
❛𝐖𝐚𝐤𝐞 𝐔𝐩❜
Warning: mature 🔞
Sejak kecil, Jungkook selalu dituntut untuk menjadi "sempurna". Ia ditekan harus terus belajar untuk mencapai peringkat satu. Padahal Jungkook sudah jelas memperlihatkan minatnya dibidang olahraga atau seni, tapi orangtuanya tetap tidak merestui. Sampai akhirnya di usianya yang kedua puluh, Jungkook memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Memilih jalannya sendiri dan memulai kehidupan barunya di Newt City.
Jungkook tidak suka belajar. Makanya alih-alih melanjutkan ke perguruan tinggi, ia memilih menjadi model. Lelaki itu bisa meraup 5-10 juta sekali take pemotretan, dan keuntungan yang ia dapat meningkat puluhan persen saat ia bergabung di agensi Golden entertaiment.
Usianya baru legal beberapa minggu yang lalu. Awal bulan September, tanggal satu. Sayang sekali, Jungkook merayakannya sendirian. Makanya, di pagi hari yang indah ini—pagi pertamanya tinggal di sini—ia memesan kue ulang tahun, lengkap dengan lilinnya.
Dahyun yang baru bangun tidur langsung ditarik tangannya, di dudukkan di sofa lalu dipakaikan topi kerucut khas ulang tahun. "Noona, tolong nyanyikan lagu selamat ulang tahun ya untukku. Ultahku sudah lewat si, tapi aku ingin merayakannya lagi."
Dahyun yang nyawanya masih belum terkumpul sempurna menurut saja, ia ikut bertepuk tangan sementara Jungkook dengan ceria menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya sendiri.
"Happy birthday to me, happy birthday to me. Saranghaneun, for my self. Saengil chukka hamnida~ yeay! Fuuuh." Jungkook kembali bertepuk tangan setelah meniup lilinnya.
Dahyun menatapnya datar, agaknya wanita itu mulai menyadari situasi saat ini. "Lagu macam apa itu? Aneh sekali. Bahasanya bercampur."
"Hehehe ... Habis noona tidak ikut bernyanyi sih. Ah iya, ulang tahun noona kapan?"
"Emm ... 28 Mei. Sudah terlewat."
"Yah, sayang sekali aku belum ada di sini saat itu." Jungkook terdengar kecewa.
"Noona merayakannya?"
Dahyun mengangguk. "Tentu saja, tapi tidak ada yang spesial selain bertambah tua."
"Usia itu hanya angka, noona." Jungkook memotong kuenya. "Buktinya noona masih terlihat cantik dan sangat muda. Jujur, aku masih kaget dengan umur noona yang sebenarnya. Untung aku langsung memanggil noona, kalau tidak, aku akan mendapat masalah besar."
Dahyun terkekeh kecil mendengarnya. "Ya, itu benar dan kalau saja kau adalah lelaki yang lebih tua dariku, aku juga pasti tidak akan membiarkanmu tinggal di sini. Kau harusnya merasa beruntung."
Jungkook memakan potongan pertama kuenya. Ia sampai menyipitkan matanya dan bergumam karena takjub dengan rasanya. "Ini enak sekali, noona mau?"
Dahyun langsung menggeleng. "Aku sedang diet."
"Diet? Yaampun, tubuh noona sudah sangat mungil seperti ini tapi noona masih mau diet? Mau mengecilkan apa lagi? Sampai tersisa tulangnya saja?" Jungkook berkata dengan manik membulat besar, terlihat seperti seorang bocah yang mengoceh karena tidak dibelikan mainan.
Dahyun jadi gemas sendiri, apalagi ada krim di sudut bibirnya membuatnya tanpa sadar langsung menyingkirkan krim itu dengan jarinya. "Aigoo, kau harus menelan kue mu dulu sebelum bicara. Katanya kau seorang model, tapi ku lihat, kau makan makanan sembarangan sejak kemarin. Seharusnya kau menjaga tubuhmu, apalagi tidak baik memakan makanan tepung di pagi hari. Jangan makan terlalu banyak ya."
Jungkook terdiam. Sesuatu dalam dirinya berdebar sangat kencang ketika menerima sentuhan dari Dahyun tadi. "Noona, kau tidak bisa menyentuhku seenaknya seperti itu," ujarnya lirih.
Dahyun membeku, segera menegakkan tubuhnya kembali dengan canggung. Ia jadi malu. "Ah, mian. Aku tidak sadar."
"Tidak, noona. Maksudku, bukannya noona tidak boleh menyentuhku sama sekali. Boleh kok. Boleh sekali, hanya saja jangan tiba-tiba seperti tadi. Aku belum siap." Jungkook mengulum bibirnya malu. Untuk kedua kalinya, Dahyun dapat melihat lesung pipi menggemaskan itu lagi.
Berdecih geli, Dahyun lantas mengusak rambut Jungkook sampai teracak sempurna. "Aigoo ... Kau belajar dari mana bersikap semanis itu? Ck, ada-ada saja anak jaman sekarang."
Dahyun bangkit berdiri, berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Sementara Jungkook masih diam terpaku. Gila, bukan cuma rambutnya yang kacau. Tapi hatinya juga. Jungkook tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Ambisi orangtuanya terhadapnya membuat Jungkook tidak pernah merasakan hal segila ini pada lawan jenis.
"Jungkook-ah!" Dipanggil seperti itu, Jungkook langsung menoleh, mendapati Dahyun yang berdiri di depan kamarnya seraya mengulas senyum tipis.
"Saengil chukkae."
Lagi-lagi, Jungkook merasakan itu. Namun kini bercampur dengan rasa hangat dari sorot ketulusan yang Dahyun berikan padanya barusan. Itu hanya ucapan selamat ulang tahun yang sederhana, tapi terasa luar biasa kalau Dahyun yang mengatakannya. Bahkan setelah Dahyun masuk kembali ke kamarnya, Jungkook masih menatap pintu yang telah tertutup itu. Kembali bertanya-tanya, tentang semua rasa itu.
"Noona ... Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta padamu."
Kembali teringat dengan kejadian tadi pagi, tiba-tiba saja pipinya bersemu. Menenggelamkan wajahnya dilipatan lutut yang dipeluknya. Jungkook menahan diri untuk tidak teriak.
"Astaga, memalukan sekali. Untung noona belum bangun tadi. Kalau sudah bisa gawat!"
[]
Epilog Birthday Cake
Tahu tidak sekaget apa Jungkook saat bangun tidur? Dia kaget sekali sampai nyaris berteriak. Apalagi posisi Dahyun yang memeluknya dengan kaki yang ditumpangkan padanya membuatnya semakin mati kutu.
Dia bukan hanya merutuk karena kebiasaan buruknya melainkan karena sesuatu dibawah sana juga mendadak ikut bangun. Pernah dengar kalau seorang lelaki biasa turn on di tengah malam dan pagi hari? Nah Jungkook pun demikian. Saat tengah malam ke toilet pun, ia sambil menuntaskan hasratnya dengan tangan. Jungkook meringis, susah payah membebaskan dirinya semulus mungkin supaya Dahyun tidak bangun.
Namun hal itu malah membuat kaki Dahyun tanpa sengaja menyenggol miliknya membuat Jungkook mati-matian menahan desahan dengan menggigit bibirnya kuat. Begitu berhasil, ia langsung buru-buru berlari ke toilet. Bisa gawat kalau Dahyun terbangun dan melihatnya masih ada di sana. Karena kali ini ia melakukannya dengan sadar, otomatis Dahyun yang menjadi objek fantasinya hingga ia mencapai pelepasan. Napasnya memburu, ia menyandarkan tubuhnya pada dinding kamar mandi yang dingin sembari mengatur napas.
"Noona ... Mianhe."
[]
Soal yang turn on itu, beneran ya, mostly cowok "katanya" begitu🗿
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro