[10/10]
Meski begitu ...
•••
Tahun ini, (Name) berusia tujuh belas tahun.
Gadis itu jarang merayakan ulang tahunnya. Paling-paling Nobara datang dengan kue, atau Papanya mengajak keluar. Itu pun jarang.
J-A-R-A-N-G.
Tapi sepertinya tahun ini akan sedikit berbeda.
Sebab saat ia dan sang ayah sedang asik menghitung oksigen, suara dari luar terdengar.
"(NAME)~! AKU DATANG UNTUK MEMPERBUNTINGMU!"
"Mempersunting goblok, bukan memperbunting."
"Berisik Getou! Sana, lanjut ngepet aja!"
(Name) tersenyum lebar dan segera membuka pintu shoji. Memperlihatkan Mahito dan Suguru yang berdiri di luar.
Mahito memegang seikat bunga bangkai, sementara Suguru memegang trompet mainan—entah untuk apa.
Sukuna ikut keluar dari dalam rumah.
"Ngapain kau ke sini?"
Mahito tersenyum senang dan berlutut ala-ala pangeran.
"Wahai Raja Kutukan tergoblok—"
"Asu, heh! Salah dialog," bisik Suguru cepat-cepat setelah dilihatnya wajah Sukuna yang menggelap.
Mahito gelagapan sejenak, dan kemudian berdeham.
"Ehem! Maksudnya, wahai Raja Kutukan terhormat, izinkanlah saya, Mahitod untuk menikahi putrimu."
Sukuna menatapnya rendah, sementara (Name) memiringkan kepalanya.
Getou Suguru bersiap untuk menggali lubang.
"Bisa apa kamu?"
Mahito mengacungkan jempolnya.
"Bisa membuat anakmu menderita."
Suguru bersiap untuk memukul kepala Mahito dengan cangkul.
(Name) tersenyum, sementara Sukuna bersiap menghajarnya.
"Anak bau got sialan—"
"Mahito!"
Suguru, Sukuna, dan Mahito menghentikan ucapan serta tindakan ketika gadis satu-satunya di sana berbicara. Perhatian beralih, dan si gadis tersenyum lebar.
"Aku memang menyukaimu, tapi ... "
Mahito menelan ludahnya dengan susah payah.
"... aku tidak mau menikah!" senyum lebar terukir di wajah sang gadis. "Aku mau menemani Papa!"
Mahito jatuh berlutut seraya menangis sedih. Suguru tersenyum lega dan menepuk pundak Mahito.
"Syukurin Bro."
"Getou sialan ... "
Sukuna mendengus meski diam-diam merasa senang.
"Dengar? Sekarang, pergi sana!"
Sukuna mengusir dengan wajah yang terlihat licik. Ia menyeringai lebar. Putrinya ternyata sangat setia!
Kedua orang—satunya kutukan—di depan rumah segera bangkit dan berjalan pergi.
Menyisakan Sukuna yang melipat tangannya, dan (Name) yang menoleh senang.
"Sebenarnya aku tidak mau menikah biar bisa bikin Papa makin menderita sih."
Sukuna ralat. Dia tidak jadi memuji putrinya setia.
"Sialan, sana!"
"Bilang saja Pa. Papa kangen kan kalau (Name) pergi nanti?"
"Gak."
"Bohong."
"Gak."
"Bener?"
"Gak."
"Sayang (Name)?"
"Iya—gak!"
(Name) tertawa kencang.
•••
Omake
"Papa~ mukanya merah ih!"
"Berisik."
"Papa jujur aja! Sayang kan sama aku?!"
"... sedikit."
•••
... aku tetap SEDIKIT menyayanginya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro