itu..."

[Kesunyian]

"[Name], kamu tau, aku tidak bisa menyukai seseorang dengan mudah. Di musim panas terakhirku dengan ayahku, dia mengatakan aku harus secepatnya menikahi orang yang kusukai"

"Iya, lalu? Aku sebentar lagi akan mati. Kamu hanya perlu move on."

"Kamu berbicara berkata begitu mudah, padahal mana ada itu segampang itu"

"Oh ya, aku ingat, wakil OSIS sebenarnya juga naksir aku"

"Sekarang, apakah kamu benar-benar harus membicarakannya saat ini, bahkan denganku? Yah, yakin kamu senang membuatku cemburu"

"Tidak bisakah aku bersenang-senang, sebelum aku mati?"

"Tapi [name], bagaimana jika kamu entah bagaimana bertahan hidup?"

"Sekarang, Shin. Jangan coba merusak hidup yang sudah direncanakan selama 11 tahun, dan aku sudah hidup sebisa mungkin, membantu orang-orang desa, membantu festival, membantu sekolah, kupikir setidaknya akan ada orang-orang yang akan merindukanku. Jadi aku tidak peduli jika aku tidak memiliki apapun yang tersisa"

"Kamu sungguh seorang sadis"

"Uhuh, kata orang yang masih belum melepaskan fase penindasannya dengan Natsu"

"Aku tidak bermaksud, oke?! Ya ampun, beginikah kamu sebenarnya [name]? Tidak kusangka kamu sangat bersemangat menggangguku"

"Nah, ini hanya kamu yang sedang kebingungan karena itu kamu menyalahkanku"

"Kamu tidak tertahankan..."

"Tapi Shin, menurutmu, jika aku bisa hidup lebih lama, menurutmu, apa yang harus kulakukan."

"mengapa kamu tidak keluar menjelajah dunia, pergi ke kota, itu akan menyenangkan!"

"Begitu..."

<>

Kamu sudah tidak lagi membuka ponsel sejak kamu pulang bersama Shin. Itu dua hari setelahnya, kamu sengaja tidak masuk sekolah pada hari senin untuk menenangkan diri setelah kejadian Shin menghilang. Dan menerima fakta... kamu hidup lebih lama dibandingkan yang kamu kira.

Sekarang kamu melihat ratusan pesan masuk ke ponselmu, beberapa ada dari orang-orang yang mendengar rumor, sisanya mereka yang sungguh khawatir denganmu.

'Mereka...'

Kamu memeriksa grup chat dimana kalian berenam bersama.Daru ternyata mengirimkan makna kartu tarot yang kalian dapatkan tiga hari yang lalu, diantaranya ada milikmu sang matahari, tetapi kalian seharusnya memilih tiga kartu dibandingkan dengan hanya satu. Tapi itu tidak merubah fakta kamu bisa merasakan korelasi dari makna matahari.

Optimisme, keceriaan, dan harapan. Mirip seperti kamu, setidaknya dalam konteks kamu yang berusaha keras untuk meninggalkan apapun di desa dan orang-orang didalamnya agar mereka merindukanmu sedikit lebih lama. Masa kecil dan kemurnian, apakah gadis kuil

[6. Six try]

"Keinginan apa yang kamu buat, Shin? Mengapa aku masih hidup...?"

<>

Dulu kamu tidak peduli dengan namanya nasib, manusia membuat ramalan dan segala yang mirip dengan itu karena mereka khawatir, mereka takut akan yang tidak diketahui. Mengapa begitu perlu untuk melihat sepintas masa depan, apakah hidupmu bisa berubah drastis, yang di atas akan jatuh, yang dibawah akan naik. Tapi semua orang sudah memiliki porsi mereka masing-masing, untuk kebahagiaan dan untuk kesedihan. Itulah yang kamu yakini, manusia hanya perlu berusaha agar mendapat porsi yang seharusnya mereka dapatkan.

Kamu pikir ada baiknya jika kamu mengetahui hari dimana kamu akan mati. Lagipula kamu sedikit munafik jika mengatakan mengetahui sedikit tentang yang tidak pasti itu buruk, kamu sampai disini, memiliki semua yang kamu miliki saat ini, kehidupan puncak dari manusia yang produktif dan terpandang baik. Semua karena keinginanmu untuk mengukir dirimu terhadap orang-orang disekitarmu ketika kamu menghilang. Membayangkan mereka yang terkejut, menangis, atau janji yang kamu ingkari, sungguh menggugah hati.

Natsu mungkin akan menangis keras setelah sekian lama, sudah lama sejak dia menangisi apapun sejak kalian masih kecil, mungkin juga Saki, Yuki dan Daru... mereka mungkin akan menangis dan Shin, kamu mengira dia menjadi dirinya yang biasa, menelan semua kesedihannya agar tidak terlihat oleh orang lain. Kamu sungguh penasaran dengan bunga yang akan mereka letakkan di mejamu. Jika saja bisa melihat sekilas aftermath dari kematianmu hari ini, kamu akan menganggap hidupmu adalah yang paling sempurna di muka bumi.

Hari ini, Daru membawa kartu tarot yang dikirimkan kakaknya sebagai fanatik okultisme... kamu tidak yakin jika peramalan berhubungan dengan hal-hal supranatural.

"Sudah kubilang aku lupa! Tidak bisakah kalian melepaskannya?" Daru terlihat menyesal dan menggaruk belakang kepalanya.

"Tapi bagaimana kita menggunakan ini? Tidak mungkinkan kita hanya memilih kartu tanpa tau maknanya"Saki menyilangkan tangannya.

"Ya, Daru, kamu tau, kudengar jika kamu sembarangan mempermainkan hal-hal berbau ramalan, kamu akan tertimpa nasib buruk" Yuki ikut menimpali

"Teman-teman, mari jangan menyudutkan Daru, oke? Biar saja nasib-nasib itu datang. Tidak seperti mereka nyata, kamu hanya sial jika itu benar-benar terjadi" Shin seperti biasanya meremehkan sesuatu, kamu tau dia bercanda sekaligus berusaha membantu Daru.

"Tidak kamu juga, Shin"Saki menghela nafas.

"Maksudku, nasib itu tidak akan terlihat buruk jika kamu menganggapnya biasa saja. Itu hanya terjadi jika kamu memberi sugesti kepadanya. Jangan terlalu dipikirkan, benarkan Natsu?" Kamu menoleh ke samping, memintanya berbicara karena sejak tadi dia melamun. Semua kepala menoleh kearah Natsu.

"Hm? Ah, iya. Kupikir itu akan baik-baik bahkan tanpa buku panduannya" tangannya yang menjadi penahan kepalanya sekarang agak tergelincir.

"Tidak... Natsu, kupikir kamu agak melamun."

"Tidak. Aku mendengarkan. Kalian memperdebatkan dengan atau tanpa buku panduannya"

"Maa, teman-teman mari jangan bertengkar"

"Shin, kamu yang membuat kita terdengar bertengkar."

"Lebih penting lagi, apakah kita harus melakukannya di mejaku?"

"Shhh, Natsu, tempatmu yang terbaik"

"Apa maksudmu dengan-"

"Hei, mari acak saja kemudian letakkan di meja"

"Maki, apakah kamu mendengarku?"

"Kocok dulu ga sih kartunya, biar semakin jelas peruntungan kita"

"Ide bagus Shin!"

Yuki danSaki hanya bisa menggelengkan kepala dan kamu tersenyum lemah melihat Shin danDaru mengabaikan penolakan Natsu.

"Hei, Daru, kamu tau seharusnya baris kedua punya lebih banyak kartu, kamu harus menyamakannya dengan baris pertama"

"Nem, sekarang bukan waktunya untuk melayani sindrom perfeksionis-mu. Istirahat akan selesai!"

"Ya, nem. Semakin tidak teratur, semakin baik. Inilah namanya peramalan"

"Kalian sungguh kekanak-kanakan... setidaknya kembalikan tempat duduk Natsu"

"Tidak apa-apa... aku bisa berdiri..."

"Yang benar saja. Tapi mau diapakan sisa kartunya?"Saki menunjuk kartu yang tidak muat di meja.

"Meh, biarkan saja. Tidak seperti kita butuh semua"

"Ya tapi kemungkinan peruntungan yang bagus disana, kita seharusnya meletakkan semuanya"

"Dimengerti!"

"Hei,Saki!" dengan begitu sekarang semuanya menjadi tumpukan kartu yang berantakan.

<>

"Hei, kalian dapat apa."

"Entahlah orang aneh dengan topi dan kepala? Mengapa harus begitu sadis?"

<>

Tetesan air tajam jatuh dari langit, tidak cukup menyemangatimu yang berputar berlarian seperti sesuatu mengejar. Faktanya, kamu sedang terburu-buru, sesuatu yang lebih penting di antara pepohonan, dedaunan, bahkan hujan deras menjadi satu. Mulai dari inti, yaitu aula, sesuatu yang terlihat seperti tempat penyimpanan dengan gaya tempat suci, kemudian sisanya, sesuatu yang mirip arah selatan dengan empat persimpangan. Jika dilihat dari atas, bentuk manusia terbentuk.

Dan disana, kamu sudah memutarinya seperti lima kali dengan jarak setiap titik yaitu lima belas meter, beberapa area terasa terjal, karena ini berada di gunung sialan, sekali lagi hujan tidak membantu, jalur jalan menjadi berlumpur, tidak ada usaha apapun dari warga desa yang berusaha membuatkan jalan mengingat gunung ini terkutuk.

"Shin!"

Terengah-engah dan letih tidak cukup digambarkan dengan kata, kamu secara emosional dan mental telah lelah mencarinya, seseorang yang berjanji akan turun dari gunung ketika matahari terbenam. Mengapa si bodoh itu begitu keras kepala, dia tidak perlu mengantarmu.

"Shin! Dimana kamu?!" Kamu berteriak dengan segala tenaga di tenggorokanmu, berharap di gunung dengan penuh pohon, dia bisa mendengarmu.

Ini, bukan tentang Shin yang menghilang, dia cukup sering naik turun gunung ini untuk urusan tradisi keluarga Nara. Tapi mengapa harus hari ini? Diantara semua hari, mengapa dia perlu naik ke gunung di hari pengorbananmu?! Warga bisa saja menemukan tubuh tanpa kepala keesokan harinya, penumbalan ini sudah direncanakan sejak kamu tau bagaimana dunia bekerja.

"Shin?" Kamu melihat senter tergelak di pinggir jalan turunan gunung.

'Apakah Shin terjatuh saat dia menuruni gunung?'

"Shin! Jika kamu mendengarku, bertahanlah! Jangan berani kamu menutup matamu, sialan!" Kamu bergegas menuruni gunung.

Nasib adalah hal lucu yang selalu menghibur, bukannya kamu berkata kamu ingin tersesat atau tersandung. Sejauh ini matamu belum melihat itu, sesuatu yang menatap ke dalam jiwamu, menyatu dengan kerumunan, tersembunyi di balik bayangan, dimanapun, itu akan menatapmu. Kamu dilarang untuk merasa terancam oleh itu, semakin takut, semakin dekan itu. Tidak salah lagi kutukan Nara, untuk mereka yang mengetahui kebenarannya.

Kamu tidak ingin mati hari ini, tetapi seumur hidupmu sudah kamu persiapkan untuk hari ini. Menjadi anak yang suka membantu, para tetangga memujamu, menjadi siswa teladan, baik Junior, senior maupun guru juga memujamu. Semua itu untuk hari ini, kamu ingin dikenang, sebanyak mungkin. Kamu ingin kepergianmu menjadi luka bernafas di hati mereka yang merindukanmu.

'Sialan, kamu Shin. Jangan berani kamu mencuri nasibku.'

Padahal kamu sudah mengelilingi aula dan persinggahan lainnya, jika seseorang akan dikorbankan seharusnya mayatnya akan berada di salah satu titik. Darai-sama akan mengambil kepala mereka dan meninggalkan tubuhnya disana tidak tersentuh. Bahkan jika Shin mati dan menggantikan tempatmu, Darai-sama sama akan meninggalkan tubuhnya.

<>

Sungguh hal yang tidak biasa, gunung menjadi terlalu sepi. Bahkan hewan tidak menampakkan diri mereka. Tim pencari tidak merasakan hal yang aneh, bahkan dirimu yang diberkati mata yang melihat sesuatu yang pada umumnya manusia tidak mampu saat ini berfungsi sebagai mata biasa. Tidak ada yang, terluka, memiliki perasaan abnormal atau hilang kecuali Shin yang sedang entah dimana melakukan apa hingga dia meninggal senternya. Sayangnya sinyal di gunung begitu buruk, hingga tang sinyal menolak untuk berganti selain huruf x.

[5. Fifth try]

Ah, terbangun lagi di pagi hari dengan perasaan memuakkan yang sama. Sesuatu yang jelek dan kotor yang menempel di jantungmu. Sesuatu yang tidak bisa dibandingkan dengan kata-kata apapun yang cukup koheren.

Kamu mungkin tidak cukup baik menggambarkannya, tetapi sekolah tidak akan menunggu menyelesaikan permasalahan batinmu.

Pagi. Ya sekali lagi, pagi lainnya dimana kamu berhasil membuka matamu dan menemukan dirimu masih terbaring di kasur yang sama setiap kali cahaya biru melewati jendelamu. Hampir tidak ada yang baru selain bernafas seakan hari ini akan menjadi hari terakhirmu(dengan cara yang santai dan tidak mencurigakan tentunya). Kamu akan menemukan dirimu melakukan rutinitas harian mu sebagai gadis kuil dan pelajar pada umumnya, tidak ada yang spesial kamu kira.

Tunggu, hm, kamu bangkit, sesuatu yang selalu kamu lihat ketika bangun, benar, kalender tersayang, digunakan untuk mengingatkanmu hari-hari penting seperti peringatan kapan Shin baru saja membuat kotoran dengan biji semangka yang dia makan di rumah Natsu. Tanggal itu tidak berjauhan beberapa hari dari hari ini, warnanya juga tidak begitu spesial. Kamu penasaran mengapa ada sebuah lingkaran, apakah kamu yang menulisnya atau teman-temanmu yang usil menambahkan sesuatu?

Kamu berjalan mendekat, menatap skeptis angka tersebut, sebuah dua digit angka yang diberi lingkaran dengan warna spidol acak.

Ah, realisasi menyapu dirimu.

tinggal beberapa hari lagi sebelum hari itu datang. Hari yang kamu tunggu seumur hidupmu, seperti setiap hari yang kamu jalani dengan cara terbaik yang bisa kamu lakukan, hanya untuk satu hari penting, hari terpenting sepanjang kamu bisa membuka matamu dan mengatakan hal-hal kotor yang kamu ucapkan di balik pintu tertutup.

Ya, hari itu, hari kematianmu. Kepalamu akan dikorbankan untuk Darai-sama.

Ha... menghembuskan nafas sama sekali tidak membantu, emosi menyedihkan ini semakin menjadi-jadi. Ya, kalau begitu hari-hari yang tersisa mesti dihabiskan dengan sepenuhnya. Mati di musim semi juga bukan hal yang buruk.

Kamu membuka tirai jendela, melihat pohon dengan pucuk bunga yang akan mekar, kamu penasaran bunga apa yang akan mereka letakkan di mejamu.

<>

Pagi yang dingin untuk pertengahan musim semi, tidak secara harfiah, tetapi suasana ruangan di meja makan bersama walimu saat dia membalikkan punggungnya memasak bekal untukmu.

"Aku ingin sarapan pancake"

Kesunyian.

Kamu tidak kaget jika dia tidak berbicara denganmu atau sebatas berbicara seperlunya. Dia juga tidak pernah mengatakan apapun tentangmu, setidaknya hal-hal buruk. Kamu tidak tahu mengapa dia masih mempertahankan sikap dinginnya bahkan kepada orang-orang disekitarnya. Kamu hanya berasumsi dia tidak terlalu menyukai terikat dengan orang-orang. Selama dua belas tahun hidupmu tinggal bersamamu, tidak peduli apa yang kamu lemparkan kepadanya, kata-kata kasar yang kamu ucapkan, atau tangisan, kemarahan semua emosi yang bisa kamu tumpahkan di depannya, dia tidak akan bergerak sedikitpun.

Pengabaian mungkin hukuman terburuk untuk anak berperilaku buruk, tetapi sejak awal kamu tidak menerima apapun, hukuman itu tidak akan valid di tempat pertama. Kamu, hanya, ditinggalkan. Dan Mari, dengan kebaikannya memberikan kamu tempat tinggal dan makanan.

Lagipula kamu adalah domba yang akan dikorbankan, tentu saja harus diberikan dengan keadaan terbaiknya.

"Kamu tidak ingin melihat ramalan astronomi hari ini?" Tidak peduli seberapa dingin kepribadiannya, suaranya akan mendeskripsikan itu sendiri dengan kehangatan jika saja wajah temboknya pergi.

"Tidak usah. Akhir pekan, hari terakhirku. Jika terjadi sesuatu, maka yang terburuk itu di hari akhir pekan, ramalan tidak berbuat banyak"

Kesunyian lainnya. Namun ada dentingan piring ke meja. Pancake yang kamu minta sudah tersedia. Kamu tidak berkomentar apapun, padahal kamu tidak meminta diberi madu, namun Mari masih memberikannya. Padahal terakhir kali kamu mengecek nakas, madu sudah habis. Kamu kira dia lebih hangat lewat tindakannya, tapi kamu tau itu hanya kamu yang berpikir dia masih peduli terhadapmu.

<>

Kamu mengetuk sepatumu ke tanah. Bersiap untuk pergi sekolah. Mengecek sekali atributmu dan barang-barang lainnya, seperti biasa, kamu berusaha mempertahankan bingkai seorang siswa teladan.

Kamu menoleh kebelakang, hanya Mari yang menyapu halaman kuil.

"Mari, aku pergi dulu. Tolong siram [nama pohon]. Sampai jumpa"

Tidak ada balasan lagi, tetapi kamu tau ketika kamu pulang, tanahnya akan basah.

Kamu bisa saja membiarkan itu tidak disiram selama sehari, tetapi janji konyol dari teman-teman masa kecilmu yang saat bertingkah seperti bayi baru lahir, memohon untuk kamu berjanji setiap hari menyirami [nama pohon]. Setelah [nama peliharaan] mati dan mereka bertengkar hingga penuh memar, mereka memutuskan akan memelihara tumbuhan dan itu akan menjadi di tempatmu... mereka tidak berani lagi bertukar tempat untuk memelihara sesuatu.

Kamu menuruni tangga, menemukan tetangga yang hangat. Untuk kesekian kalinya, kamu tidak yakin apa isi pikiran mereka. Beberapa hanya memandangmu kasihan sisanya lagi memperlakukan kamu seperti akan mati besok dan menghujanimu dengan kebaikan. Secara keseluruhan keduanya tidak begitu buruk. Tidak ada yang mengejekmu, karena tanggal pengorbananmu biasanya hanya diketahui oleh tetua yang mengetahui kutukan keluarga Nara.

<>

Outline:
Nem sampe di sekolah, di sapa oleh adik kelas, sepertinya sudah bisa diprediksi nem akan menjadi ketua OSIS

<>

Hei, Shin. Kamu tidak perlu begitu keras kepada mereka.

Heh, siapa tau mereka memang butuh ketakutan agar kemanusiaan mereka muncul. Desa ini terlalu banyak memakan korban.

Setelah aku maka itu semua akan berhenti. Percayalah padaku.

Kami bukan dewa nem, mana bisa aku percaya. Itu hampir bodoh.

Intinya jangan berbicara buruk.

Yang ingin kukatakan adalah, mereka yang menutup mata dan mencari penyelesaian dengan mengorbankanmu tidak berbeda dengan anjing pada umumnya.

Mereka masih menghargaiku, jangan mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu.

<>

Jadi, Shin. Kamu ingin bentuk apa potongan apelnya? Kelinci atau angsa?

Hm... aku sering mendengar potongan kelinci, tapi angsa juga menarik. Aku ingin dua-duanya! Aku ingat kamu juga bisa bentuk mawar!

(Lihat itu, mata berbinar seakan-akan berharap akan penampilan memukau di depan wajahnya. Ini bukan Shin, Shin yang kamu tau selama kamu hidup tidak akan memilih keduanya, dia tidak peduli dengan makanan selama itu bisa dimakan. Sesuatu di depanmu ini bukan Shin.

Shin tidak memiliki senyum dimana matanya seperti bulan sabit.)

<>

"Hei, Shin. Apa kau ingat apa yang kamu lakukan di gunung saat malam kamu hilang kesadaran?"

"Uhh... maaf, aku tidak ingat. Semuanya tampak kabur, nem. Tapi jangan khawatir aku ingat hal-hal lainnya!"

"Begitu..."

"Kamu tampak sedih nem"

"Tidak, tidak terlalu sebenarnya. Hanya saja..."

"Hanya saja?"

"Shin"

"Ya?"

"Menurutmu bagaimana jika aku berhenti menjadi gadis kuil, apa yang harus kulakukan?"

"Kalau begitu, mengapa kamu tidak keluar menjelajah dunia, pergi ke kota, itu akan menyenangkan!"

(Beraninya sesuatu yang tidak dikenal menggunakan ingatan Shin)

[4. The Project 2 AKA percobaan ke-4]

The summer Shin died.

Shin yang confess tapi ded.

Apakah dia benar-benar mencoba tetapi gagal?

(Rasanya aneh nulis ini demi apa. Ini tema yang cocok buat kepercayaan yang biasa kutulis. Seperti dewa yang seharusnya cukup murah hati kepada subjek kasih sayangnya, dewa yang tidak mengorbankan kehidupan dengan cara yang tragis. Mc akan memegang kepercayaan itu.

Mc akan menjadi Miko, gadis kuil yang mensucikan tubuh yang dikorbankan. Gadis yang dilahirkan dengan satu tujuan, untuk mengakhiri kutukan yang disebabkan keluarga Nara.

Mc mungkin akan terasa seperti menyerah pada kehidupannya, berkata kalau diizinkan bermimpi adalah kemewahan untuknya, persembahan selanjutnya setelah Kouhei Nara seharusnya adalah nem, tetapi karena kegagalan Shin atau apapun yang akan dilakukan Shin gunung, sesuatu menjadi keluar dari akhir siklus yang direncanakan.

Shin yang menghilang pada hari itu dan ditemukan dalam kondisi seperti mayat, kamu bertanya-tanya apa yang diharapkan Shin hingga... sesuatu yang lain menggunakan mayatnya.

Kemudian lagi. Setelahnya, Shin bertingkah seakan... dia baru saja hidup... kamu tidak yakin bagaimana menempatkannya atau kata apa yang cocok untuk menjelaskannya, dia hanya berbeda.

Kamu akan mengakui insiden itu mungkin merusak sesuatu di otaknya, atau dia mengalami amnesia ringan, tapi sekalipun itu kehilangan ingatan yang mengakibatkan hidupnya terancam, tetapi beberapa kepribadiannya akan tetap sama. Manusia akan menjadi manusia bagaimanapun juga.

Sesuatu yang tidak pernah Shin lakukan, tetapi setelahnya dia menjadi begitu...

Dengan atau tanpa dirimu menjadi seorang gadis kuil, kamu jelas tau yang disampingmu bukan Shin yang kamu kenal.

(Shin, kuharap yang memberikan persembahan diriku itu kamu. Aku ingin kamu hidup dan mengingatku. [Name] [Lastname] gadis luar biasa yang keluar dari komik!

Yah, aku harus dikenang dengan cara itu!

Aku bermimpi, jika aku bisa hidup lebih lama setelah lulus dari sekolah ini, aku ingjn menemukan dewa yang baik hati kepada pengikutnya. Dewa yang tidak menuntut apapun yang uhh sangat signifikan seperti kehidupan seseorang.

Hei, Shin. Jangan lupakan aku ya.)

Dia pikir ini memang hidupnya, belakangan ini nem semakin gelisah. Meski dia tidak menunjukkannya dengan kentara, tetapi dia semakin sering berkeringat dingin, kesehatannya juga semakin menurun. Tanpa ada yang melihat dia semakin sering memuntahkan darah walaupun tes kesehatannya baik-baik saja.

Nem tidak seperti dirinya, dia agak mirip dengan Natsu, hanya saja mungkin dia tidak keberatan menghabiskan waktunya di desa. Dia memiliki sayap, tetapi sayap itu diperuntukkan untuk kebaikan semua orang.

Nem tidak pernah menjadi seseorang yang egois. Dia selalu mementingkan yang lain kemudian dirinya. Dia tidak akan mengatakan dengan jujur kalau dia mengakui, nem itu sendiri manusia yang benar-benar keluar dari komik. Kebaikan sepertinya memang tidak akan bertahan lama.

Di saat terakhirnya dia memang berharap Natsu tidak kesepian lainnya, dia ingin nem hidup lebih lama dan melihat apa yang dia inginkan. Ah, sangat disayangkan, dia seharusnya menerima pengakuanmu dan setidaknya ciuman pertamanya dimiliki olehmu. Dia kira dia tidak bisa terus berbohong tentang tipe-nya. Tapi Darai-sama sudah berada di depannya.

Dia kira dia sudah berhasil sejauh ini melindungimu, andai saja dia bisa hidup lebih lama, dia mungkin akan benar-benar akan menikah denganmu. Menyebalkan sekali...)

(Jika begitu... apakah Shin akan bereinkarnasi?)

(Mungkin nem juga akan baik-baik saja tanpanya. Dia mungkin tidak perlu lagi ditemani ke kamar mandi, atau diantar pulang ke kuil. Atau makhluk-makhluk asing yang membuatnya paranoid. Kemalangan nem dikarenakan keluarga Nara, salah satunya itu dirinya.)

(Menikah... anak sma sepertinya harusnya memikirkan tentang universitas atau mau seperti apa hidupnya nanti. Atau seharusnya dia menikmati masa muda itu! Ya! Kehidupan cerah dan menyenangkan, dia yakin itu akan baik-baik saja.)

(Orang-orang di negara ini cenderung mempercayai entitas supranatural akan membantu mereka. Tetapi kita selalu tau bahkan akan ada bayaran (yang tidak masuk akal) untuk menjadi kesepakatannya. Tapi kuharap, setidaknya untuk desa ini, aku berharap kemalangan itu berhenti dengan harapan diriku)

Seharusnya nem meminta sesuatu yang menguntungkannya. Dia tidak perlu memikirkan kehidupan orang-orang yang tidak dia kenal. Dia seharusnya menjadi lebih egois terhadap dirinya.)

<>

Natsu merasa nyaman di dekat nem karena dia salah satu orang yang tidak menghakiminya. Dia kira Shin selalu bisa memilih orang yang cocok untuknya bergaul.

Mereka sudah lama mengenal, tetapi mereka tidak bisa benar-benar dekat tanpa Shin.

Terkadang mereka bertengkar, dan nem akan ada disana menangis sehingga mereka mau tidak mau harus berbaikan karenanya.

Natsu mungkin masih akan crushing Shin dan nem juga mungkin lebih condong ke Shin meski dia akan mengakui Natsu itu tipe-nya (dia bercanda) teman-teman tidak akan saling menyukai. Itu aneh.

Shin mungkin seseorang yang bisa digantung secara emosional oleh Natsu. Mereka teman bermain sejak kecil, Natsu mungkin sedih tentang hubungan orang tuanya, tetapi hanya ada Shin disana yang bisa mendengarkannya. Dan nem masuk saat Shin membantu gadis kecil yang terjatuh saat festival musim panas. Setelahnya mereka cukup dekat karena Shin mengenali nem sebagai gadis yang terjatuh di festival.

<>

Sejak insiden di gunung, yang membuat Shin semakin berbeda yaitu nem. Nem pada umumnya terlihat ceria dimanapun dia berada (ya, Natsu dikelilingi dua matahari berjalan, jika bukan matahari maka nem menjadi bulan), namun belakangan ini dia menjadi lebih lesu dari biasanya. Hampir seperti saat-saat beberapa minggu ayah Shin mati.

Dia tidak pernah lagi bersama Shin kecuali mereka bertiga. Sekali dia menemukan penyakit(?) Nem semakin memburuk dan Natsu setengah mati khawatir kalau nem seharusnya tidak memaksakan diri, atau nem tanpa sengaja melukai dirinya, sejak kapan dia semakin ceroboh? Nem tidak se-kikuk itu, hampir seperti hal-hal buruk mulai mengikutinya.

(Kemudian diketahui, dimana musim panas mendekat, Natsu menanyakan keanehan Shin, dan sesaat itu menjelaskan hal-hal aneh yang nem alami. Nem adalah gadis kuil, sesuatu yang berada di dalam Shin pasti sesuatu yang berkaitan dengan supranatural.)

"Nah, aku tidak mau menikah dibawah delapan belas. Kamu tau itu berbahaya"

"Tapi tidak apa-apa bukan? Mencintai gadis yang mati?" (ini bisa karena dari dari teman)

(Kemudian, dia bertingkah seakan akan mati malam itu juga)

"Oh, jangan paksakan dirimu. Kamu populer Shin, banyak gadis yang menyukaimu. Kamu bisa dengan mudah memilih satu"

(Terkadang Natsu merasa tertinggal oleh keduanya. Tapi dia tidak berani mengatakannya. Dia hanya bisa menunggu kalian menyadari dia tertinggal dan melihat kebelakang)

(Sebentar, kita harus berfoto. Tunggu dulu! Aku harus merapikan rambutku! Hanya nem yang merasa semakin hari waktunya menipis, dia jadi meminta Natsu memfoto dirinya. Untuk siapa? Dia tidak tau. Siapa yang akan merindukannya jika dia mati. Ulang tahunnya)

Mungkin nem akan memiliki kecenderungan menghancurkan diri, dia hampir menganggap hidupnya tidak penting semacamnya.

Nem sering kecapean karena berusaha terlalu keras, di berharap hidupnya meninggalkan kesan kepada orang lain. Dia berharap orang-orang akan merindukannya ketika dia mati.

Nem akan menyerahkan kancing keduanya kepada seseorang. Dia tidak memerlukan milik orang lain karena hati itu akan pergi bersama kematian. (Itu mungkin bukan ketulusan tetapi ini hari terakhirnya sekolah.)

Shin seperti dandelion. Nem juga senang karena dia sekarang memiliki teman, mungkin dia punya sedikit trust issue, tapi tidak terlalu memikirkannya. Dia bisa saja dikhianati kapan saja, orang-orang bisa datang dan pergi kapan saja. Dia hanya perlu memegangnya dekat dihatinya.

"Aku tidak ingin mati..."

"Tapi aku tidak memiliki pilihan. Jika tidak ada yang menghentikannya maka tidak akan ada yang bisa. Kamu, Natsu, Yuki,Daru,Saki dan lainnya di desa ini akan terluka jika terus dibiarkan. Mengapa begitu sedih? Bukankah aku sangat mirip dengan gadis sempurna yang keluar dari komik?"

"Banyak yang mengatakan kecantikan itu hanya sementara. Yah, kehidupanku penuh hal-hal cantik, mungkin ada yang tersembunyi di bayangan tetapi semuanya harus tetap seimbang, bukan?"

"Kamu sudah banyak berusaha dalam hidupmu. Mengapa kamu berusaha lagi? Mengapa tidak bersantai di hari terakhirmu sekolah"

"Hidup itu sangat singkat yaa, menyedihkan sekali."

(Nem, kamu memiliki pilihan. Kamu tidak perlu terus menjadi gadis kuil.

Bukankah itu agak terlambat untuk dikatakan? (Alt)

Tidak apa-apa, mengapa kamu begitu khawatir. Semua orang memiliki tanggung jawab masing-masing dan inilah milikku. Aku bangga dengan itu. Tujuh belas tahun hidupku tidak sia-sia sama sekali.

...nem. Aku tidak bisa sepertimu. Terus menerus melihat sisi yang baik. Tapi kamu tau, kamu tidak perlu memaksakan dirimu untuk tersenyum.

Ha, jangan memasukkan kata-kata kemulutku. Kamu sendiri tidak terlihat baik, tuh. Maksudku, kamu sebelumnya terlihat tidak masalah di depan teman-teman.

Nem, aku mengkhawatirkanmu. Kamu sebentar lagi akan mati.

Jangan berkata seperti itu, Shin. Semua orang akan mati, aku mungkin sudah mengetahui milikku dibandingkan orang lain.

Tetap saja! Kamu tidak bisa menyerahkan hidupmu semudah itu!

Kamu bodoh. Siapa bilang semudah itu? Itu tidak mudah kamu tau.

Tapi, aku berkata seakan kamu akan mati besok.

Aku memang akan mati besok.

Bukankah seseorang seharusnya menjadi lebih panik atau ketakutan?

Ini bukan tentang ketakutan lagi. Jika aku terus merasa tidak aman, atau mungkin hidupku lebih pendek, semua itu akan sia-sia. Waktu yang kuhabiskan tidak akan bermakna apapun.

Tapi jika aku mencoba menjadi diriku yang terbaik, mencoba mengukir diriku di hidup seseorang. Aku merasa itu akan lebih baik. Ketika aku pergi, akan ada mereka yang mengunjungi makamku, mereka juga akan merindukan kehadiranku. Memikirkannya saja membuatku merasa bahagia.

Mungkin mereka akan melupakanku di suatu titik, tapi itu baik-baik saja. Aku sudah hidup dengan cara terbaik yang bisa kupikirkan.)

Aku tidak perlu barang-barang mahal, sesuatu yang menyimpan banyak perasaan didalamnya akan lebih dari cukup.

Shin, ini kancing keduaku. Kamu bisa membuangnya jika kamu mau atau membuatkan kuil untuknya. Kamu tidak boleh menolaknya.

Uhh tidak keduanya tapi aku tetap menerimanya.

Sekarang berikan aku kancingmu.

Apa?! Heehh nem bisa mesum ya? Ketua OSIS tersayang kita ingin melihat anak laki-laki telanjang. Nakal sekali.

Heh. Kalau tidak mau memberi tidak perlu mengolok-olokku.

Ahahaha, aku bercanda. Nah.

Kamu serius? Kamu memberikan pada gadis acak dibandingkan para gadis yang menyatakan perasaannya padamu?

Kamu bukan gadis acak nemmm, kita sudah mengenal sejak kita masih dengan popok!

Tidak, kita bertemu saat sekolah dasar.

Tapi ayahku berkata begitu. Tentu aku lebih percaya ayahku. Dan lagi pula ini hanya kancing. Bukankah kamu suka benda sederhana seperti ini?

...lalu mengapa kamu menerima kancingku?

Hanya karena. Gadis mana lagi yang akan memberikanku kancing mereka selain kamu.

Entahlah, mereka akan memberikannya jika kamu meminta.

Nah, mereka akan menginginkan milikku terlebih dahulu. Tapi sekarang aku tidak memilikinya lagi.

Kamu tau kan artinya apa ini? Memberikan kancing semalam.

Bukannya karena kamu ingin? Aku hanya menirumu kamu tau.

<>

Di suatu saat, ketika banyak hal buruk terjadi padamu. Atau saat sesuatu yang tidak menyenangkan terus menghampirimu, seperti kata ramalan bintang hari ini. Kamu tidak yakin lagi kamu ingin melihat hari esok. Atau kamu pikir kamu hanya ingin melewatkan hari-hari buruk secepatnya.

Hal-hal buruk, pergilah. Itu adalah kalimat penghibur yang mulai kehilangan kharismanya.

(Bahkan setelah di hibur, rasanya tetap mau mati)

[4.1. Tetap Hidup]

Yah, kalau begitu Shin. Cobalah untuk lebih sering menghargaiku daripada mengolok-olokku ketika kita menghabiskan waktu bersama. (Untuk seseorang yang selalu mengatakan kepadanya hidupmu tidak lama lagi, kamu hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak membunuh dirimu sendiri setelah mengetahui ada sesuatu yang lain menggunakan mayat teman tersayangmu)

[3. The Project AKA 3rd attempt]

Title :

Summary (draf) :

S. Nem, yang bersantai di cafe kecilnya ketika tidak ada pengunjung, ada tamu yang tidak diundang mendatanginya. Katakanlah Bathory tercinta dunia ini.

S. Nem yang mencoba tarot dari salah satu pengunjungnya yang terkena karismanya.

Kemudian entah bagaimana percakapan mereka berujung menanyakan bagaimana nasib satu sama lain.

Kemudian beralih ke awal masuk sekolah guren, lalu Shinya menghina guren? Pertemanan mereka, kemudian kematian.

Disitu s. Nem sebagai pengamat berpikir, ah, orang ini benar-benar penuh kesialan.

(Atau mungkin cerita utamanya akan berada pada nem dating dll)

<>

Shinya... kamu tau, aku tidak ingin hidup di dunia dimana kamu tidak ada di dalamnya. (Jika dunia memilih cerita yang membahagiakan, kuharap itu akan menjadi ceritamu di kehidupan selanjutnya)

(Ah, Guren menangis...

Dia senang ada seseorang yang menangisinya ketika tubuhnya mulai mati rasa, di lain sisi, dia merasa sedih karena itu bukan nem, nem sudah pergi setelah berusaha sebisanya melindungi dirinya... yang juga berakhir sama dengannya.)

Aku berbohong... aku berbohong kepada Shinya... dibawah matahari yang bersinar terang, pada akhirnya, tidak ada yang berubah.

<>

Kamu ingin mengatakan padanya untuk lari demi hidupnya. Tetapi apa yang tersisa untuknya ketika dia tidak memiliki apapun selain teman-temannya yang menjadi tujuan hidupnya. (Kamu menggigit lidahmu, menahan kata-kata itu selagi menatap punggung mereka yang menjauh.)

<>

Ah... kehampaan ini, sesuatu yang membuatmu hanya bisa menatap kosong. Tetapi para makhluk yang berada disekitarmu akan mengisi kekosongan mereka dengan darah manusia.

Ini semua bodoh.

<>

Apakah Guren mengetahui apa yang kamu pikirkan ketika berdiam diri disini? Kamu kira dia mungkin tahu. Tapi itu tidak cukup memberikan konsolidasi yang kamu butuhkan.

"Sebentar lagi..."

"ya. Tidak ada cara untuk kembali"

<>

"Shinya. Aku membenci dunia ini."

'karena mereka tidak mengecualikanmu dari kesialan yang kubawa. Dan aku naif berpikir kamu bisa bahagia dan hidup panjang setelah semua yang kamu lalui.'

<>

Aku kembali hampa. Semua yang kutuangkan tanpa materi, tanpa dasar, tanpa apapun selain perasaan yang tidak bisa kubendung sendirian. Murni aku menumpahkan apapun yang kurasakan melalui tangan yang menulis tentang yang seharusnya kuingat.

Aku muak, sungguh. Penuh penyesalan. Penuh kebencian itu sendiri. Aku tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Kamu bukan cahaya yang menerangi kesepian ini, tetapi kamu masih berani menyambut tanganku melintasi sesuatu yang bahkan tidak terlihat.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak cukup kuat. Aku selalu berkata aku mampu, aku tidak akan terhempas oleh perasaan karena aku selalu mengatakan, aku tidak memilikinya di tempat pertama.

Tapi kamu tau. Itu kebohongan. Orang-orang mengatakan menghela nafas membantumu mengumpulkan pikiranmu, tetapi sebaliknya. Aku merasa perasaan itu semakin kuat setiap kali melakukannya. Aku semakin membenci diriku.

Waktumu terbatas. Dan aku membuang-buangnya dengan ocehan tanpa makna.

Aku benar-benar sakit. Sakit. Bohong jika aku tidak ingin berkata dan meminta pengakuan tentang aku yang paling menderita di dunia ini.

Apa yang baru kutulis ini- Shinya tidak akan menyukainya. Dia meminta agar menulis ingatan sesuatu untuk dikenang ketika kamu melupakan segalanya. Bukan tulisan kekanak-kanakan tentang perasaan yang tidak valid...

Apakah kata-kata pilihan yang kutuangkan berdasarkan perasaan ini mampu menyentuhmu? Nem?

<>

Musim panas, terik sekali. Tidak ada.

Itu seperti demam di musim panas, berlalu tanpa kamu sadari bersama hilangnya kenangan yang kamu buat bersama.

Kata selamat tinggal bukan kata yang benar. Bulan mencintai siapapun yang mengaguminya dan matahari melengkapinya.

<mahiru. Cö shu Nie - undress me>

Ini tidak baik. Aku tidak ingin pergi. Aku tidak ingin menghilang.

Kamu ketakutan. Kamu menangis ketika tidak ada yang melihat. Kamu menyembunyikan betapa manusiawi dirimu. Dan bagian yang paling membuatku ingin membunuhmu nem, semua itu bukan karena aku... (aku kesal...)

Sebelum segalanya dimulai, itu hanya kita. Tapi kamu meninggalkanku nem. Kamu sangat jahat.

Bahkan tidak peduli bagaimana kamu hidup, aku tidak akan pernah memaafkanmu nem. Kita seharusnya bahagia bersama. Itu hanya kita, tidak ada orang lain yang masuk selain Guren.

Nem, aku mencintaimu. Aku melakukan ini untuk kita, untukmu.

Hanya kamu yang kumiliki nem. Jangan egois. Kita tidak akan bisa bertahan hidup jika kamu terus seperti ini.

<>

Sepercik harapan. Kamu kira kamu hanya menghabiskan musim panas dan membaur dengan manusia. Menikmati mereka berlalu di cafe yang kamu gunakan setidaknya untuk mempertahankan kewarasanmu dalam keabadian. Ini tidak begitu buruk. Banyak dari bab hidupmu yang melihat manusia berlalu lalang di depanmu. Memikirkan kehidupan mereka masing-masing, menjalani hidup untuk esok dan berharap lebih baik dari hari ini. Kamu pikir manusia punya keindahan mereka sendiri.

Sesuatu yang mirip dengan penghiburan, manusia menyukainya dan berlomba-lomba membuat yang baru agar merasa tervalidasi. Memiliki seseorang yang sama dengan mereka, menempatkan suatu pribadi pada kotak-kotak kecil yang diberi label. Banyak dari mereka mungkin sekedar karangan mewah yang kreatif, berbagai bentuk peramalan sering muncul menjadi topik yang dibahas manusia ketika mereka bersantai di cafe sederhana milikmu.

<>

Kamu gelisah nem. Tidak perlu khawatir, ini hanya pelatihan lainnya!

(Kamu ingin mengoreksinya kalau firasatmu tidak baik. Seakan kata mati sudah tertancap di kepalamu menunggu tubuhmu berhenti bergerak dan bernafas.)

Kematian itu rasanya aneh. Kakimu mulai merasakan sensasi dingin dan menemukan itu tidak bisa kamu gunakan lagi. Semuanya dimulai dari bawah kemudian itu akan menjadi lambat dan naik perlahan ke ujung tenggorokan. Disana nafasmu mulai tersengal-sengal, sesuatu yang menahan, tidak begitu mencekik tetapi seakan kamu menghilang perlahan dan kamu lupa kamu tidak lagi melihat apapun.

Sakit? Kamu kira tidak juga... kecuali bagian yang menembus dirimu sisanya hanya sedikit sesak, menjadi tidak berdaya mungkin? Seperti sudah tidak ada harapan dan tubuhmu menolak bergerak tidak peduli seberapa menginginkannya untuk bangun. Kamu berpikir jika kamu ingin pergi dari dunia ini, lebih baik tidak ada yang lihat ketika kamu sekarat (terutama Shinya). Dan sialnya kamu, dia ada disana menghalangi pandangan langit gelap di atasmu. Kamu kecewa pada dirimu karena tidak pergi sedikit lebih jauh, dibandingkan lubang di tubuhmu, rasa sakitnya tidak bisa dibandingkan dengan jantung lemahmu yang berdenyut sakit, kamu ingin ikut menangis tetapi itu hanya akan membebaninya lebih banyak. Apa yang harus kamu lakukan.

[Tersenyumlah. Bicara padanya lebih dari yang biasa kamu lakukan. Ungkapkan mimpi yang tidak pernah kamu ceritakan padanya.]

(Ini terjadi beberapa kali. Akan ada suara yang memberitahumu apa yang harus dilakukan jika kamu bingung terhadap sesuatu.)

<>

Shinya Hiiragi, seseorang yang tanpa tujuan selain yang diberikan padanya. Hidup karena hidup itu diberikan oleh seseorang, bernafas seperti dia akan mati keesokan harinya, dia mungkin tipe orang yang akan tetap menjaga komposurnya tenang dan santai meski akhir dunia sudah dekat.

Dia menyukai seni latte karena kamu menemukannya itu menarik, dia bersikap ramah dan mudah didekati karena kamu merasa lebih hidup jika orang-orang berkumpul disekitarnya. Dia suka berbicara karena kamu suka suara dan caranya berbicara. Dia hampir tidak memiliki apapun yang dibangun dari keinginannya sendiri. (Mungkin keinginan kecil dimana dia ingin orang yang dihargainya selalu berada disisinya. Seakan berkata, aku akan melakukan apapun yang kamu sukai asal kamu berada didekatku)

[2. Kamu yang berdiam diri di bawah langit biru pada bulan Mei AKA percobaan ke-2]

Focus : my dear dead Shinya.

Apa yang dilambangkan oleh langit biru tanpa awan, di hari ketika matahari terasa seperti menjauh dari bumi, atau seperti cahayanya... (pernah dikatakan kalau para malaikat akan turun ke alam manusia untuk menghormati seorang manusia yang sehari-harinya mengingat Tuhan seperti dia bernafas. Dan sayap mereka menghalangi teriknya matahari pada hari itu.)

Inspo : yah...

Bukankah ini membuat langit lebih berharga untuk menjadi pemandangan? Tapi aku penasaran dengan siapa orang itu, sayang sekali kita tidak akan bertemu dengannya lagi. - s

[1. Let me know AKA 1st attempt]

Bagian menyedihkannya kamu akan terikat peraturan yang sama. Beberapa paragraf dengan kata yang tidak lebih dari dua ratus... apakah kamu tidak penasaran, pembaca serpihanmu, akan terhanyut? Sedikitnya?

Oh, kamu yang malang.

Tetapi kalau diberikan kesempatan kedua untuk memberikan pertimbangan, satu kata, akan membayar semuanya.

Mari mencoba yang tidak diketahui... (Heh, jangan macam-macam lu ya. Awas aja)

Pada dasarnya aku adalah... (ga aku ga maso. Tapi, penyangkalan adalah kebajikan. Senyum seribu makna adalah jawabannya)

Dia memutar mata kesal, dia seharusnya tidak memiliki ekspektasi apapun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro