[ Turquoise Day ]
*Agar tidak menyinggung kepercayaan apapun, akad hanya akan menampilkan sedikit scene awal, keseluruhan cerita ada di resepsi. Jangan heran jika rada bingung, karna aku juga belum nikah mak.
『••✎••』
tur·quoise
/ˈtərˌk(w)oiz/
noun
1. a greenish-blue color.
"the turquoise waters of the bay"
2. a semiprecious stone, typically opaque and of a greenish-blue or sky-blue color, consisting of a hydrated hydroxyl phosphate of copper and aluminum.
Turqoise atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut biru toska. Merupakan warna yang diambil dari Batu Pirus, mineral kategori Phosphate Mineral tak tembus cahaya yang dianggap batuan berharga karna warna uniknya.
Warna ini familiar bagi kaum Thalasshopile atau Ocean Lover, karna Turqoise merupakan simbol warna lautan. Dalam Psikologi warna, warna Tosca atau Turqoise memiliki makna emosional, stabilitas, ketenangan, pengendalian dan juga kesabaran. Warna yang disebut sebagai pengembang jia ini memiliki karakter halus yang bersifat mempengaruhi dibandingkan menuntut. Terkadang digambarkan sebagai warna misterius dan selalu menyembunyikan emosinya.
Bagi Yui Kodai, itu warna yang benar-benar melambangkan couple kami. Meski terlihat dominan kearahku karna mataku sendiri merupakan warna Turqoise, tapi sejatinya makna warna ini benar-benar melambangkan kehidupan Sen Kaibara. Melambangkan keseluruhan kami berdua. Turqoise bukan warna yang biasa dipakai untuk sebuah couple tapi menggambarkan kepribadian kami. Sehingga Yui bilang, tema pernikahan akan bagus jika memakai warna Turqoise sebagai pallete colour.
Aku menambahkan, meminta unsur warna soft fanta dan putih tulang di dalamnya. sebagai tambahan dekorasi. Jika semuanya warna biru, aku bisa menyatu dengan pestanya. Buat dresscode tamu saat Resepsi saja Yui mengusulkan untuk memakai putih, biru aqua dan hijau tosca. Untuk bridesmaid memakai soft fanta sementara groomsmen memakai aqua blue.
Itu saat resepsi.
Kalau akad, ya pasti serba putih.
"Hey gurls, deg-degan yah?"Hawks yang merapikan dasinya. "Kalau deg-degan batalin aja, nanti kita kawin lari."
"Ogah, kalau sama kau nanti jadinya kawin terbang."
Aku menarik nafas panjang. Merapikan gaun model A-Line dress dengan bahan brocade. Desainnya simpel karna aku tidak ingin memakai yang rumit. Gaun lengan panjang berwarna putih tulang, dengan kerah turtle neck. Hiasan bunga Lily bertebaran di rambutku, persis menghiasi tiara putih, dihias sedemikian apik. Pengorbanan besar karna aku harus dijambak selama beberapa saat untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Wedding veil tersampir dari mahkota bunga sampai ke pinggang. Manik-manik dengan warna aqua bertebaran sepanjang veil.
Asli gerah.
Untung gedungnya ber AC. Mataku perih tak terbiasa memakai eyelash. Aku berhati-hati dalam berjalan, takut tersandung karna jarang memakai High Heels.
Hagakure sudah mendesain sedemikian rupa. Aku hanya ingin yang simpel, tak ingin yang terlalu jatuh, tak ingin yang sampai menyeret di lantai. Jadi Yui mengabaikan desainnya dan memilih fokus ke pernak-pernik di bajunya. Mereka memaksaku untuk memakai model brokat agar terlihat bersinar, karna desainnya begitu simpel.
"Hawks, bagaimana jika kita lewat pinggir?"Aku bertanya, menoleh ke Hawks dengan setelan jas hitamnya. Beberapa menit lagi, aku akan diantar Hawks masuk ke altar pernikahan. Sebagai wali, Hawks yang akan menyerahkanku kepada Sen. Lantas kami mengikat janji suci. Terus acara selesai hore. Kalo di Indonesia, mending di KUA aja. Kalo hari kerja bisa gratis. Sisa uangnya bisa buat beli seblak.
"Kayak orang nerobos trotoar aja."
"Aku malu lewat tengah."Aku mendengus. Meski tak terlalu kelihatan, aku benar-benar gugup.
"Kak (Name), mau malu gimana sih?"Eri tertawa, dia terlihat seperti malaikat, tubuh jenjangnya memakai gaun model mermaid dengan warna abu-abu seperti rambutnya. Rambut pale blue-gray disanggul dengan hiasan bunga-bunga kecil bertebaran. Mata merahnya terlihat begitu bersinar, amat kontras dengan baju dan rambutnya."Kak (Name) paling cantik disini. Buat apa malu? Bahkan aku yang perempuan saja tercengang melihat kak (Name) keluar dari ruang make up. Gimana kalau Kak Sen? Mungkin langsung pingsan."
"Eri, siapa yang ngajarin kamu muji orang?"Aku menggeleng-geleng, berdecak heran, "Oh iya? Sudah dibawa?"
"Iya, El ada di deretan kursi pertama, Dia tambah besar, jadi aku belikan kandang baru."Eri tertawa renyah. Benar-benar sebuah perubahan melihat gads kecil yang dulu menarik-narikku ingin minta surat surprise menjadi sosok remaja yang cantik dan mempesona. Eri masih tinggal di UA, bahkan sejak angkatanku lulus, sekarang usianya sekitar sekolah menengah pertama. Kudengar ia membantu Recovery Girl seraya melatih quirknya. Hak asuh Eri masih di pegang Aizawa-sensei.
"Jadi, setelah ini kau akan mengembalikan El kan?"
"No-no-no, aku dan El sudah resmi jadian, kami tak bisa dipisahkan?"Eri tertawa lagi, menunjukkan gelang di tangannya.
"Ada-ada aja,"Hawks menghela napas, "Dia kura-kura lho Eri."
"Dia kura-kura yang gantengnya melebihi kau, Hawks."Eri melotot, ia bercanda soal jadian tapi tetap saja cewek ini ngotot gamau mengembalikan El ke aku.
Yah cinlok mereka,
"Semangat yuk,"Yui yang sedang membenarkan tatanan bunga di pinggangku tertawa kecil, "Abis ini langsung ganti baju lho."Yui memakai dress simpel berwarna biru, sekalian untuk kondangan katanya. Pegawai-pegawai lainnya memakai kemeja putih dengan bawahan navy, logo Wedding Organizer mereka tertampang jelas di saku baju. Berlarian kesana kemari menyiapkan acara.
"Apa gabisa nikah pake kaus?"
"Darling, kamu bukan mau nongki."
"Bagaimana kalau aku berjalan dengan Papa Zawa? Hawks rasanya kurang gagah."
"Justru jika kau jalan denganku, dikira orang-orang malah kita yang menikah."
"Ih jijay."
"Trust me, it's your day, berbahagialah!"Yui memegang tanganku, memberi dukungan emosional.
"Tadi kulihat Kak Sen keluar dari ruang make-up sama Kak Rin, asli ganteng, Kak. Kalian cocok banget."Eri mengacungkan jempol. Ikut memberi dukungan.
"Okay Princess, ini waktunya!"Yui menepuk-nepuk bahuku, sekali lagi membenarkan
"Ready?"Hawks menjulurkan lengan. Aku menarik napas. Tanganku bergerak memegang lengannya.
Pintu terbuka. Blitz kamera bermunculan, merebak memenuhi gedung. Untuk janji, WO menetapkan berada di dalam ruangan agar terasa sakralnya sementara setelah ini akan ada resepsi yang diadakan di halaman belakang gedung. Sen meminta untuk satu hari, meski rada rumit tapi kami tak ingin mengganggu orang-orang yang sampai meluangkan waktu sibuknya hanya untuk menghadiri pernikahan.
"Jangan menunduk."Hawks berbisik.
"Aku tidak pede dengan ini."Aku menggerutu. Berjalan di bawah tatapan banyak orang, dan dibawah blizt-blizt kamera. Apalagi dengan baju yang benar-benar berbeda dengan muka makeup. Aku kapok diketawain Bayu saat dipaksa ikut acara teater. Dia ngakak ngeliat muka make up ku membuat aku rada males di make up lagi. Meski dulu kuakui emang yang merias bukan professional. Tadi saja aku meminta agar make upnya tidak usah tebal-tebal dan Yui tertawa, dia bilang, dia takkan merubah apapun. Hanya membuat lebih cerah saja.
"Jalan denganmu lama, mending terbang."
"Jangan ngadi-ngadi."
Setidaknya, aku tak terlalu tertekan saat berjalan dengan Hawks, dia enjoy. Malah melambaikan tangan ke kamera. Aku akhirnya memberanikan diri tidak menunduk. Pengennya sih senyum manis ala Ulzzang-ulzzang gitu tapi yang dilakukan malah nyengir.
Gada harapan.
Aku melihat banyak orang. Banyak yang tidak kukenal, mungkin relasi agensi atau apalah, fokusku hanya orang-orang yang kukenal. Guru-guru UA, teman-teman, Hero-hero yang kebetulan pernah berinteraksi. Hanya sekedar itu. Tak banyak yang kukenal di dunia ini. hanya sekedar orang yang berinteraksi, ataupun orang-orang yang muncul dalam serial.
Ini pernikahanku, tapi ada beberapa orang yang kuharapkan kehadirannya tapi tak bisa hadir. Mereka takkan bisa hadir. Aku menghembuskan napas, tak ingin kembali murung memikirkan pernikahan tanpa keluarga kandung atau apalah itu.
Plis, tadi malam aku galau gara-gara mikirin itu terus. berandai-andai hal yang tak mungkin terjadi.
"Kau masih ingat perkataanmu dulu kan?"Hawks berbisik, tapi masih berjalan dan cengar-cengir ke kamera. Aku melirik.
"Masih."
"Meski kita tak ada hubungan darah, aku tetap kakakmu."
"Yeah, kakak yang laknat."Aku terkekeh, "Asal kau tidak keberatan uangmu habis karna keperluanku, aku akan tetap menganggapmu kakak."
Hawks mengangkat wajahnya, berlagak sombong, "Uang itu takkan habis untuk tujuh keturunan kau tahu."
"Okay princess, kusir elang hanya sampai sini, sisanya akan kuserahkan ke your prince."
Aku mendongak. Menyadari bahwa kami sudah sampai tepi altar.
Mendongak dan mata kami saling berpandangan.
Sen dengan jas hitam, bunga mawar di sakunya, dan sarung tangan putih. Rambutnya disisir belah samping. Terlihat berbeda sekali dengan Sen yang kulihat sehari-hari. terlihat lebih.., mempesona.
Sen diam sejenak saat melihatku, sebelum akhirnya ia tersenyum, tangan kanannya terangkat. Menyodorkan tangan kanan seraya membungkuk.
"Kukira (Name), eh ternyata bidadari."Ujarnya singkat, seraya terkekeh.
"Kukira Sen, eh ternyata pangeran surga,"Aku membalas candaannya sambil tersenyum, meraih tangan kanan pria itu.
Bersisian di altar bersama.
*
"Kenapa aku harus ganti baju?"
"Karna kau adalah princessnya!"Hagakure berseru, merapikan rambutku. Beberapa orang yang kuyakini tim makeup juga turut membantu.
"Sebenarnya aku tidak terlalu menyarankan bahan gaun ini,"Yui bergumam, memperbaiki posisi bunga lily di pinggangku, "Mudah kusut, alasan kuat kenapa rata-rata pengantin memakai brokat saat pernikahan. Tapi ternyata ini amat cocok denganmu, (Name)."
"Warnanya lucuu!"Uraraka yang hari ini menjadi bridesmaid bersama Jirou, Mina, Eri, dan Yaomomo berseru gemas. "Kau terlihat woah! Wah! Memakai itu!"
"Pejamkan mata, (Name), aku mau membenarkan eyelashmu."Yaoyorozu turut membantu.
Aku menghembuskan napas, merasa tiba-tiba sumpek, model gaunnya masih sama sih, tipe A-line, tapi yang ini sedikit merepotkan. Banyak hiasan bunga. Aku heran kenapa semua orang menyuruhku memakai tipe gaun seperti ini.
"Aku membayangkan saat kau berputar, gaunmu akan mengembang dan seperti model ball gown!"Hagakure berseru gemas. Tak sabar melihatnya.
"Kak (Name) harusnya melihat muka Kak Sen saat melihat Kak (Name) masuk ke ruangan tadi, benar-benar lucu."Eri tertawa. Tangannya memegang kandang El. Sedikit aneh melihat gadis remaja membawa kandang kura-kura kemana-mana tapi Eri melakukannya dari tadi.
"Kenapa El tidak dilepas?"
"Sekarang gigitannya bisa melubangi pakaian, Kak Ashido. Aku khawatir jika ia memakan pakaian tamu."Eri menjawab pertanyaan Mina. Terlihat mungil diantara kami-kami yang rata-rata sudah dewasa. Tapi tak membuat Eri canggung, toh ia besar bersama kami semua. "Dan aku hendak memakaikannya pita turqoise tapi sayang tadi pagi aku baru sadar pitanya sudah tinggal setengah dimakan El."
"Itu alasan kenapa kau tidak seharusnya memelihara seekor kura-kura."Aku bergumam.
"Tapi dia lele."
"Iya-sih."
Yaoyorozu bergumam pelan, "Aku tadi nyaris menangis saat melihatmu memasuki ruangan. Ini seperti saat aku melihat Kyoka menikah!"
Uraraka terkekeh, "Tapi saat Kyoka, aku benar-benar tak percaya kalau yang menunggunya adalah Kaminari. Kukira gitaris tampan dari band terkenal itu."
"Oh ayolah, ini sudah hampir setahun dan kalian masih belum percaya kalau aku dan Kaminari menikah?? Unbelieveable,"Jirou berdecak. "Tapi aku juga masih ga percaya sih."
Aku meringis saat Yui dan rekannya menata rambutku, untuk bisa dipasangkan veil wedding. Tidak selebar yang tadi, yang ingin lebih kecil. Warnanya aqua blue transparan. Dengan manik-manik bertabur, menurut Hagakure, manik-manik itu memantulkan cahaya saat veilnya bergerak seiring aku berjalan.
"Kupikir untuk ukuran gaun pernikahan, ini amat sederhana, tapi ternyata cocok sekali dengan (Name)."Mina bergumam, memandangku dari atas ke bawah sambil mengangguk-angguk. "Tidak mengurangi kekhidmatan pernikahan, tapi pertanyaannya kenapa harus bunga lili? Kebanyakan orang memakai mawar."
"Ini cerita lama sih, tapi nama asliku- I mean, nama yang aslinya mau diberikan oleh orangtuaku dulu, artinya bunga lily, dan aku ingin mencoba memakainya. Mungkin?"
"Susah mencari untuk lily biru."Yui menghembuskan napas, "Tapi aku mendapatkan versi terbaiknya, itu sebanding, karna hasil ini amatlah cantik. Masterpiece."
"Tidak usah melebih-lebihkan."Aku melambaikan tangan, memperbaiki sarung tangan, "Hei, apa yang tadi harus kulakukan?"
"Nothing."Uraraka menepuk bahuku, "Just dancing with your prince¸ sisanya serahkan kepada kami."
"Aku pastikan ini menjadi kenangan yang takkan pernah kau lupakan."
*
"Sebenarnya aku bersyukur menjadi cowok."Rin membenarkan jas aqua nya, ia menjadi groomsmen hari ini, tentu saja bersama Awase, Tsuburaba. Selain itu, (Name) meminta tolong ke Sero dan Kaminari.
"Benar."Kaminari mengangguk, "Tidak (Name), tidak Kyoka, sama saja. Selalu merungut saat memakai gaun dan make up. Kita mah hanya sekedar jas dan make up tipis. Simpel."
"Kaibara saja yang berubah hanya model rambutnya, just my opini."Sero mengangkat bahu, "Hei jasnya bagus sekali, boleh kubawa pulang?"
"Kau bisa dicekik Yui Kodai seandainya ia tahu."Awase menghela napas. Lantas menoleh ke Sen yang dari tadi hanya diam, "Jangan melamun, gak lucu kalau kau tiba-tiba kesurupan di saat-saat krusial."
"Doanya gitu amat."
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Banyak."Sen menghembuskan napas. "Ah sial, sudah rapi kan?"
"Sudah woy, kau bertanya hal itu lima kali dalam waktu lima belas menit ini."Sero tertawa. "Mau dirapiin mana lagi sih?"
"Dia nervous,"Tsuburaba ngakak. "Aduh ada yang nervous. Demam panggung."
"Yah, besok kalau kau yang menikah, aku yang akan gantian tertawa."
"Tugas teman itu tertawa dan menertawakan."
"Quotes of the day, nice Tsuburaba. Sekarang kayang."
Awase menoleh, lantas memegang bahu Sen, "Oi."
Sen menoleh, baru saja mau menceletuk apa sih, tapi tubuhnya membeku begitu melihat siapa yang datang. Rin buru-buru mendorong teman-teman yang lain untuk pergi, memberikan privasi.
Sen mengedipkan mata beberapa kali, seolah tak percaya siapa yang ada di hadapannya. Lantas lelaki itu tersenyum.
"Ah."
Aku tertawa. "Ada yang salah?"
"Aku hanya tukang kebun, Putri seharusnya mencari pangeran sungguhan."Sen mengusap muka, memerah.
"Apa sih,"Aku memukul bahunya pelan, "Aneh ya?"
"Aneh sekali, aku tidak pernah merasa melamar bidadari kemarin."
"Hentikan gombal-gombalan mu itu, nanti aku gak bisa berpijak di bumi lagi lho."Aku menggerutu.
"Asli, aku tercengang parah."Sen tertawa. Mencubit pelan hidungku. "Di luar ekspetasi."Lantas lelaki itu menjulurkan lengan, "Yuk?"
"Yeah,"Aku meraih lengan itu. Tersenyum tipis. "Rasanya seperti mimpi. Aku tidak tahu ternyata dilamar oleh pangeran."
Sen tertawa, tak menyangka aku bisa membalas gombalannya tadi. Kami berjalan di karpet putih itu. Pintu terbuka menuju ke taman yang luas itu, banyak orang sudah berkumpul. Dipenuhi tepuk tangan meriah saat aku dan Sen memasuki area taman.
Aku melihat banyak orang. Bahkan Vlad King, Cementoss, Ectoplasm- untuk Vlad King wajar sih, ini pernikahan Sen Kaibara-anak didiknya. Pastinya ia datang. Mt Lady juga datang. dan beberapa hero yang aku lupa namanya.
Bahkan Melissa! Aku tadi melihat rambut pirangnya. Melissa datang bersama All Might dan ayahnya. Kukira dia sudah melupakanku- tapi sepertinya ia tak mungkin melupakan anak yang dulu mati tercekik terus hidup lagi deh.
Aku melambaikan tangan saat melihat Setsuna dan Shiozaki melambaikan tangan. Sebelum melotot melihat siapa yang ikut melambaikan tangan.
"Sen!"menarik lengannya pelan
"Hm?"
"Itu- Monoma dan Kendo?"
"Mereka berpacaran, loh kau belum tau?"
"Astaga, pelet apa yang dipakai Monoma-"
Sen tertawa. Kami sudah sampai di ujung karpet. Berada di tengah lingkaran bunga- jujur tim WO menatanya seperti sedang ritual sekte sesat-
Dirigen mengangkat baton sticknya. Biola digesek memulai permainan orkestra terkenal itu.
Aku melepas gandengan lantas kami berdua saling berhadapan. Sen membungkuk, menjulurkan telapak tangan.
"May I?"
Aku menahan tawa, tapi lantas menerima tawaran itu. Menerima tangan Sen.
"Why not?"
Tangan kananku berpegangan dengan tangan kiri Sen. Tangan kiriku berpegangan di bahunya, dan tangan kanan Sen berada di pinggangku.
"Aku jadi ingat lagu deh."
"Lagu apa?"
"Suaraku ga bagus jadi jangan ketawain yah."Aku tertawa kecil, tidak memedulikan tatapan orang-orang dan blizt kamera yang mengabadikan momen langka ini. "Ini lagu yang sering kudengar saat masih disana."
"So give me the night.., to show you, hold you. Don't leave me out here dancing alone~"
"You can't make up your mind, mind, mind."
Aku tertawa, "Kau pasti sering mendengar ku bernyanyi."
"Siapa suruh bernyanyi keras-keras,"Sen menahan tawa.
"Please don't waste my time-time-time."Aku melanjutkan lirik sebelumnya. Tertawa mengikuti iringan musik yang sama sekali tidak nyambung dengan lagu yang kunyanyikan dengan Sen.
"I'm not tryna rewind-wind-wind..,"Di luar dugaan, Sen ternyata hafal. Rasanya aku kalo lagi nyanyi sendiri ga pernah keras-keras deh.
Kecuali di kamar mandi.
Tone suara itu glow up seribu kali lipat di kamar mandi, change my mind.
Sen mengangkat tangan kami, lantas aku berputar di dalamnya. Hagakure benar, gaun ini benar-benar terlihat bagus saat aku sedang berputar.
"I wish our hearts could come together as one~"Aku dan Sen menyelesaikan lirik terakhir bersama-sama. Di tengah putaran.
Momen penting yang takkan pernah kulupakan sampai akhir.
『••✎••』
Menangis melihat fanart ini :(
Artist : Meycurut
Mak nangis liat ini. AAAA estetik banget :(((
『••✎••』
Next Chapter
First Night
( ͡° ͜ʖ ͡°)
『••✎••』
Sampai babai!
Owlyphia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro