Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[ Lautan Seribu Perasaan ]

『••✎••』

note : little chap sebelum Hari Wedding [pendek banget]

Warning : Spoiler Ending Reason


Angin laut berhembus kencang.


Aku menyusuri tepi pantai. Menghembuskan napas panjang saat melihat bulan di atas sana yang hendak berbinar temeram tapi ditutupi awan malam.


Debur ombak terdengar kuat, menempa batu karang. Air laut memasuki ruang-ruang kosong bebatuan , mengalir lembut menghasilkan gesekan-gesekan, membuat suara-suara khas di sisi pantai bak siulan sang putri duyung mencari kekasih. Bergaung memenuhi langit malam. Deru suara angin berhembus menggoyangkan pohon-pohon tegak yang berdiri di pinggir pantai, begitu pula semak-semak rimbun yang menjadi pagar pembatas antara perkebunan warga setempat dengan garis pantai.


Pantai di area barat Edogawa ini, seperti yang pernah aku dan Hawks kunjungi lima tahun silam, saat masih kelas 10, saat melakukan kegiatan magang. Rumah orangtuaku disini- ralat orangtua (Name) emosi. Tapi sebenarnya bisa dibilang kami satu orang, jadi ini orangtuaku juga.


Tanah orangtua ku disini, perkampungan kecil disini sudah tergusur dari lama, dan sekarang berganti menjadi tempat wisata. Hawks menyimpan surat tanahnya, aku yang minta karna jujur saja aku gabisa jaga barang dengan baik dan benar.


Takut hilang.


Dan sekarang, tanah itu sudah dibuat pondasinya. Untuk rumah kami besok, Sen yang mendesainnya, aku hanya minta halaman belakang, dan kolam kecil. sisanya bebas. Paling baru jadi beberapa bulan lagi, rencananya Sen akan tinggal di apartemenku sampai rumahnya jadi.


Acaranya besok. Jam 10. Di Tokyo, gedung apalah itu namanya. Dari sejak minggu lalu, aku sudah sibuk sekali, bolak-balik Tokyo-Edogawa- terkadang karna sudah malam, aku menginap di tempat orangtua Sen atau di rumah Uraraka, lantas mengadakan konferensi pers, menimpali berita pernikahan yang tersebar dimana-mana, sumpah ya njir, yang nikah aja kita ngapain mereka yang repot-repot. Aku menggerutu saat disuruh untuk mengadakan konferensi pers.


Hawks tadi siang datang dengan Tokoyami dan Mirko. Heboh banget asli pas Hawks kujemput di stasiun- si ayam itu meminta agar aku menjemputnya. Zaman sekarang sudah berbeda- pahlawan dengan artis tak ada bedanya. Apalagi gelar Hawks yang dulu, beberapa headline melebih-lebihkan kemampuannya. Menyebutnya sebagai Tampan Abadi yang Terlalu Cepat abad ini. dunia sudah jungkir balilk kurasa.


Beberapa kali aku mendapat penawaran untuk foto model dengan Hawks. Terkadang ku tolak kecuali kalau bayarannya tinggi. Meski tidak sesering Uraraka, gini-gini aku ditawari menjadi foto model juga.


Meski acaranya besok, aku izin untuk tidur di apartemen malam ini. nanti pagi, dini hari aku akan ke Tokyo untuk persiapan. Sen menemani, dia sekarang lagi tidur. Aku tak ingin membangunkannya.


Aku berdiri, ombak deru menderu menerpa kakiku. Dingin sejuk menempa, hawa familiar mengalir ke sekujur badan.


Mata biruku terpejam. Kejadian lima tahun lalu benar-benar terasa seperti baru terjadi kemarin. Bahkan aku seakan bisa mendengar teriakan Bakugo dan Midoriya, dentuman pukulan, derap langkah Aizawa yang hendak menarikku, suara Hawks yang berusaha membuatku agar tetap terkendali.


Seakan terjadi kemarin.


Laut itu menyeramkan. Terisi banyak sekali kenangan mengerikan di dalamnya. Biru itu mematikan, merenggut nyawa banyak orang.


Tapi aku tak pernah bisa membenci laut. karna sejatinya kekuatan ini adalah milik sang lautan.


Tanganku merogoh saku jaket, mengambil empat amplop dari sana.


Aku mengangkat amplop dengan tulisan teruntuk teman-temanku disana. Kelima jariku mengayun pelan, gelembung air terangkat melingkup amplop tersebut.


"Sebenarnya lebih menyenangkan jika kalian hadir,"Aku tersenyum tipis, "Aku masih ingin bercerita banyak, tapi ya sudahlah, semoga kalian baik-baik saja disana."


Meletakkannya di ombak yang hendak kembali ke lautan. Membiarkannya terbawa. Menunaikan kewajiban untuk memberi kabar.


Aku mengangkat amplop kedua, bertuliskan nama Mama, Ayah dan saudara-saudaraku. Melakukan hal yang sama dengan amplop pertama.


Tak bohong jika aku benar-benar terluka, tak bohong jika saat ini aku merasa sedih sekali. Semua orang ingin keluarganya hadir di setiap hari penting mereka, tidak terkecuali aku. Mereka sudah membesarkanku lima belas tahun lamanya, sebuah keluarga yang mengambil banyak sekali peran dalam hidupku. 


Dan di hari penting ini, aku tak bisa bersimpuh meminta restu, memeluk Mama yang cantik dengan gaunnya, lantas bersama Ayah memasuki latar pernikahan. Aku ingin sekali mengenalkan Sen dengan kakakku, ataupun dengan adikku. Aku ingin mereka melihatku dengan gaun pernikahan biru toska itu. Aku ingin mereka hadir di saat penting ini.


Tapi itu mustahil.


"Aku sudah mengundang,"Aku meringis, "Semoga kabarnya sampai ke kalian. Kudengar laut adalah pembawa kabar terbaik."


Meletakkan gelembung kedua di bibir ombak yang siap menuju ke lautan luas.


Aku masih menatap gelembung kedua sampai benar-benar hilang dari pandangan.


Tanganku meletakkan surat ketiga.


"Jika ada kehidupan kedua,"Aku menghembuskan napas panjang, "Kuharap kau mendapatkan yang terbaik. Terimakasih untuk kesempatannya, (Name) ..,"


Mendongak menatap langit. Memejamkan mata. Sekilas memori melintas. Aku benar-benar mengingat senyumannya. Saat ia menyerahkan seluruh harapan di bahuku. Saat ia memelukku membisikkan kata-kata terakhir sebelum tubuhnya menghilang.


She deserve better


Gelembung ketiga tersapu ombak. Membawanya kepada si penerima yang memang sudah tenang di lautan sana.


Ini surat terakhir.


Aku menatapnya lama. Sebuah wajah dengan cengiran khas muncul, aku seakan bisa mendengar suara nyaring seraknya saat memanggil namaku. Benar-benar menggema dalam pikiran. Menguar untuk didengar langit malam.


"Mungkin dia benar, jika saja aku sudah menyadari ini dari dulu, first love ku memang kau, Yu."Aku tertawa pelan. 


"Aku benar-benar berdoa untuk kebahagiaanmu, pastinya aku yakin sekarang kau sudah menemukan perempuan yang jauh-jauh lebih baik, yang benar-benar punya sosok seorang mother seperti yang kau inginkan dari dulu, yang feminim, yang waras tentu saja. Aku harap anak kalian tidak suka mencolong mangga seperti ayahnya."


Tak terlupakan. Aku takkan bisa sampai di tahap ini jika saja tidak mengenal Bayu. Dia mengambil peran dalam membentuk sikap dan kepribadianku, bahkan semua yang kuterapkan saat di dunia serial, untuk tidak terlalu mengurusi masalah orang, untuk selalu tenang dalam situasi apapun, untuk bisa mengerti pendapat orang, untuk tidak egois, untuk tidak mengedepankan ego dalam situasi apapun.


Dia berhak mendapatkan yang terbaik.


"Thanks buat semuanya, jika saja aku bisa memutar waktu, aku akan mengatakan 'aku menyayangimu' seribu kali di depan matamu."Aku terkekeh.


Dan gelembung empat itu di antar lautan. Entah sampai atau tidak ke tujuan.


Aku berbalik. Menyeka anak rambut, menghela napas panjang sebelum tubuhku menghilang di tepi pantai.


*


"Aku denger percakapan cewe-cewe di lorong laboratorium. Katanya, Dosen memanggilmu, hendak membicarakan tentang S3, beliau merekomendasikanmu,"Lelaki itu tertawa renyah menatap si surai cokelat di hadapannya yang tengah mengaduk-aduk gelas. "Dasar Yu, belum selesai strata satu kau sudah dipersiapkan untuk S2? Mabuk sekolah lu anjir."


Surai cokelat itu terkekeh, "Aku lelah sekolah, bego. jika saja bukan karna Ayah sialan itu, aku sudah kabur ke Norwegia, memanfaatkan uang beasiswa."


"Wah dasar calon koruptor."


"Canda nyet."


Bayu melambaikan tangan, "Nitip pesan buat Pak Surya, aku mau pergi sebentar, sekitar setengah jam."


"Oi bego, kau mau kemana. Bukannya ulang tahun mendiang masih lama?"


Bayu menarik jaket palka berwarna biru donkernya, melambaikan tangan. "Gausah kepo, lu bukan emak tetangga. Nitip duit kopi ama tempe tiga, bayar kapan-kapan."


"Kampret."


Kaki jenjang pria itu sedikit berlari pelan ke arah parkiran kantin fakultas, merogoh kunci di saku dan bergegas menuju motor moge yang terparkir dibawah pohon rambutan. Menyapa sekilas teman-teman ataupun adik tingkat yang berada di parkiran. Siapa sih yang tidak mengenal Bayu? Dosen yang terkenal luar biasa di kampus karna benar-benar pelit memberikan nilai A saja merekomendasikan remaja itu ke jenjang S2.


Bayu menaiki motornya, sejenak sebelum tangannya memasukkan kunci dan menyalakan motor yang ia dapat saat masuk kuliah itu, Bayu mengusap rambut cokelat yang ia potong model undercut. Lantas tangannya bergerak mengeluarkan benda yang selama ini tergantung di lehernya. Tertutupi kerah baju dan jaket.


Benda yang berhasil ia selamatkan pasca kecelakaan itu. Meski hanya sekedar potongan jepit rambut, Bayu bersyukur bahkan nyaris menangis kala tahu jepit hadiah darinya saat mereka masih umur lima tahun itu tidak hancur lebur. Terpecah dan berhasil diselamatkan sebagai barang bukti. Tapi bagaimana pun juga, jepit itu tetap saja dibilang rusak parah, pecah menjadi serpihan acak, tak bisa berfungsi. Layak dibuang.


Untungnya Rea berhasil menyelamatkan potongan jepit sebelum benar-benar di buang oleh petugas dan menyerahkan pasca pemakaman. Membuatnya menangis tak henti selama beberapa jam. Benar-benar masa yang sulit, lebih sulit daripada saat Ibu kandungnya pergi, karna sekarang Bayu benar-benar ditinggalkan untuk selamanya.


Beberapa teman sejurusan bercanda dan berkata bahwa itu jimat yang membuatnya bisa sesukses ini. Bayu tak mengelak, hanya ikut tertawa atas candaan mereka. Toh Bayu memang menganggapnya barang penting. Turut ikut serta mengambil peran amat penting dalam kehidupannya sekarang.


Menghembuskan napas panjang, Bayu memasukkan kalung itu ke dalam kerahnya. Kaki kirinya menaikkan gigi motor, lantas berderum melaju meninggalkan area kantin.


Meninggalkan kampus ternama di negeri ini dan bersiap menuju ke tempat peristirahatan terakhir mendiang sahabat kecilnya.


Mendiang cinta pertamanya.


*

『••✎••』

Aku menemukan tiga pemenang asek

[ First Place ]

Credit : Tsuyomi29Ai

Menebak imajinasiku sial, aku mikir kalau nikahan (Name) pasti pada pake jas hujan semua.


Udah kayak Dresscode gitu, kan  bagus kalo dresscodenya jas hujan, aku mau pake jas hujan kembang-kembang punya adek hehehehe.

[ Second Place ]

Credit : sam_ksts

Waktu aku ngeliat desain ini, yang kupikirin langsung. Wah gilak, ini Sen banget khasnya, simpel dimple tapi estetik. Ruang yang dipakai juga minim jadi bikin adem ngeliatnya.


sen banget ajegile. Mana warnanya juga senada ama kostum heronya :(


[Third Place]

credit : Meycurut


AKU PILIH KARNA DESAINNYA IMUT BANGET. Aku suka perpaduan warna pink dan biru, itu warna manis-manis banget aih. Rencana awal aku mau bikin pernikahan Pink-Blue tapi rada OOC dari sifat (NAme) jadi ganti deh.


Yang belum beruntung, serius desain kalian bagus-bagus, gada yang gagal sama sekali. 


Buat Prizenya, kirim pict OC kalian ke aku, via IG atau WA- DM buat nomornya. 

Plis jangan di deadline, mood jariku amburadul :( Tapi kuusahain sebelum Pragma selesai udah jadi, I love you


『••✎••』

Next Chapter : Wedding Days

[ Turquoise Day ]

『••✎••』


Sampai Babai

Owlyphia

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro