². Do Your Best
SFragment Monthly Prompt
March 2024
Board / Papan
Ft. You, Hasebe & Oodenta
Base story: Touken Ranbu
Apresiasi buat Oodenta yang w tunggu2 kiwame ny
°°°
"Hasebe, santai saja!" desismu, kursi-kursi yang berderit membuat sarafmu gelisah dan disini kamu mencoba menikmati komik pinjaman - bentuk pengalihan dari inspeksi bangunan terbengkalai untuk ujian saniwa pemula. Sebuah tugas yang terasa tidak pantas dengan peringkat mu sebagai saniwa senior.
'Dasar keparat tua', kamu menggerutu dalam hati. 'Favoritisme merajalela, bahkan di kalangan dewa.' Dan uang adalah satu-satunya penghiburan atas absurditas ini.
"Aruji, ada kehadiran lemah di balik kayu ini" Hasebe memutus kereta keluhanmu.
"Namanya papan tulis, Hasebe," katamu datar, lalu kembali ke komik-mu. "Singkirkan saja, oke?"
"Dimengerti, Aruji," gumam Hasebe.
Saat kamu hendak bertanya tentang kertas pemurnian, kilatan cahaya yang menyilaukan menerangi ruangan. Petir hijau berderak di depan matamu, hampir membutakan. Sebuah lubang menganga merusak dinding yang tadinya kokoh, debu tebal mengepul dari celah tersebut. Oodenta Mitsuyo, yang kamu tugaskan untuk mengusir semua entitas yang mungkin akan mengganggu ujian peserta, sekaligus melihat performanya dalam bentuk kiwame, berdiri tegak di antara puing-puing yang sebelumnya menjadi dinding pembatas antar ruangan.
"Oodenta Mitsuyo! Kamu hampir mengenai Aruji! Apa yang kamu pikirkan?!" Hasebe meraung, menghunus pedangnya dalam sekejap.
Oodenta mengabaikannya, tatapannya tertuju padamu. Ada satu pertanyaan yang menggantung di udara: "Di manakah roh jahat itu?"
"Hasebe, mundurlah," katamu dengan tenang, menenangkan toudan-mu yang terlalu protektif itu. "Korban sebenarnya di sini adalah ruangan ini, bukan aku. Lagi pula, Oodenta hanya melakukan apa yang aku minta ... sedikit berlebihan."
Hasebe menyarungkan pedangnya kemudian menyilangkan tangan, tidak yakin. "Bagaimana kita bisa yakin, Aruji? Ruangan itu mungkin penuh debu, tapi-"
"Kabar baiknya," selamu, "adalah tidak ada yang terluka. Kita bisa menggunakan ini sebagai alasan untuk menunda ujian untuk perbaikan." Kamu membayangkan kelegaan peserta yang meminjamkan komiknya - sebuah hikmah dari bencana ini.
Beralih ke Oodenta, kamu menawarkan senyuman meyakinkan. "Jangan khawatir tentang roh jahat itu. Kekuatanmu benar-benar menakutinya."
"Aruji, meski begitu" Hasebe memotong, dengan suara yang masuk akal, "divisi properti akan tetap membebankan biaya pada kita atas kerusakan yang terjadi."
"Aku akan menyalahkan divisi fasilitas karena bermalas-malasan," bantahmu sambil menyeringai. "Peserta tidak memerlukan meja untuk ujian tertulis, mereka bisa melakukannya di pusat dan selain itu, papan tulis-"
Suara serpihan kayu memotongmu saat bagian dinding dimana tempat papan tulis dulunya berada, runtuh ke tanah. Keheningan yang mengejutkan menyelimuti ruangan.
Yah, beberapa hal tidak berjalan dengan baik.
○ ○ ○
Resigned / Pasrah
Ft. You and Oodenta
Base story: Touken Ranbu
Kata "pasrah" terasa seperti lelucon yang kejam dibandingkan dengan kehancuran yang kamu timbulkan. Separuh gedung ujian berada dalam reruntuhan karenamu (atau mungkin Oodenta, di bawah arahanmu yang tidak spesifik).
"Pertanyaannya..." dia tercekat, tawa tanpa humor keluar dari bibirnya. "Sungguh lelucon. Semua belajar, semua malam tanpa tidur ... tidak ada gunanya." Suaranya berubah menjadi gumaman kekalahan. "Inilah aku. Masa depanku ... hancur. Tidak ada jalan kembali."
Dan disini, anak muda putus asa yang sebelumnya memohon bantuanmu dalam ujian percobaan saniwa pemula, anak yang (namanya telah kamu lupakan) menyogok volume lengkap manga yang kamu dambakan, sekarang menyerupai mayat, pucat dan kurus seperti kelaparan. Kamu hampir bersumpah melihat lampu sorot menerangi keadaannya yang menyedihkan.
"Sepertinya jiwa anak malang ini terbang meninggalkan tubuhnya," guraumu sambil menunjuk ke arahnya.
Melihat kembali kertas kusut di tanganmu (hasil penyelundupan), tidak heran dia merasa begitu pasrah dan putus asa. Menurut rubrik penilaian, tujuh puluh persen yang mengejutkannya bergantung pada tes tertulis- sebuah bobot yang sangat besar mengingat pertanyaan-pertanyaan yang sengaja dibuat ambigu. Kamu yakin, ada banyak peserta yang mengalami nasib yang sama dengan anak ini.
Oodenta, yang selalu tabah, mengangkat katananya. "Roh jahat merasukinya? Haruskah aku menggunakan kekuatanku?"
"Tidak perlu," kamu terkekeh, tetapi sisa katamu keluar dengan nada kekejaman, memikirkan material pelampiasan baru yang menunggumu. "Mereka yang tidak kooperatif akan merasakannya." Isyarat untuk mereka yang ketahuan melakukan penggelapan ujian saniwa dan tambahan mereka yang menyerahkan tugas mereka kepadamu (atau orang-orang yang sama yang membuat anak malang ini ketakutan).
Alis Oodenta berkerut. "Rasa haus darahmu terlihat."
Mendengar kata-katamu pemula itu merintih, menyeret dirinya ke lantai seperti hantu yang kehilangan separuh esensinya. Matanya memancarkan teror kosong yang sama. "Tidak, Nona [Name] ... kekacauan anda ... "
Menatapnya geli, dan dengan santai berkata, "Oodenta, anak muda ini perlu permurnian."
Kilatan petir hijau yang familiar, meletus sekali lagi, tapi kali ini, ada teriakan berdarah bersamanya (untungnya kamu memiliki kacamata hitam di kantongmu).
"Pasrah tidak cocok untukmu, nak! Yah, mari kita lihat apa lagi yang bisa kulakukan."
○ ○ ○
Eraser / Penghapus
Ft. You, Maeda and Oodenta
B
ase story: Touken Ranbu
Headline berita hari ini, PHK yang terjadi baru-baru ini terasa brutal. Menyebutnya sebagai "penghapus" sepertinya hanya sebuah eufemisme untuk pembantaian. Kenyataan pahitnya adalah bahwa orang-orang yang secara membabi buta menerima gaji tanpa mengakui kemalangan yang mereka sebabkan pada orang lain dengan alasan keserakahan merupakan bentuk sifat manusia yang tidak terhindarkan, sungguh egois. Kamu hampir meringis mengingat nasib para anak malang tersebut.
Padahal, jika kamu menutup mata terhadap kejadian ini, maka kemanusiaanmu akan dipertanyakan.
Setelah beberapa negosiasi dengan pusat mengenai ketidakadilan dalam ujian Saniwa, kamu, (Oodenta sebagai Kinji) dan departemen terkait mencapai kesepakatan (mengabaikan berbagai usaha untuk meyakinkan mereka hingga petir klasik Oodenta Mitsuyo berbicara). Meski seharusnya kamu mendapatkan surat disiplin (juga karena melakukan perusakan gedung-gedung pemerintah), kamu akhirnya hanya menulis berita acara atas kejadian ini karena tujuan utamanya adalah untuk menghukum kelalaian otoritas tertentu. Yah, kamu pikir semuanya akan berakhir dengan baik...
"Omong kosong macam apa ini?!" Rongga matamu hampir copot saat membaca berita yang dibawakan Maeda.
Maeda yang mendengarmu bersumpah serapah, kembali mengambil air hangat dengan raut wajah khawatir. "Maafkan rasa penasaran saya, Aruji. Tetapi apa itu 'omong kosong'? Sepertinya Anda tersinggung saat membaca, um... koran? Yang saya bawa. Apakah terjadi sesuatu?"
"A-ah, tidak. Tidak apa-apa, aku hanya terkejut. Juga, jangan gunakan kata itu, hanya aku yang boleh, oke?" kamu begitu terkejut hingga secara tidak sadar telah menggunakan kata-kata kasar. Keringat dingin mengucur dari keningmu saat membayangkan Ichigo mengetahui adiknya mendengar sesuatu yang tidak pantas. "Handuk! Maeda, tolong bantu Oodenta. Dia sudah kembali dari gudang." Upaya menyedihkan untuk menyelamatkan dirimu. Tak bisa berhenti memikirkan cobaan hari ini, Maeda segera menanggapi permintaanmu.
Oodenta (yang berkepala debu) beralih dari lukisan sumi-e setengah jadinya kearahmu, "Aku puas hanya berada di gudang, dan aku di sini karena kamu menyeretku."
"Oh, ayolah," kamu tertawa kecil, melirik Maeda. "Kami berdua tahu kamu sangat ingin keluar, kan?" Secercah rasa geli terpancar di matamu, Maeda memberikan persetujuan ceria. "Karena, jimat itu harusnya menekan kekuatanmu. Para hewan akan baik-baik saja." Kamu mengangguk dengan penuh percaya diri.
Kembali pada topik koran, "omong-omong tentang jimat," katamu, suaramu berubah serius. "Persiapkan dirimu, Oodenta. Kita akan berangkat besok."
Maeda, yang menyuarakan pikiran Oodenta, mengerutkan alisnya dengan khawatir. "Apakah ini tentang situasi di koran, Aruji?"
"Tepat," kamu membenarkan. "Sejak aku mengunjungi pusat minggu lalu, diberitakan adanya lonjakan penggunaan kutukan... anehnya, media penggunaan melalui alat tulis." Kamu mengatupkan rahangmu, mencoba mengecilkan kekhawatiranmu demi Maeda. Tidak habis pikir, diantara semua barang yang tidak ada kaitannya dengan hal-hal spiritual, mengapa harus alat tulis?! Apakah mereka kekurangan objek penyalur? Dan mengapa harus namamu yang digunakan?!! Itu adalah bagian terburuk dari informasi yang kamu tahan di ujung lidahmu.
Tunggu, namamu di penghapus? Bukankah itu terdengar familiar? (AKA cerita anak muda yang sedang jatuh cinta yang menulis nama orang yang mereka cintai di penghapus dan menggunakan penghapus itu sepenuh hati hingga penghapus tersebut habis. Dikatakan jika dia berhasil, cintanya akan terbalaskan.)
○ ○ ○
Study / Belajar
Ft. You and Oodenta
B
ase story: Touken Ranbu
Ketenangan sebelum badai, idiom populer yang selalu digunakan untuk menggambarkan sebuah situasi sebelum kekacauan lahir. Namun, setelah badai tersebut berlalu, apakah itu berarti menunggu badai lain? Mengingat ketenangan yang dihasilkan.
Tidak peduli seberapa terkenalnya kamu, setelah insiden pemberhentian staf yang terlibat dalam penggelapan ujian saniwa, mereka yang menjadi korban seketika mengalihkan tujuan hidup mereka untuk mengabdikan diri mereka sebagai penggemarmu dan membuat permohonan pelatihan sebagai bentuk mengejar ketertinggalan mereka. Dan kamu, sebagai saniwa yang sibuk, akan menolak membantu mereka (saniwa pemula) belajar. "Lagipula," katamu sambil mengibaskan rambutmu dengan dramatis, "menjadi Saniwa itu sangat mudah. Pada dasarnya, adalah liburan yang disponsori. Sekelompok penjaga anak (baca: touken danshi) yang dimuliakan, tentunya." (Tipu-tipunya keterlaluan).
'Sial, para pemula ini tau kelemahanku.' a.k.a menyogok dengan barang haram atau merch limited oshi-mu.
Kamu dengan enggan memutuskan untuk menyetujui "sesi belajar" dan tiba di tempat yang ditentukan. Namun alih-alih buku teks, kamu malah disambut oleh sebuah kuil ... sebuah kuil yang dibangun dengan buruk, namun tetap saja sebuah kuil.
"Apa-apaan... ?" gumammu sambil mengamati spanduk miring bertuliskan 'Nona [Name], Penyelamat Agung Kita.'
Kamu berharap bukan anak yang menyogok-mu yang memberi inisiasi . . . ide apresiasi yang unik ini . . .
Yah, syukurlah bukan dia, masih walaupun bermata cekung yang samar-samar menyerupai zombie. Tapi hei, setidaknya dia tampak semi-normal dibandingkan dengan anggota belajar (baca: kultus) lainnya.
Kamu menghela nafas dengan dramatis (lagi), "Oodenta, murnikan mereka, jiwa-jiwa yang sesat ini." (Ya, sesat. Bukan tersesat, tapi memang mereka sesat).
Untuk sedikitnya, kamu sungguh tidak berekspektasi apapun selain membenarkan beberapa baut longgar di otak mereka, kecuali, mereka mengangkat tangan mereka dalam pose berdoa yang aneh, mata berbinar penuh harapan.
"[Name]-sama yang Agung telah menjawab doa kita!"
"Akhirnya! Kita sudah menunggu momen ini!"
Kamu hanya bisa tersenyum getir dan mengeluarkan kacamata hitam andalanmu.
'astaga, ini mulai memiliki pola.'
Ya sudahlah, on the way memanggil team leader panitia ujian (yang syukurlah tidak terlibat dalam insiden tertentu).
"Jangan luluskan satu orangpun dari gelombang ini."
A/n :
Seperti biasa, w bakal nambah draf atau yang ga terpakai dari yang w tulis ;) tapi tenang aja, yang final produk bakal diatas dan draf bakal ada pemisah buat bedaain.
Draf & Miscellaneous
Papan Ver. 1
"Ingatkan aku mengapa aku disini?", kamu membalik halaman lain dari manhwa action yang kamu dapatkan dari salah satu murid. Yang benar, murid, peserta pelatihan untuk menjadi saniwa yang baik.
"Anda menerima surat tugas melakukan inspeksi bangunan ujian peserta." Hasebe bergerak merapikan kursi dan meja menjadi berjejer.
"Dan apa yang seharusnya kulakukan?" Kamu melanjutkan.
"Mencoba berkeliling dan melihat ruangan lainnya." Hasebe tidak kehilangan tempo untuk membalas.
"Lalu, apa yang kamu lakukan, Hasebe?"
"Membersihkan ruangan yang sedang anda tempati hari ini." Dia membalas dengan lancar, hampir seperti mengharapkan kamu bertanya.
"Kamu menyusahkan diri sendiri, sekalian saja ruangan yang akan menjadi kantorku." Kamu menepis keinginannya.
"Segera setelah ruangan ini selesai." Dia sepertinya sudah menyiapkan balasan dari keluhanmu.
Tidak terima kamu memicingkan mata sebentar ke arahnya dan dibalas dengan tatapan netral. Kamu mengira dia akan yang menjadi paling kooperatif, tidak yakin kamu harus keluar dari ruangan dan mencari Oodenta atau kembali mengabaikannya dan fokus pada bahan bacaan di tanganmu.
"Aruji, ada roh jahat di balik kayu ini, kehadirannya cukup lemah." Hasebe mengangkat kecil papan tulis yang tergantung di sampingmu.
"Namanya papan tulis, dan ya, usir saja", kamu memutuskan untuk kembali membaca manhwa dan mengabaikannya.
"Dimengerti"
Kamu teringat sesuatu, "omong-omong, apakah kertas penyucian masih tersisa denganmu?"
"Ya-"
Tepat di depan matamu petir menyambar hampir membutakan matamu jika bukan petir hijau tertentu yang dibawa pulang Tenka Goken yang menyukai menyendiri di gudang dari perjalanan pelatihannya.
"Maaf, aku merasakan kehadiran yang perlu dibasmi." Oodenta Mitsuyo muncul di balik debu tebal dari dinding hancur.
"Apa-apaan Oodenta Mitsuyo ... kamu hampir mengenai Aruji! Sarungkan pedangmu! Kamu-" Hasebe menaikkan nada bicaranya selagi berpose melindungi di depanmu.
"Roh jahat belum dibunuh." Oodenta berjalan beberapa langkah mendekat.
"Oi, masalah sebenarnya itu, Aruji hampir terluka." sekarang Hasebe mengeluarkan pedang dari sarungnya.
Oodenta tidak mengatakan apapun dan menatapmu, seakan memintamu mengatakan fakta yang tidak Hasebe ketahui.
"Ah, Hasebe tenanglah. Oodenta disini tidak bisa menyakitiku, bahkan jika dia mau."
"Aku hanya membunuh apa yang kamu inginkan", kamu yakin Oodenta sedang berbicara denganmu.
"Dan bagaimana aku bisa mempercayainya, Aruji?" Hasebe menyilangkan tangannya.
"Karena aku berkata begitu?" Kamu penasaran sejak kapan tsukumogami bisa merasakan skeptisme. "Lagipula, intinya aku tidak akan terluka oleh kalian, juga roh jahat tadi sudah pergi karena kekuatan Oodenta menakutinya"
"Meski begitu, Aruji- ruangan ini bagaimana?! Apa yang akan dikatakan atasan anda?!!"
"Maaf ... " Oodenta sedikit tertunduk.
"Sekarang, sekarang, Hasebe, jangan beralasan" walaupun kamu yang seharusnya tidak boleh beralasan. "Juga, bangunan ini perlu dirombak, dan masih ada properti seperti papan tu-" kamu terpotong oleh suara kayu patah dan lebur ke tanah.
Yah, ini tidak berakhir baik
○ ○ ○
Pasrah Ver. 1
Mungkin kata pasrah lebih cocok untuk anak di depanmu daripada kamu, yang sudah menghancurkan (atau Oodenta, atas instruksimu) setengah bangunan yang dikhususkan untuk tempat ujian peserta calon saniwa. Pemula yang (juga kamu lupakan namanya) memohon agar kamu bisa memanipulasi tanggal ujian kelulusan entah bagaimana dengan iming-iming volume lengkap manga yang sedang kamu buru, sekarang terduduk lemas tidak berdaya, kurus dan rapuh seperti tidak makan seminggu. Kamu melihat lampu imajiner yang meneranginya dengan dramatis.
"Ah, jiwanya keluar dari tubuhnya." Kamu menunjuk anak malang itu.
"Roh jahat mengganggunya? Apakah perlu dibunuh?" Oodenta berkata disampingmu, bersiap mengeluarkan katana.
"Tidak perlu, bersiap saja untuk membunuh beberapa manusia jika mereka menolak kooperatif, haha", tawa gremlin keluar darimu.
"Haus darahmu keluar" Oodenta menunjukkan.
"Tidak! Nona [name], jangan kumohon ... aku akan tidak kuat" sekarang anak itu merangkak seperti hantu yang kehilangan setengah badannya yang juga berekspresi sama seperti hantu.
"Oodenta, pemurnian. dia dirasuki roh jahat." Kamu berkata dengan santai, melihat sesuatu yang mengerikan akan menerjang.
Tanpa detik lain yang terbuang, petir hijau lainnya menyambar
○ ○ ○
Penghapus Ver. 1
Apa sinonim dari penghapus? Pembantaian? Oh, ya. Benar, tetapi sedikit melenceng. Genosida? Tidak, itu berlebihan. Mungkin yang paling tepat adalah 'penghapusan' diubah menjadi kata kerja dari pada yang merujuk objek. Penghapusan (baca: pembantaian) pegawai (secara massal) yang makan gaji buta dari anak-anak malang yang hanya tahu melakukan yang diperintahkan tanpa bertanya apapun, sungguh malang.
Nyatanya, kemanusiaanmu akan dipertanyakan apabila menutup mata tentang kasus itu. Setelah beberapa negosiasi dari pusat, terkait ketidakadilan dalam ujian Saniwa, minggu lalu bersama Oodenta (lagi), kamu dan divisi terkait mencapai kesepakatan (yang dilakukan dengan banyak, luar biasa banyak, petir klasik Oodenta). Kamu seharusnya diberikan catatan disiplin (karena vandalisme lainnya terhadap gedung pemerintahan), tetapi karena tujuan utamanya untuk memberikan sanksi terhadap kelalaian atas otoritas yang diberikan, kamu hanya berakhir menulis berita acara kejadian ini. Yah, kamu kira semuanya berakhir baik hingga ...
"Omong kosong macam apa ini?!" bola matamu hampir keluar dari soketnya setelah membaca berita yang dibawakan Maeda.
"Mohon maafkan rasa ingin tahu saya, Aruji. Namun, apa itu 'omong kosong'? Anda tampak tersinggung ketika membaca, um... koran? Yang saya bawakan. Apakah ada yang salah?" Maeda dengan ekspresi khawatir, kembali membawakan air hangat karena mendengarmu bersumpah serapah.
"A-ah, tidak. Jangan khawatir, aku hanya terkejut. Dan jangan gunakan kata itu, itu... hanya aku yang diperbolehkan, oke?" Keringat dingin turun dari dahimu, membayangkan Ichigo yang mengetahui adiknya tanpa sadar menggunakan kata-kata kasar. "Handuknya! Maeda, tolong bantu Oodenta. Dia masuk lagi ke dalam gudang, astaga..." tidak habis pikir beberapa cobaan hari ini, Maeda dengan sigap melakukan yang kamu minta.
"Aku hanya, merasa puas berada dalam gudang... dan aku disini karena kamu menyeretku keluar." Tatapannya berpindah dari lukisan sumi-e setengah jadi miliknya, ke arahmu, yang membalasnya dengan tatapan setengah kesal.
"Shhh, kita bertiga tahu kamu ingin keluar. Benarkan, Maeda?" Maeda membalas dengan keceriaan yang sama denganmu. "Lagipula, jimat yang kamu pakai harusnya cukup untuk menekan kekuatanmu. Percayalah, binatang akan baik-baik saja disekitarmu." Kamu mengangguk dengan percaya diri.
Berbicara tentang jimat... "Yah, Oodenta. Siapkan dirimu lagi, besok kita akan keluar."
"Ada apa, Aruji? Apakah ini masalah yang sama dengan di kertas itu?" Maeda menyuarakan pertanyaan Oodenta.
"Ya... begitulah. Setelah aku pergi ke pusat minggu lalu, berita mengatakan penggunaan kutukan meningkat pesat... tapi anehnya, media yang digunakan adalah alat tulis." Kamu kira, kamu tidak ingin membuat Maeda semakin khawatir, karena nama kutukan yang diberitakan dikutuk adalah namamu! Ada apa dengan kejadian belakangan ini, semakin banyak pendosa yang ingin menyerangmu. Tetapi apakah mereka tidak memiliki media lain selain alat tulis? Terutama penghapus pensil? Tunggu, bukankah nama di balik bungkus penghapus terdengar familiar?
○ ○ ○
Belajar Ver. 1
Tidak peduli seberapa terkenalnya kamu, kamu menolak membantu mereka belajar. Lagi pula menjadi saniwa tugas yang mudah (hah, bohongnya keterlaluan).
(Ketika kamu setuju membantu mereka, dan berkumpul di sebuah tempat yang telah disepakati. Namun, kamu malah menemukan mereka membuat kuil untukmu . . . Fanatik mana yang memberi ide? Kamu berharap bukan anak yang menyogok-mu. Oh syukurlah bukan dia, dia masih terlihat seperti mayat hidup tapi untungnya dia terlihat menjadi satu-satunya yang waras disini.)
Oodenta, berikan mereka pencerahan.
Dan disana petir hijau mulai menjadi kesukaanmu, spesial untuk orang-orang yang perlu diarahkan ke jalan kebenaran (lebih seperti kamu tidak tahan dengan absurditas di depan).
Ekspresi mereka, rasanya seperti sudah mengharapkan ini terjadi. Bahkan, menginginkannya??? (Tangan menyatu seperti berdoa, dan mata penuh harap menatap langit?!)
Wtf
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro