ѕєиα ιzυмι [єѕ!]
→• ✿ •←
Ensemble Stars! ©HappyElements
"I waited and kept waiting for you. Being with you makes me warm even more."
→• ✿ •←
Hari yang suram, awan-awan gelap mengelilingi kota dengan hujan deras yang mengguyur.
Meskipun terasa suram, (Name) menyukainya. Perasaan bahagia yang muncul saat dia berada di tengah hujan tanpa siapapun yang melihat.
Wajahnya menengadah memandang hujan dengan suara gemericik air yang menenangkan.
Namun ekspresinya berubah ketika air hujan tak lagi membasahi tubuhnya. Mata (e/c)-nya terbuka perlahan dan mendapati seorang pemuda telah berdiri di hadapannya dengan payung transparannya.
Ia pikir taman ini tidak akan dikunjungi oleh siapapun saat hujan, tetapi tidak ia sangka seseorang yang ia sukai akan datang kemari.
"Aku suka hujan."
Salah satu alis sang pemuda naik, "Untuk apa kau memberitahuku?"
(Name) kesal dengannya yang tidak peka dan mengerucutkan bibirnya, "Singkirkan payungmu, Izumi."
"Chou uzai, kau bisa sakit jika hujan-hujanan!"
"Gapapa, apa Izumi mau ikut hujan-hujanan?"
Dia mengalihkan pandangannya dengan sebal, "Tidak, mana mungkin aku mau mengikuti gadis bodoh sepertimu."
"Hei—"
"Apa? Aku benar, 'kan?"
(Name) terdiam dengan telinga yang memerah. Benar adanya jika dia adalah anak bodoh, kemarin adalah hari pembagian rapor dan dia mendapatkan ranking 3 dari bawah.
"... kau tidak perlu menyadarkanku kok, aku sudah tahu," ucapnya dengan suara kecil.
Izumi tersenyum sembari mendekatkan telinganya, "Apa? Hujannya deras, aku tidak bisa mendengarnya."
"Ya itu."
"Ya itu apanya?"
Jika tadi telinganya yang memerah, sekarang seluruh wajahnya memerah karena kesal.
"Aku itu memang bodoh! Puas?"
Izumi tersenyum miring pada gadis itu. Raut kesalnya membuat Izumi semakin ingin menggodanya lebih jauh lagi.
"Hei, singkirkan payungmu kubilang!"
Pemuda itu menyingkirkan payungnya, tiba-tiba beralih mengelus kepala (Name) walaupun dengan wajah sedikit enggan dan semburat merah tipis di pipinya.
Hal itu membuat (Name) bingung keheranan, tidak biasanya Izumi berlaku sedikit lunak pada seseorang.
"Apa, sih? Tumben?"
Pemuda bersurai abu-abu itu mengangkat tangannya dari kepala (Name), "Tadi rambutmu ada daunnya, ceroboh banget, sih, chou uzai."
Sekarang giliran (Name) yang tersenyum miring, dia memegang tangan Izumi dan meletakkannya kembali di kepalanya.
"Dasar tsundere, kalau malu bilang aja~"
"Iyadeh, kau menang."
Suara hujan membuat keduanya tiba-tiba terdiam termenung di pikiran masing-masing. Ekspresi Izumi semakin lama semakin melunak.
Matanya menatap manik (e/c) di depannya, membuat sang empu bertanya-tanya.
"Apa ada masalah? Kau berbeda dari biasanya."
"Apa-apaan? Kau tidak usah sok peduli, gadis bodoh," sergah Izumi yang mulai duduk di sebelah (Name).
"Heh! Itu kursinya basah, berdiri aja sana!"
Izumi menutupi sebelah telinganya, "berisik, chou uzai!"
Jujur saja, dibentak Izumi tiap saat adalah hal yang biasa bagi (Name).
"Iya, iya, jadi ada apa dengan Izumi hari ini?" tanya (Name) yang merasakan sedikit firasat, entah itu baik atau buruk.
Tatapan mereka bertemu, Izumi tersenyum. Bukan senyum penghinaan yang sering ia tunjukkan, tapi senyum tipis yang penuh arti.
"Aku berpikir apa jadinya kau jika kutinggal kuliah keluar negeri?"
"... apa?"
Hanya suara hujan yang terdengar di antara keduanya. (Name) tercengang dengan ucapan Izumi. Dia tidak terpikirkan bahwa pemuda di depannya akan mengatakan hal seperti ini.
"Yah, pasti tidak akan ada bedanya dengan yang sekarang, bodoh."
"T, tunggu! Kau akan keluar negeri? Apa? Gimana?"
Satu jitakan meluncur mulus pada dahi sang gadis, membuatnya meringis kesakitan memeganginya.
"Iya, aku akan pergi keluar negeri," ucap Izumi dengan nada serius.
(Name) tahu bahwa pemuda di depannya tidak berbohong. Dia menatap hujan dengan perasaan yang sedikit campur aduk.
"Y, yasudah, sih, sana belajar yang giat supaya cepat kembali!" seru (Name) sedikit menaikkan suaranya.
"Dih? Kau tidak akan merindukanku, 'kan?"
"Tidak, tuh."
Izumi menatap (Name) yang sangat jelas menyembunyikan rasa sedihnya. Itu membuatnya tersenyum.
"Terserah kau saja, nyebelin banget sih."
(Name) menatap rumput hijau taman yang terbasahi air hujan, lalu beralih menatap pemuda di sampingnya.
"... aku akan terus menunggumu di sini sampai kau kembali," ucapnya dengan senyuman manis yang membuat Izumi terdiam. Pipi gadis itu memerah tipis saat mengatakannya.
"Kau akan berada di sini setiap hari maksudmu?"
"Siapa bilang setiap hari? Aku hanya akan berada di sini saat hujan."
"Bodoh, kau akan sakit jika melakukannya!"
(Name) menjulurkan lidahnya, "Izumi kayak emak emak~"
Perempatan imajiner muncul di dahi Izumi, dia ingin sekali memarahi gadis di depannya. Tetapi dia menahannya hanya untuk hari ini.
Tatapannya memandang (Name) yang beranjak berdiri dan menatap balik manik biru muda Izumi yang tetap cantik di bawah gelapnya langit.
•A few years pass•
Hiruk pikuk kota memenuhi pandangan gadis bersurai (h/c). Dia memandang heran, perkiraan cuaca hari ini adalah hujan yang cukup deras. Tetapi langit panas ia rasakan begitu menyelesaikan pekerjaan sebagai produser.
'Jika dia di sini pasti dia akan mengomel tidak jelas karena kepanasan,' pikirnya diiringi tawa kecil.
Tadinya dia ingin memarahi pembuat perkiraan cuaca, tetapi langit yang tiba-tiba berubah menjadi gelap membuatnya memohon maaf telah berpikir negatif.
Matanya menatap orang-orang yang mulai mencari tempat untuk berteduh ketika rintik hujan menggema. Tapi tidak bagi (Name).
Saat pekerjaan menjadi seorang produser membuatnya lelah, cuaca hujan adalah pelampiasan yang paling ia sukai.
Biasanya ia akan berjalan melewati sebuah taman. Taman yang mengingatkannya pada seseorang.
Begitu juga sekarang, dia melangkah perlahan tak mempedulikan baju miliknya yang sudah basah.
'Lagipula besok libur, jadi aku bisa di sana sepuasnya,' batinnya senang.
Langkahnya yang bahagia terhenti saat mendapati seseorang berada tepat di depan kursi taman yang selalu ia tempati. Hujan deras yang mengguyur membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas.
Entah mengapa hatinya berkata untuk mendekati orang itu. Seorang pemuda tinggi dengan surai abu-abu yang berantakan.
Itu mengingatkannya pada seseorang.
... seseorang?
Matanya membulat sempurna, dia mempercepat langkahnya.
Apakah 'dia'?
Ia berhenti tepat di belakang sang pemuda yang tak menyadari keberadaannya.
"I, Izumi ..?"
Pemuda yang merasa seseorang memanggilnya pun menoleh ke belakang. Manik mereka bertemu di bawah derasnya hujan, tepat seperti beberapa tahun yang lalu.
Laki-laki itu tersenyum tipis melihat sang pujaan hati, "... kau tetap pendek, ya?"
(Name) hanya terdiam dan menatap tidak percaya. Setelah bertahun-tahun berada di sini dan menunggu tanpa kepastian, pemuda itu tiba-tiba datang dengan banyak perubahan yang ia bawa.
Tangannya terangkat, ragu-ragu untuk menyentuh Izumi dan membuktikan bahwa dia benar-benar Izumi.
Seakan tahu apa yang gadis itu pikirkan, Izumi membuka kedua tangannya dan saat itu juga (Name) berhambur ke pelukan Izumi.
Hujan yang dingin, tapi terasa hangat hari ini. Air mata yang menyatu bersama air hujan dan pelukan yang semakin mengerat.
"Kupikir kau melupakanku."
Izumi terkekeh kecil dan menepuk pucuk kepala (Name), "Bagaimana bisa aku melupakan gadis bodoh-ku ini, mhm?"
Aroma menenangkan dari hujan yang muncul membuat mereka bertahan di posisi mereka tanpa kata yang terucap.
Kedua insan yang pada akhirnya kembali bersama setelah melewati waktu yang terasa begitu lambat.
«end»
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro