
❛𝐓𝐚𝐤𝐞 𝐚 𝐁𝐚𝐭𝐡❜
Mereka tiba disebuah penginapan yang berada tak jauh di sana. Hanya ada lima rumah mungil yang memiliki bentuk unik seperti jamur. Sangat minimalis namun artistik. Empat diantaranya, lampunya sudah menyala, hanya tersisa rumah mereka yang letaknya paling ujung yang masih gelap.
Jungkook berjalan lebih dulu, jalanannya cukup sempit karena letaknya berada di dekat perbukitan yang menyabotase penginapan dengan lingkungan luar seperti jalanan di dekat pantai. Letak penginapan ini memang cukup tersembunyi, dan mengarah langsung ke pantai. Hanya beberapa orang yang sering kemari yang tahu tempat seperti ini ada.
"Aku pernah datang kemari bersama temanku," ujar Jungkook memecah keheningan. "Kami saat itu bolos dari sekolah dan saat kembali, rambut kami langsung dipotong habis." Jungkook tertawa mengingat kenangan konyol itu. "Orangtua kami jelas marah, tapi kami sama sekali tidak menyesal, malah ingin melakukannya lagi."
Dahyun yang mendengarnya menggeleng samar. "Kau memang nakal ya. Orangtuamu pasti stress karena tingkah lakumu itu."
"Sangat! Asal noona tahu, saat di sekolah dasar, aku pernah dihukum karena memasukan ulat ke dalam celana temanku." Tawa Jungkook terdengar lagi. "Selain dihukum, aku juga menderita gatal-gatal setelahnya alhasil tanganku bengkak dan aku beralasan sakit supaya tidak harus pergi ke sekolah dan bisa bersantai dirumah seharian tanpa diketahui orangtuaku yang gila kerja. Jika diingat, sepertinya aku hanya benar-benar belajar saat mau ujian saja, tapi beruntungnya, nilaiku tetap tinggi."
"Wah ... Enak sekali. Kau pintar tanpa harus berusaha sampai bergadang semalaman."
"Siapa bilang? Aku nyaris gila noona karena terus mendapatkan tekanan setiap namaku keluar menjadi yang pertama. Mereka bilang kalau aku curang, mereka tidak tahu saja kalau orangtuaku mungkin akan membunuhku jika aku tidak berada di peringkat pertama." Jungkook tersenyum miris. "Tapi kali ini mereka sudah tidak bisa mengaturku lagi. Aku benar-benar memulai hidup baruku disini tanpa mau terikat lagi dengan mereka. Yah ... Mungkin hanya sementara, tidak selamanya, aku tidak tahu kapan mereka akan datang tiba-tiba untuk merenggut kebebasanku lagi, makanya selagi masih bisa, aku ingin bersenang-senang saja di sini."
Jungkook menoleh, melihat Dahyun yang agak kesusahan untuk melangkah karena jalannya cukup licin. Pantas saja wanita itu diam saja daritadi, tidak menyahut perkataannya. Jungkook mengulurkan tangannya pada Dahyun.
"Pegang tanganku noona, biar tidak jatuh."
Dahyun menerima uluran tangannya yang langsung digenggam erat kemudian lanjut berjalan lagi.
"Kau bilang apa tadi? Aku tidak dengar karena suara ombaknya juga cukup kencang."
"Aniya, tidak penting." Senyum Jungkook kembali terukir saat mereka sampai di rumah yang mereka tuju. "Nah sudah sampai, rumah ini memang terlihat kecil tapi di dalamnya sangat nyaman. Ada satu ranjang king size dan kamar mandi," jelasnya kemudian.
"Kau tahu, saat ini kau terdengar seperti agen properti." Dahyun masuk duluan, diikuti Jungkook yang langsung mengunci pintu dari dalam. Anginnya cukup kencang, jika tidak langsung dikunci, pintu akan terbuka lebar.
"Aku mandi duluan ya, tubuhku terasa lengket." Dahyun langsung masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Jungkook yang masih mematung di ambang pintu.
Lelaki itu duduk di pinggir ranjang. Menelan ludahnya payah saat pikiran kotor mulai memenuhi benaknya. Astaga, berhenti membayangkannya Yoon Jungkook.
Ditengah perdebatan batinnya, suara ketukan dipintu kamar mandi menyadarkannya. "Eoh noona? Ada apa? Ada masalah?"
"Airnya mendadak mati! Bisa kau kemari sebentar? Aku sudah pakai bathrobe kok, hanya tinggal rambutku yang belum selesai di bilas."
"Eoh? Coba noona tekan—"
"Kemari Yoon Jungkook! Mataku perih!"
Mau tak mau, Jungkook masuk saja ke dalam kamar mandi itu. Ia segera menekan tombol dibagian atas shower untuk menyalakan air. Letaknya memang cukup tinggi, bahkan ia masih harus berjinjit untuk menggapainya, tak lama, air shower menyala namun Jungkook terlambat menghindar membuat air shower itu jadi mengguyur tubuhnya pula sampai basah, begitupun dengan Dahyun. Air itu bukan hanya membasahi rambutnya tapi bathrobe yang dikenakannya juga.
Malam yang sial. Pipi Jungkook sampai memerah saat melihat Dahyun dibawah guyuran shower. Semuanya basah. Pun ia juga bukannya menyingkir, malah tergerak untuk menyentuh rambut Dahyun, menyelipkannya ke telinga supaya wajahnya terlihat.
"Noona, apa kau pernah mandi bersama Jimin hyung?"
"Pertanyaan konyol macam apa itu?"
"Sepertinya pernah ya. Aku jadi iri, dia pasti sudah sering melihat keadaan noona yang basah seperti ini. Cantik sekali."
Dahyun memalingkan wajahnya. "Pergilah, airnya sudah menyala."
"Shiro, aku juga ingin mandi. Noona tidak lihat? Bajuku basah semua."
Dahyun melotot saat Jungkook tiba-tiba saja membuka bajunya, membuat tubuh toples berotot itu terpampang nyata di depannya. "Ya neo micheosseoh?!"
"Kenapa noona kaget? Kan noona sudah pernah melihatnya, lebih malah," ujarnya santai lantas melemparkan baju basahnya itu ke lantai.
"Saat itu aku sedang mabuk dan—"
"Hanya mandi kok, noona. Bukan yang lain, lagipula sekarang sudah sangat larut." Jungkook kembali menyentuh rambut Dahyun. Keduanya basah kuyup. "Tapi kalau noona mau, kita bisa melakukannya lagi," lanjutnya sembari mengerling nakal.
Dahyun berdecih geli, anak ini semakin berani saja. "Silahkan mandi, aku sudah selesai."
Wanita itu segera berbalik namun Jungkook menahan tangannya, kembali menariknya hingga punggungnya membentur tubuh bagian depan Jungkook. Lelaki itu memojokan tubuhnya, menempel di dinding sehingga air shower itu tidak mengguyur mereka lagi.
"Noona ... kau dapat merasakannya? Dia terbangun," bisik Jungkook sensual di tengkuk lehernya. Mengecupnya lembut beberapa kali hingga membuat tubuh Dahyun meremang.
"Kau urus saja sendiri. Aku lelah."
"Tapi noona—"
"Yoon Jungkook, jangan membuatku jadi membencimu karena ini," ucapnya tajam, penuh penekanan membuat lelaki itu langsung melepaskan cekalan ditangannya dan menjauhkan wajahnya di tengkuk Dahyun.
"Baiklah, maafkan aku, noona, karena sudah membuatmu marah."
Dahyun langsung pergi dari sana, menutup pintu kamar mandi dengan sedikit bantingan. Ia paling tidak suka dipaksa tapi ia lebih tidak suka dengan dirinya yang mendadak merasa bersalah setelah mendengar perkataan Jungkook barusan. Seolah-olah dirinya yang bersalah padahal ia tidak punya kewajiban untuk melayaninya.
Sial, jantungnya masih berdebar saja saat mengingat kejadian tadi.
Dahyun segera melepaskan bathrobe basahnya. Mengeringkan tubuhnya dengan handuk sebelum memakai pakaian tidur yang dibelikan Jungkook. Tasnya tertinggal di resort, itu sebabnya pakaian dan semua fasilitas yang ia nikmati sekarang itu dibayar oleh Jungkook.
Dahyun membuka jendela, membiarkan angin menerpa dirinya selagi ia mengeringkan rambut. Waktu menuju pagi hari hanya tersisa beberapa jam lagi, dan ia sama sekali belum tidur, bagus. Untung besok libur, tapi ia harus segera tidur sebelum Jungkook keluar dari kamar mandi.
"Im Dahyun, berhenti merasa bersalah. Kau butuh istirahat." Ia menyilangkan kedua tangannya depan dada, lantas menepuk bahunya, memeluk dirinya sendiri. "Charaesseo, kau berhasil melewati hari yang berat ini dengan baik."
Disisi lain, Jungkook uring-uringan di kamar mandi. Merutuki kebodohannya sampai meninju-ninju udara beberapa kali. Bodoh, sialan, tak berguna. Ia benar-benar merutuki omongannya tadi, tangannya beberapa kali menampar bibirnya sendiri.
"Duh payah sekali, bagaimana jika noona benar-benar membenciku setelah ini? Arrgghh, dasar kookie sialan, kau benar-benar mempermalukan ku!"
[]
Gak tau ngetik apaan ini, mengpusing sama kelakuan Yoon Jungkook
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro